Tak tanggung-tanggung, Zoom menjadi aplikasi konferensi video yang paling banyak diunduh per Agustus 2020, versi Sensor Tower.
Hal itu tak lepas dari pemanfaatan Zoom untuk komunikasi jarak jauh di era pembatasan sosial, seperti diberitakan Kompas.com.
Saking populernya Zoom, saham perusahaan itu meroket hingga hampir 300 persen, terhitung sejak melantai di bursa saham.
Catatan itu turut membawa CEO Zoom, Eric Yuan, mengantongi kian banyak keuntungan.
Baca: 6 Bulan Pandemi Covid-19 di Indonesia, Ribuan Hoaks hingga Teori Konspirasi yang Persulit Penanganan
Untuk kali pertama, nama Eric Yuan masuk dalam daftar 400 orang terkaya versi majalah Forbes.
Total, ia memiliki kekayaan mencapai 11 miliar dolar.
Angka tersebut setara dengan Rp 164 triliun.
Eric Yuan sendiri merupakan lulusan teknik dari Shandong Institute of Business and Technology di Yantai, China.
Ia terinspirasi dari Bill Gates dalam sebuah acara di Jepang pada tahun 1994.
Tiga tahun setelahnya, Yuan bertekad hijrah ke Silicon Valley dengan modal bahasa Inggris yang tidak terlalu fasih.
Baca: Meroket Selama Pandemi Covid-19, Nilai Saham Zoom Kini Dekati Rp 1000 Triliun: Kalahkan Saham AMD
Dia berangkat ke Negeri Paman Sam setelah mendaftar visa sembilan kali.
Di AS, dia pernah bekerja di WebEx dan menjadi salah satu dari 20 karyawan yang direkrut pertama kali di startup web konferensi itu.
WebEx kemudian diakuisisi oleh Cisco System pada tahun 2007 dan Yuan menjabat sebagai vice president engineering.
Tahun 2011, dia pernah menggagas ide untuk membuat sebuah platform video konferensi untuk smartphone.
Tapi ide itu ditolak Cisco dan memilih untuk keluar lalu mendirikan perusahaan sendiri bernama Zoom Video Communication.
Kekayaan Mark Zuckerberg juga Meningkat di Tengah Pandemi
Baca: Baru Menjabat Tiga Bulan, CEO TikTok Kevin Mayer Mengundurkan Diri, Ada Apa?
Kekayaan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, meningkat menjadi 100 miliar USD.
Angka tersebut setara dengan Rp 1.466 triliun lebih (kurs Rp 14.664,05).
Penambahan kekayaan ini terjadi setelah Facebook meluncurkan Instagram Reels, saingan TikTok.
Diberitakan BBC, ketika itu saham Facebook langsung naik lebih dari enam persen.
Zuckerber sendiri memegang 13% saham di perusahaan yang berbasis di Silicon Valley itu.
Baca: Facebook Hapus Unggahan Trump tentang Anak Kebal Covid-19, Juru Kampanye Ngotot Membela: Itu Fakta
Kini, Mark bergabung dengan pendiri Amazon Jeff Bezos dan Bill Gates dari Microsoft, dalam apa yang disebut sebagai 'Klub Centibillionaire' eksklusif.
Mereka adalah bos-bos teknologi yang kekayaannya melampaui 100 miliar USD.
Meski demikian, mereka tengah menjadi sorotan dunia.
Hal itu tak lain karena ukuran dan kekuatan perusahaan serta kekayaan pribadi mereka terus berkembang.
Facebook, Amazon, Apple dan Google telah menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam masa pembatasan Covid-19.
Pasalnya, di tengah pembatasan orang semakin banyak berbelanja, menonton hiburan, dan bersosialisasi secara online.
Baca: Pertama Kali di Dunia! Australia Paksa Google dan Facebook Bayar Royalti untuk Setiap Konten Berita
Kekayaan pribadi Mark Zuckerber saja telah bertambah 22 Miliar USD tahun ini.
Padahal, dunia tengah kesulitan ekonomi karena dampak Covid-19.
Sementara kekayaan Mr Bezos telah tumbuh lebih dari 75 miliar USD, menurut Bloomberg.
Bahkan para raksasa teknologi itu dianggap memiliki kekuatan dan pengaruh yang terlalu besar.
Lima perusahaan teknologi terbesar AS, Apple, Amazon, Alphabet, Facebook, dan Microsoft, saat ini memiliki valuasi pasar yang setara dengan sekitar 30% produk domestik bruto (PDB) AS.
Baca: Coca-Cola Buat Facebook Merugi, Mark Zuckerberg Harus Rela Kehilangan Rp 102,6 Triliun
Karena hal ini, senator AS sekaligus mantan calon presiden Bernie Sanders minggu ini mengungkapkan rencana untuk mengenakan pajak atas apa yang disebutnya "perolehan kekayaan yang tidak senonoh."
"Make Billionaires Pay Act."
Dirinya memiliki gagasan untuk mengenakan pajak 60% dari peningkatan kekayaan bersih seorang miliarder sejak awal pandemi hingga akhir tahun.
Sanders mengusulkan bahwa pendapatan pajak yang diperoleh akan digunakan untuk biaya perawatan kesehatan yang tidak terjangkau bagi orang Amerika.