Salahkan India Soal Konflik Perbatasan, China Desak Narendra Modi Patuhi Kesepakatan Kedua Negara

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Konflik India-China di perbatasan --- Tentara India memberikan penghormatan selama pemakaman rekan mereka, Nyima Tenzin yang berasal dari Tibet, pada 7 September 2020. Tenzin tewas dalam bentrokan terbaru dengan tentara China di perbatasan Himalaya yang disengketakan.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - China dan India terus berupaya mengurangi ketegangan yang terjadi di perbatasan.

Terbaru, Menteri Pertahanan China dan India mengadakan pertemuan di Moskow, Jumat (4/8/2020).

Dalam pertemuan tersebut, Penasihat Negara dan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe, mengatakan semua tanggung jawab ada di pihak India.

Wei menegaskan China tak akan menyerahkan secuil pun wilayahnya.

"China tidak akan menyerahkan satu inci pun wilayahnya," katanya seperti dikutip People's Daily.

Dia mendesak India untuk secara ketat mematuhi serangkaian kesepakatan yang dicapai antara kedua belah pihak.

Perbatasan China dan India (AFP via BBC)


Baca: China Tuduh Tentara India Lewati Perbatasan, Lepaskan Tembakan Peringatan, dan Ancam Tentara China

Diberitakan Kontan dari People's Daily, kesepakatan yang dimaksud antara lain, menahan diri dari provokasi pada Garis Kontrol Aktual saat ini, menahan diri dari tindakan yang dapat menyebabkan situasi memanas, dan menahan diri dari membesar-besarkan dan menyebarkan informasi negatif.

"Militer China bertekad penuh, mampu dan percaya diri dalam menjaga kedaulatan nasional dan integritas teritorial," kata Wei di sela-sela pertemuan para menteri pertahanan Organisasi Kerjasama Shanghai di Moskow.

Organisasi tersebut terdiri dari China, India, Pakistan, Rusia, Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan dan Uzbekistan

Setelah bentrokan di perbatasan India-China, pertemuan ini menjadi yang pertama kali.

India Butuh Dana Besar untuk Lawan China, tapi Ekonomi Sudah Ambruk karena Pandemi

Ketegangan China dan India di perbatasan masih tinggi.

Diberitakan sebelumnya, kedua negara terus mengirim pasukan militer ke perbatasan Himalaya yang menjadi pusat konflik.

Bahkan, India mengklaim satu tentaranya tewas diserang pasukan China pada Rabu (2/9/2020).

Namun, seperti diberitakan Kontan, pihak China langsung menepis kabar tersebut.

Dalam konflik ini, India tampil sebagai pihak yang dianggap tak akan mampu menyaingi China.

Apa lagi jika mengingat ekonomi yang 'kocar-kacir' akibat pandemi Covid-19.

Ekonomi yang tengah berada di titik terendah akan membuat India berpikir panjang untuk mengnambil langkah agresif di perbatasan.

Perdana Menteri India, Narendra Modi, berjalan bersama komandan militer setelah dirinya sampai di Leh, Ladakh (3/7/2020). Ini adalah kunjungan pertamanya di tempat itu sejak terjadinya bentrok berdarah antara pasukan India dan China bulan lalu. (HANDOUT / PIB / AFP)


Baca: Pentagon Sebut China Akan Gandakan Jumlah Hulu Ledak Nuklirnya, Kemenlu China Membantah

Data Global Times menunjukkan PDB India anjlok 23,9 persen dalam tiga bulan, hingga akhir Juni lalu.

Catatan ini merupakan rekor terburuk PDB triwulan sejak 1996.

Kondisi ekonomi yang anjlok tak bisa dilepaskan dari pandemi.

Kini India masih menjadi negara dengan korban terbesar ketiga di seluruh dunia.

Namun, tampaknya, PM Narendra Modi belum berupaya menutup kerugian.

Pemerintahannya justru terus melakukan pengeluaran besar, terutama di bidang pertahanan.

Narendra Modi menganggap langkah yang ia ambil masuk akal, melihat kondisi geopolitik India dengan China.

Perdana Menteri India, Narendra Modi. (AFP)


Baca: Babak Baru Ketegangan China-India: Kedua Negara Sama-sama Mengirim Jet Tempurnya ke Perbatasan

Namun, pakar ekonomi berkata sebaliknya.

Kalaupun dipaksakan, India tidak akan bisa memberi dukungan lebih pada konflik dengan China di perbatasan.

Pada hari Senin (31/8), pasukan India sekali lagi secara ilegal melintasi Garis Kontrol Aktual (LAC) di tepi selatan Danai Pangong dan jalur gunung Reqin.

Mobilisasi pasukan melalui wilayah LAC membutuhkan biaya yang mahal dan dapat menghabiskan anggaran. Pasokan logistik dan kebutuhan lain, termasuk bahan bakar.

Tindakan semacam itu jelas akan menguras anggaran India.

Sebelumnya, Kepala Staf Pertahanan Jenderal Bipin Rawat, mengklaim bahwa pasukan India siap untuk ditempatkan di segala kondisi, termasuk musim dingin.

Namun klaim itu banyak diragukan mengingat kondisi ekonomi yang ada.

Justru pemerintah dianggap telah mengabaikan masyarakat miskin yang turut terimbas pandemi Covid-19.

India dianggap perlu menyadari betul dampak ekonomi yang nyata dari konflik perbatasan ini, termasuk jika perang terjadi nantinya.

Logistik dan segala pasokan militer akan terasa sangat mahal terlebih distribusi di musim dingin mendatang pastinya memerlukan usaha ekstra.

Jika pemerintah India belum mampu memulihkan kondisi ekonomi domestiknya, maka penanganan konflik perbatasan pun akan semakin sulit.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Nur)



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer