Lebih mengenaskan dari itu, yakni cerita novel Lionel Messi dan Barcelona selama 20 tahun mendekati penghujung akhir.
Di dalam kontrak Lionel Messi terdapat klausul yang memungkin dia pergi dari Barca secara gratis transfer.
Kabar semakin mendekati kenyataan ketika pada Selasa (25/8/2020), top skor sepanjang sejarah Barcelona itu dikabarkan sudah menyampaikan kepada klub bahwa dirinya ingin pindah.
Messi memang tak nyaman dengan situasi di Barcelona saat ini.
Berbagai masalah silih berganti menggelayuti Barcelona sepanjang musim 2019-20 lalu.
Namun, sebenarnya apa saja akar permasalahan klub berjuluk Azulgrana ini hingga masuk ke situasi runyam seperti sekarang?
Sebelumnya, beberapa pemain senior Barcelona tetap mendukung keberadaan Valverde di klub yang bermarkas di Camp Nou tersebut.
Namun, tuntutan kuat dari pada pendukung dan hasil buruk membuat Valverde pun akhirnya dikenai godam pemecatan oleh manajemen.
Baca: Foto Diduga Surat Pengunduran Diri Lionel Messi dari Barcelona Tersebar di Sosial Media, Ini Isinya
Baca: 2 Ucapan Ronald Koeman Ini Diduga Jadi Alasan Lionel Messi Marah, Makin Ingin Pindah dari Barcelona
Quique Setien masuk, harapan baru muncul.
Terlebih, eks pelatih Real Betis itu dikenal suka menerapkan sepak bola yang dominan menguasai bola.
Hal ini tentu linier dengan tuntutan para pendukung yang meminta timnya bermain layaknya era Johan Cruyff, Frank Rijkaard atau Pep Guardiola.
Namun, jauh panggang dari api, Setien meski sukses membuat Barcelona kembali rutin "menguasai bola", mereka tetap keropos di lini pertahahan dan terlalu mengandalkan Messi seorang di lini depan.
Setien pun dipecat oleh manajemen Barcelona.
Konflik antara Messi dan jajajaran manajemen klub ini pun semakin membuat jurang keharmonisan di Barcelona menganga hingga masalah-masalah berikutnya datang.
Ketiga, tentu perekrutan pemain secara asal-asalan.
Pertengahan musim 2019-20 lalu, Barcelona merekrut penyerang medioker, Martin Braithwaithe dari Leganes, alih-alih membeli penyerang top atau menggunakan jasa didikan akademi sendiri.
Langkah ini pun menghadirkan kritik daru suporter.
Namun, sekalinya merekrut pemain top seperti Antoine Griezmann, Barcelona pun seolah-olah menyia-nyiakan bakat peraih juara Piala Dunia 2018 bersama Prancis itu dengan membangku cadangkannya.
Baca: Terjerat Kasus Sengketa Transfer, Antoine Griezmann Bisa Dilarang Perkuat Barcelona di Liga Spanyol
Baca: Takut Tertular Covid-19, Lionel Messi Gunakan Tempat Tidur Khusus Anti Virus Corona
Diluar itu, ternyata kedatangan Griezzman juga tak direstui Messi dan hal ini pun menjadi masalah tersendiri di Barcelona karena pengaruh sang kapten yang keterlampuan mengakar.
Messi pun secara faktual mendikte Barcelona mulai dari penentuan pelatih, gaya atau cara bermain tim hingga menyetujui/tidak menyetujui ketika seorang pemain hendak direkrut klubnya.
Peran dan pengaruh terlalu besar dari Messi ini pun secara tidak langsung, berdampak pada situasi Barcelona saat ini.
Semua akumulasi masalah ini pun tertuang pada laga perempat final kontra Bayern Muenchen.
Barcelona mengalami kekalahan sangat memalukan dari Bayern Muenchen dengan skor 2-8 dalam laga perempat final Liga Champions .
Kemudian, Barcelona gagal meraih satu pun gelar di semua ajang yang mereka ikuti di musim 2019-20.
Di Liga Spanyol, The Catalans disalip Real Madrid hingga menuntaskan kejuaraan sebagai runner-up.
Di Copa del Rey, Barca cuma sampai perempat final karena disingkirkan Athletic Bilbao secara menyakitkan akibat gol bunuh diri menit-menit terakhir.
Di Piala Super Spanyol, comeback brilian Atletico Madrid, juga di menit-menit terakhir, mengirim skuad Blaugrana pulang lebih awal pada semifinal.
Puncaknya, dalam ajang yang diharapkan menghasilkan gelar terakhir musim ini, Liga Champions, anak asuh Quique Setien dipermak Bayern dengan margin 6 gol.
Musim penuh gejolak dan bencana bagi Barca disertai momen pergantian pelatih dan sejumlah konflik di jajaran manajemen.
Efeknya bagi Messi, kiprah musim ini menjadi periode terburuknya semenjak memperkuat tim utama Barca.
Kali terakhir Messi melalui perjalanan semusim tanpa satu pun trofi adalah pada 2007-2008.
Kala itu, Messi baru berusia 20-21 tahun dan masih memakai nomor punggung 19 karena angka 10 dikenakan playmaker legendaris, Ronaldinho.
Kendati begitu, bisa dibilang musim 2007-2008 pun lebih baik untuk Barca dibandingkan musim ini.
Tim asuhan Frank Rijkaard memang finis di peringkat ketiga klasemen Liga Spanyol, segaris di bawah pencapaian musim ini.
Namun, mereka mencapai tahap lebih jauh di Copa del Rey (semifinal) dan Liga Champions (semifinal).
Musim tersebut akhirnya menjadi pemicu revolusi besar-besaran di Barca.
Itulah akhir penanda era Rijkaard, juga sederet jagoan klub seperti Ronaldinho dan Deco dipaksa keluar oleh manajemen.
Baca: Diego Jr Sebut Maradona Dewa Sepak Bola, Messi Juga Hebat tapi Masih dari Kalangan Manusia
Baca: Lionel Messi Patah Hati dan Curhat Alasan Barcelona Tampil Buruk hingga Kalah Bersaing dengan Madrid
Kemudian, secara berani manajemen Barca mempromosikan Pep Guardiola sebagai pelatih tim utama, merekrut Gerard Pique, mencomot Sergio Busquets dari Barca B, dan memberikan nomor 10 kepada Messi.
Hasilnya adalah sejarah sendiri yang menjelaskan.
Luis Suarez sampai-sampai ditelfon untuk diputus kontrak kerjanya ketika dirinya dan keluarga sedang berlibur musim panas 2020 ini.
Selain itu, tindakan manajemen yang diduga menyerang citra atau nama baik para pemain senior via menyewa buzzer sosial media juga membuat Messi muak dengan sikap manajemen yang terkesan menghina harga diri para pemain.
Meski Messi sempat sepakat dengan penunjukkan Quique Setien menggantikan Ernesto Valverde diawal musim 2019-20 lalu, ternyata mantan pelatih Real Betis itu tidak begitu akur dengan sang kapten.
Messi disebut lebih setuju jika Barcelona menunjuk pelatih yang telah mengenal karakter permainan klub.
Mereka yang disetujui Messi adalah Xavi Hernandez hingga tentunya Pep Guardiola.
Namun, nama-nama tersebut tidak pernah benar-benar masuk dalam pendekatan konkrit manajemen Barcelona.
Justru yang hadir adalah Ronald Koeman, pelatih yang gagal bersama Valencia dan Everton, walau sukses mengantarkan timnas Belanda masuk ke Piala Eropa 2020 nanti.
K