Kasus Covid-19 Global Tembus 25 Juta, Ada 78.761 Kasus Baru di India dalam Sehari, Kalahkan Rekor AS

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Tiga anggota keluarga, yang memakai masker untuk menghindari penularan Covid-19, mengendarai sepeda motor di sebuah pasar di New Delhi pada 30 Agustus 2020. Pada 30 Agustus 2020, India melaporkan ada tambahan infeksi Covid-19 sebanyak 78,761 kasus dalam 24 jam.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Kasus Covid-19 dunia melewati angka 25 juta pada hari ini, Minggu (30/8/2020).

Data terbaru menunjukkan ada kenaikan yang stabil dan pusat penyakit kembali bergeser.

Dilansir dari Reuters, (30/8/2020) saat ini India menjadi pusat penyakit, menggantikan Amerika Serikat (AS) dan Amerika Selatan.

Tidak hanya itu, India juga mencatat rekor dunia baru, yakni tambahan kasus Covid-19 dalam sehari.

India hari ini melaporkan ada tambahan infeksi virus corona sebanyak 78.761 kasus.

Jumlah ini mengalahkan 77.299 kasus yang dilaporkan AS pada pertengahan Juli lalu.

Dengan tambahan ini, total kasus Covid-19 di dunia mencapai 25.074.751 kasus.

Baca: Ambisi WHO dalam Program Vaksin Covid-19 untuk Seluruh Dunia Mulai Redup, Ini Penjelasannya

Seorang tenaga medis di Mumbai, India, yang memakai APD sedang mengambil sampel swab dari seorang dokter pada 17 Agustus 2020. Total kematian akibat Covid-19 di India menembus angka 50.000 pada Senin, (17/8/2020) (INDRANIL MUKHERJEE / AFP)

Menurut data WHO, jumlah resmi kasus Covid-19 global saat ini mencapai lima kali lipat jumlah penyakit influenza parah yang tercatat tiap tahun.

Di seluruh dunia, sudah ada lebih dari 840.000 kematian terkait virus corona.

Angka ini mengalahkan angka kematian tahunan yang terkait dengan influenza, yakni antara 290.000 dan 650.000.

India, negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia, berada di belakang AS dan Brazil dalam hal jumlah kasus Covid-19.

Meski demikian, India secara konsiseten mengalahkan keduanya dalam kasus harian sejak 7 Agustus.

Baca: India Laporkan 60 Ribu Kasus Covid-19 Selama 4 Hari Berturut-turut, Total Kasus Hampir 3 Juta

Di tengah lonjakan kasus, Perdana Menteri Narendra Modi telah mendorong warga negara untuk kembali ke kehidupan normal untuk mengurangi dampak ekonomi akibat pandemi.

Sebelumnya, India juga telah melakukan penguncian ketat pada Maret lalu.

Pemerintah pada Sabtu, (29/8/2020), mengumumumkan akan kembali membuka jaringan kereta bawah tanah dan mengizinkan acara olahraga dan keagamaan secara terbatas mulai bulan depan.

Sementara itu, Amerika Selatan menjadi wilayah dengan jumlah infeksi terbanyak di dunia.

Tiga pria menggotong peti jenazah anggota keluarganya yang meninggal karena terinfeksi virus corona, New Delhi (6/7/2020). WHO kini (7/7/2020) mengakui virus corona jenis baru bisa menyebar melalui medium udara. (SAJJAD HUSSAIN / AFP)

Namun, beberapa negara di wilayah itu mulai menunjukkan adanya penurunan jumlah kasus,

Di AS, jumlah kasus baru, kematian, rawat inap, angka kepositifan tes telah menurun.

Meski demikian, ada hotspot baru di Midwest.

Laju infeksi baru dunia sedikit stabil dan dalam tiga minggu ada tambahan 5 juta kasus sehingga total kasus menjadi 25 juta.

Baca: Demi Pulihkan Ekonomi dari Covid-19, Inggris Akan Dorong Warganya Kembali Bekerja di Kantor

Sebelumnya, butuh 39, 24, dan 19 hari, masing-masing untuk menambah 5 juta kasus menjadi 10 juta, 15 juta, dan 20 juta.

Angka kasus harian melambat sekitar 1,2% selama Agustus ini.

Angka ini lebih kecil dibandingkan 1,7% pada Juli, 1,8% pada Juni, 2,1 % pada Mei, 4,6% pada April, dan 7,7 % pada Maret.

Pria Hong Kong Kembali Terinfeksi Virus Corona Setelah Sembuh, Strain-nya Berbeda

Peneliti di Universitas Hong Kong menyatakan seorang pria di Hong Kong kembali terinfeksi virus corona setelah dinyatakan sembuh.

Ini adalah kasus terkonfirmasi pertama pasien terjangkit Covid-19 untuk kedua kalinya.

Seorang pria yang menggunakan masker untuk mencegah Covid-19, sedang berjalan di jalan Hong Kong pada 23 Agustus 2020. (MAY JAMES / AFP)

Dilansir dari Nbcnews, (25/8/2020), hasil penemuan ini menunjukkan bahawa mereka yang pulih dari Covid-19 mungkin hanya memiliki kekebalan jangka pendek.

Kasus ini kemungkinan besar akan menjadi perhatian penting bagi para ilmuwan yang saat ini menggunakan antibodi dari pasien Covid-19 yang sembuh, dan mereka yang berupaya mengembangkan vaksin.

Meski demikian, terlalu dini untuk menarik kesimpulan dari kasus tersebut.

Hasiil penelitian itu juga tidak serta merta menimbulkan kepanikan karena infeksi ulang adalah hal yang umum terjadi pada virus corona lainnya.

Akiko Iwasaki, seorang profesor immunobiologi di Yale University, berkomentar melalui akun Twitternya setelah hasil studi dirilis.

Dia mengatakan hasil penelitian itu tidak memperlihatkan sesuatu "yang tak terduga" atau tidak ada kejutan besar.

"Ini bukan alasan untuk panik - ini adalah contoh buku panduan tentang bagaimana kekebalan bekerja," tulis dia.

Menurut hasil studi peneliti Hong Kong itu, pria Hong Kong berumur 33 tahun tersebut mengalami gejala ringan pada akhir Maret ketika dia didiagnosa terjangkit Covid-19.

Dia dirawat di rumah sakit pada 29 Maret.

Namun, gejalanya mereda dan dia dipulangkan pada 14 April.

Infeksi yang kedua terjadi lebih dari empat bulan kemudian, setelah dia kembali ke Hong Kong dari Spanyol melalui Inggris.

Pasien itu dites dan hasilnya positif dan dirawat di rumah sakit.

Namun, menurut hasil studi itu, dia tetap tidak menunjukkan gejala.

Peneliti membandingkan urutan genom virus corona pada infeksi pertama dan kedua.

Infeksi yang kedua tampaknya berasal dari strain virus corona yang sedikit berbeda dari yang pertama.

Ilmuwan mengkonfirmasi bahwa pria itu benar-benar mengalami infeksi yang kedua kalinya, dan bukan karena infeksi yang pertama masih ada.

Brenda Wren, seorang profesor mikrobiologi di London School of Hygiene and Tropical Medicine, Inggris, menyebut infeksi ulang itu sebagai "contoh langka".

Dia juga berkata bahwa tidak jarang ditemukan strain virus berbeda karena pandemi berkembang.

Menurutnya, semua virus bermutasi seiring berjalannya waktu.

Dengan jutaan kasus Covid-19 saat ini, kata dia, infeksi ulang yang baru saja teridentifikasi ini seharusnya tidak menggagalkan usaha pengembangan vaksin.

Sementara itu, penelitian awal menunjukkan tingkat antibodi virus corona berkurang setelah beberapa bulan.

Dengan demikian, kekebalan potensial terhadap virus itu mungkin tidak bertahan lama.

(Tribunnewswiki/Tyo)



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer