Christian Tybring Gjedde mengajukan nominasi hanya beberapa pekan setelah Trump membantu menengahi perdamaian antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA).
Anggota Parlemen Norwegia itu memuji Trump atas upayanya menyelesaikan konflik berkepanjangan di seluruh dunia, seperti diberitakan Tribunnews dari Fox, Kamis (10/9/2020).
"Atas jasanya (Trump), saya pikir dia telah melakukan lebih banyak upaya untuk menciptakan perdamaian antar negara daripada kebanyakan nominator Hadian Nobel Perdamaian lainnya," kata Tybring Gjedde.
Untuk diketahui, Tybring Gjedde merupakan anggota Parlemen empat periode yang juga menjabat sebagai Ketua Delegasi Norwegia untuk Majelis Parlemen NATO.
Baca: Demi Kalahkan Joe Biden pada Pilpres 2020, Donald Trump Rela Jika Harus Gelontorkan Uang Pribadi
Dalam surat pencalonan kepada Komite Nobel, Tybring Gjedde mengatakan, pemerintahan Trump memainkan peran kunci dalam pembentukan hubungan antara Israel dan UEA.
"Karena diharapkan negara-negara Timur Tengah lainnya akan mengikuti jejak UEA, perjanjian ini bisa menjadi pengubah permainan yang akan mengubah Timur Tengah menjadi wilayah kerja sama dan kemakmuran," tulisnya.
"Peran kunci Presiden (Trump) dalam memfasilitasi kontak antara pihak-pihak yang bertikai dan menciptakan dinamika baru dalam konflik berkepanjangan lainnya," tambahnya.
"Seperti sengketa perbatasan Kashmir antara India dan Pakistan, dan konflik antara Korea Utara dan Selatan, serta berurusan dengan kemampuan nuklir Korea Utara," terang suratnya.
Tybring-Gjedde juga memuji Trump karena menarik sejumlah besar pasukan dari Timur Tengah.
Bukan untuk Menjilat AS
Ini bukan nominasi Trump yang pertama, seperti yang diajukan Tybring-Gjedde bersama dengan pejabat Norwegia lainnya pada 2018 setelah KTT Singapura presiden AS dengan Kim Jong Un.
Perdana menteri Jepang dilaporkan melakukan hal yang sama.
Tybring-Gjedde, seorang anggota partai populis yang cenderung konservatif di Norwegia, mengatakan kepada Fox News bahwa nominasi terbarunya bukanlah tentang mencoba menjilat presiden AS.
"Saya bukan pendukung Trump yang besar," katanya.
“Komite harus melihat fakta dan menilai dia berdasarkan fakta. Orang-orang yang menerima Hadiah Perdamaian dalam beberapa tahun terakhir telah berbuat jauh lebih sedikit daripada Donald Trump. Misalnya, Barack Obama tidak melakukan apa-apa," katanya.
Baca: Vaksin Covid-19 Mulai Didistribusikan di Amerika Serikat pada 1 November 2020, Dikonfirmasi CDC
Sebelumnya, Penghargaan Nobel Perdamaian 2009 diberikan kepada Presiden Barack Obama saat itu atas apa yang disebut Komite Nobel sebagai "upaya luar biasa untuk memperkuat diplomasi internasional dan kerja sama antar masyarakat."
Keputusan yang dibuat hanya sembilan bulan setelah masa jabatan pertama Obama disambut dengan kritik di AS, termasuk dari Donald Trump.
Lech Walesa, mantan Presiden Polandia dan peraih Nobel tahun 1983, juga mengatakan pada saat itu terlalu dini untuk memberikan penghargaan kepada Obama, hanya 263 hari setelah menjabat.
Baca: Setelah Michelle Obama, Kini Giliran Barack Obama yang Sindir Donald Trump: Presiden Reality Show
“Terlalu cepat. Untuk saat ini Obama hanya membuat proposal. Tapi terkadang Komite Nobel memberikan hadiah untuk mendorong tindakan yang bertanggung jawab," katanya dulu.