Saling lempar tuduhan terkait Covid-19 dan perang dagang membuat hubungan antara dua negara besar tersebut semakin tidak mesra.
Situasi terkini, hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing semakin memburuk atas aksi saling mengusir kantor konsulat di negara masing-masing.
Namun, tak hanya dengan China, terkini Amerika Serikat juga mengusik situasi Rusia.
Padahal, hubungan antara Amerika Serikat dan Rusia selama periode Presiden Donald Trump tidak setegang kala masa Barack Obama.
Namun, dengan situasi terkini, Rusia menegaskan penggunaan beberapa sistem peluncuran roket oleh AS selama latihan militer di Estonia provokatif dan sangat berbahaya bagi stabilitas kawasan
Baca: Sekolah Kembali Dibuka Hari Ini, Kasus Covid-19 di Rusia Justru Tembus 1 Juta
"Kami menarik perhatian pada laporan, khususnya di Washington Times, yang berisi seruan anti-Rusia dan informasi pers Amerika atas manuver Angkatan Bersenjata AS di Estonia dari 1 hingga 10 September menggunakan beberapa sistem peluncuran roket di sekitar wilayah perbatasan Rusia (110 km)," kata Kedutaan Besar Rusia untuk AS.
Menurut Kedutaan Besar Rusia di Washington, negaranya telah berulang kali mengusulkan kepada AS dan sekutunya untuk membatasi kegiatan latihan militer, dan mengalihkan zona latihan dari jalur kontak Rusia-NATO.
Baca: Rusia Mulai Berani Latih 50 Kapal dan 40 Pesawat Perang di Dekat Perairan Amerika Serikat
"Kami menganggap tindakan Angkatan Bersenjata AS di Estonia provokatif dan sangat berbahaya bagi stabilitas kawasan," tegas Kedutaan Besar Rusia di AS dalam pernyataan, Senin (31/8/2020) dikutip dari kantor berita TASS.
"Mengapa demonstrasi (militer) ini menggetarkan pedang? Sinyal apa yang ingin dikirim anggota NATO kepada kami?"
"Siapa yang sebenarnya meningkatkan ketegangan di Eropa?," tanya Kedutaan Besar Rusia untuk AS.
Dan, itu semua terjadi dalam konteks situasi politik yang memburuk di wilayah Eropa.
"Pertanyaan retorisnya adalah, bagaimana reaksi Amerika jika terjadi penembakan oleh militer kami di perbatasan AS?" ujar Kedutaan Besar Rusia.
Mulai 1 hingga 10 September, Brigade Infanteri Angkatan Bersenjata Baltik dan Brigade Artileri Lapangan ke-41 Angkatan Darat AS menggelar latihan militer di Estonia.
Ini adalah latihan tembakan langsung pertama oleh artileri AS di luar pangkalan permanen mereka di Eropa.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Beijing dan Moskow bekerjasama dalam perang informasi.
Langkah ini dilakukan di tengah pertarungan ideologis antara China dengan Amerika Serikat yang semakin meningkat.
South China Morning Post memberitakan, dalam kritik terselubung terhadap AS, Hua Chunying, yang juga menjabat sebagai direktur departemen pers kementerian, dan rekannya dari Rusia Maria Zakharova mengatakan negara-negara tertentu telah menyebarkan disinformasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik.
Rusia dan terutama China, kini menanggap Amerika Serikat negara "tak tahu diri" karena melakukan berbagai serangan terhadap negara lain.
"Mereka telah mendistorsi sejarah, menyerang sistem sosial negara lain dan jalur pembangunan, mempolitisasi pandemi, menempelkan label pada virus dan membatasi dan menindas media asing karena melakukan pekerjaan mereka", kata kementerian luar negeri China dilansir South China Morning Post.
Baca: Diuji Coba pada 30 Ribu Orang, Vaksin Covid-19 Moderna dari Amerika Siap Produksi Akhir 2020
Baca: Menambah Ketegangan Diplomatik, AS Langgar Konvensi Wina dengan Menerobos Konsulat China di Houston
Pernyataan yang dibuat pada hari Jumat tersebut, muncul ketika konfrontasi antara China dan AS terus berkobar di berbagai bidang.
Mulai dari penanganan awal Beijing terhadap penyebaran virus corona, hingga pengenalan hukum keamanan nasional di Hong Kong.
Bahkan, dalam langkah yang belum pernah terjadi sejak dimulainya hubungan diplomatik resmi pada 1979, Beijing memerintahkan AS untuk menutup konsulatnya di Chengdu pada Jumat sebagai balasan atas keputusan Washington untuk menutup konsulatnya di Houston di mana pejabat AS menuduh konsulat Houston digunakan sebagai "pusat penelitian" pencurian oleh militer Tiongkok di AS.
Melansir Reuters, suasana tegang bahkan tampak pada Senin pagi, di mana para pejabat China mengambil alih gedung konsulat Chengdu setelah staf diplomatik AS meninggalkan gedung tersebut.
Konsulat Chengdu merupakan satu dari lima kantor konsulat di China daratan.
Langkah ini menimbulkan kecemasan bahwa ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut mungkin terlalu dalam untuk diperbaiki.
Selama konferensi video pada hari Jumat, Hua dan Zakharova mengatakan negara-negara lain harus bergabung dengan upaya mereka untuk "menolak disinformasi".
"Negara-negara seharusnya tidak mengadopsi standar ganda, mencampuri urusan dalam negeri orang lain atau tuduhan tanpa dasar yang sama pada sistem politik negara lain, jalur pembangunan dan pemerintahan negara berdasarkan ideologi dan prasangka politik," kata mereka.
Artikel ini sebagian sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul AS gelar latihan militer di Estonia, Rusia: Provokatif dan sangat berbahaya!