Raja Salman Tak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel, Kecuali Ada Kejelasan Status Palestina

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Raja Salman bin Abdulaziz.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Raja Salman bin Abdulaziz mengatakan pada Presiden AS Donald Trump, Arab Saudi tak akan menormalisasi hubungan dengan Israel tanpa status kenegaraan Palestina.

Berita ini disiarkan oleh kantor berita kerajaan, Senin (7/9/2020).

Raja Salman mengatakan pada Donald Trump, dia menghargai upaya AS untuk mendukung upaya perdamaian.

Akan tetapi, Arab Saudi ingin melihat solusi yang adil dalam masalah Palestina.

Diberitakan Kontan, Raja Salman ingin masalah ini diselesaikan berdasarkan Prakarsa Perdamaian Arab, yang diusulkan kerajaan pada 2002.

Berdasarkan proposal tersebut, negara-negara Arab menawarkan normalisasi hubungan dengan Israel.

Sebagai imbalan, harus ada kesepakatan Kenegaraan Palestina.

Baca: Tentara Israel Tindih Leher Seorang Aktivis Paruh Baya Palestina, Panen Kecaman Masyarakat Dunia

Raja Salman bin Abdulaziz Al-Saud (Instagram/kingsalman)

Selain itu, semua pasukan Israel harus ditarik dari wilayah yang mereka rebut dalam perang Timur Tengah 1967.

Hingga kini, Arab Saudi tak mengakui Israel sebagai negara.

Namun, bulan ini kerajaan mengatakan akan mengizinkan penerbangan antara UEA dan Israel, termasuk oleh pesawat Israel, untuk melintasi wilayah udaranya.

Sebelumnya, Uni Emirat Arab memang telah menormalisasi hubungan dengan Israel, setelah Mesir dan Yordania.

Sejauh ini, tidak ada negara Arab lain yang mempertimbangkan untuk mengikuti UEA.

Turki Putuskan Hubungan dengan UEA

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berbicara selama konferensi pers setelah Pertemuan Kabinet di Kompleks Presiden di Ankara pada 29 Juni 2020. (Adem ALTAN / AFP)

Baca: Putrinya Dihina, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Buka Kemungkinan Hapus Twitter dari Negaranya

Diberitakan sebelumnya, Presiden Turki bersikukuh membela Palestina dan mengancam memutuskan hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA).

Hal tersebut merupakan tanggapan Turki atas adanya keputusan UEA yang menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Dalam keputusan itu, Erdogan mengkritik keras UEA atas kesepakatan hubungan diplomatik dengan negara Yahudi itu.

Hal tersebut lantaran dalam sejarahnya, negara teluk Arab tidak ada yang menjalin hubungan dengan Israel.

Negara teluk Arab mencoba untuk mencegah dari mempertahankan hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.

Aksi tidak adanya hubungan diplomati tersebut merupakan bentuk protes terhadap kependudukan bangsa Yahudi di Tepi Barat Palestina.

Baca: Timur Tengah Kian Panas, Dua Komandan Irak Tewas Diserang Drone Turki

"Kami sudah memberikan instruksi kepada Menlu. Menangguhkan hubungan diplomatik dengan Abu Dhabi mungkin salah satu langkahnya, selain memanggil duta besar kami, karena kami berdiri bersama rakyat Palestina." Kata Erdogan dikutip dari Russia Today, Sabtu (15/8/2020).

Sebelumnya, sebuah pernyataan keluar dari Kementerian Luar Negeri Turki pada hari Jumat (14/8/2020) yang mengecam kesepakatan hubungan diplomatik antara UEA dan Israel.

Pihak Turki mengatakan kedua negara telah mengabaikan keinginan Palestina atas pengakuan dunia terhadap wilayahnya.

Dalam pidatonya di Universitas Ankara, Presiden Erdogan mengumumkan Turki telah menangkap istri dari pemimpin ISIS, Abu Bakr Al Baghdadi (Bloomberg)

"UEA secara diam-diam mengejar ambisi rahasia atas rencana AS dan telah mengabaikan keinginan keras Palestina," kata pernyataan Kemenlu Turki, dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (14/8/2020).

Turki juga menyatakan keprihatinan dan mendukung rakyat dan otoritas Palestina atas reaksi mereka yang menjalin kesepakatan baru-baru ini.

Menurut Turki, langkah yang diambil oleh UEA hanya bertujuan untuk menghapus Rencana Perdamaian Arab secara sepihak.

"Dengan demikian, tidak ada kredibilitas dalam menampilkan deklarasi trilateral sebagai dukungan untuk perjuangan Palestina," bunyi pernyataan itu.

Baca: 8 Momen Hangat Hubungan UEA-Israel, Pembuka Jalan Dibangunnya Kesepakatan Diplomatik

Pernyataan Kemenlu Turki juga mencatat bahwa pemerintah UEA tidak memiliki wewenang untuk bernegosiasi dengan Israel atas nama Palestina, tanpa persetujuan dari rakyat dan pemerintahan Palestina itu sendiri.

"Baik sejarah maupun hati nurani di kawasan ini tidak akan pernah terlupakan dan dimaafkan perilaku munafik UEA,” kata pernyataan itu

Pernyataan itu mengungkapkan UEA yang mencoba untuk menggambarkan kesepakatan diplomatik dengan Israel sebagai pengorbanan untuk Palestina.

“Padahal, pada kenyataannya itu adalah pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina untuk kepentingannya sendiri, "tambahnya.

KOLASE FOTO: Foto 28 Mei 2017, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) di Yerusalem dan foto pada 12 Juni 2019, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed di Berlin. Israel dan UEA sepakat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan dimediasi oleh AS. Negara Yahudi tersebut setuju untuk menghentikan aneksasi di wilayah Palestina. (GALI TIBBON, Odd ANDERSEN / AFP)

Israel dan UEA telah sepakat untuk menjalin hubungan diplomatik, kata Presiden AS, Donald Trump pada hari Kamis (13/8/2020).

Trump mengatakan ini adalah sebuah langkah yang mencegah rencana kontroversial Israel untuk mencaplok sebagian besar Tepi Barat yang diduduki Israel.

Kesepakatan ini menandai kali ketiganya negara Arab membuka hubungan diplomatik penuh dengan Israel, dan UEA sekarang menjadi negara Teluk Arab pertama yang melakukannya.

Negara Arab lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel adalah Mesir dan Yordania.

(Tribunnewswiki/Nur/Al) (Serambinews.com/Agus Ramadhan)

Sebagian artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Erdogan Tarik Dubes dan Ancam Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Uni Emirat Arab



Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer