Pria yang memproklamirkan diri sebagai bagian dari kelompok supremasi kulit putih ini ditangkap lantaran terlalu dekat dengan lokasi Masjid Linwood.
Aksinya terjadi ditengah sidang vonis Brenton Tarrant, terdakwa penembakan masjid di Selandia Baru, Jumat 15 Maret 2019.
Kok bisa? Apa yang terjadi?
Eks narapidana ini sempat dipenjara selama 21 bulan pada tahun lalu akibat mengirim video terlarang serangan teror Brenton ke 30 orang.
Baca: Pengadilan Tinggi Gelar Persidangan Brenton Tarrant, Pelaku Penembakkan Masjid di Selandia Baru
Ia terbukti meminta temannya memodifikasi video tersebut dengan menambahkan tanda silang dan jumlah korban.
Dia bebas bersyarat pada Januari 2020.
Pria berusia 45 tahun tersebut masih harus tunduk dalam persyaratan untuk tidak mendekati dua masjid di Christchurch atau melakukan komunikasi dengan warga Muslim Selandia Baru.
Namun, Arps ditangkap pagi ini Selasa (25/8) setelah berada di dekat Linwood Islamic Center, tempat tewasnya tujuh orang dalam serangan Brenton Tarrant tahun lalu.
Arps ditangkap dan didakwa melanggar ketentuan syarat pembebasan.
DISCLAIMER: Tribunnewswiki.com tidak menyediakan gambar Philip Arps karena keterbatasan hak cipta.
Baca: Imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda di Hadapan Terdakwa Brenton Tarrant: Kau itu Sesat dan Salah Arah
Anselm Williams selaku pengacaranya membela apa yang dilakukan Arps.
Williams mengatakan Arps punya hak berada di daerah tersebut.
Ia menyertakan bukti foto Arps cuma mengunjungi toko minuman.
Pengacara mengajukan pembelaan tak bersalah untuk Arps.
Arps -pria yang ditahan bersyarat sampai adanya sidang PK pada Oktober- ini diberi jaminan.
"Mengingat sidang vonis (Brenton Tarrant) masih berlangsung, Polisi dengan cermat memberikan pertimbangan terhadap pergerakan pria tersebut," ungkap polisi.
"Dia (Arps) tidak berhubungan dengan siapa pun yang terlibat dalam persidangan itu," tambahnya, dilansir New Zealand Herald dan Brisbane Times, Selasa (25/8/2020).
Petugas melakukan pengamanan ketat saat dimulainya sidang vonis Brenton Tarrant, terdakwa penembakan masjid di Selandia Baru.
Baca: Selamat dari Serangan di Masjid Selandia Baru, Khaled Alnobani: Saya Depresi, Saya Frustasi
Tampak pasukan sniper disiagakan di atas gedung untuk memantau keadaan dan hal-hal yang mencurigakan.
Adapun penembak jitu juga disiapkan di dekat jalanan kantor pengadilan yang sudah ditutup.
Menurut pantauan RNZ, Senin (24/8/2020), sejumlah petugas juga dibekali senjata laras panjang di depan gedung Pengadilan Tinggi Christchurch.
Sejumlah petugas juga terlihat membawa anjing pelacak.
Baca: Sidang Penembakan Masjid di Selandia Baru: Brenton Tarrant Mengaku Berencana Bakar Masjid
Sebagai informasi, aktivitas di gedung pengadilan pada pagi hari terbatas hanya pada hal-hal yang bersifat mendesak.
Pencegahan akses dunia maya juga dilakukan dengan ketat.
Otoritas Selandia Baru juga memantau pengguna media sosial yang mencoba mengakses jalannya pengadilan yang disiarkan langsung.
Terlihat kerumunan keluarga korban menunggu di luar gedung.
Puluhan orang ini bersiap menunggu sidang vonis terdakwa Brenton Tarrant yang dimulai pada pukul 10 pagi, Senin (24/8/2020).
Lebih dari 60 orang diperkirakan akan memberikan suara di mimbar pengadilan.
Orang-orang ini akan membagikan dampak atas serangan tersebut baik melalui siaran daring maupun melalui perwakilan yang berlangsung selama 4 hari.
Ini akan menjadi pertama kalinya bagi Tarrant muncul di hadapan banyak orang sejak ditangkap setelah serangan 15 Maret.
Baca: Imam Masjid Al Noor, Gamal Fouda di Hadapan Terdakwa Brenton Tarrant: Kau itu Sesat dan Salah Arah
Brenton telah mengakui 51 dakwaan pembunuhan, 40 percobaan pembunuhan, dan satu dakwaan terorisme.
Pria 29 tahun ini telah memilih mewakili dirinya sendiri saat persidangan.
Sehingga, baik dia ataupun pengacara yang ditunjuk pengadilan dapat secara terbuka memberikan pengajuan hukum pembelaan.
Baca: Kisah Penyintas Afghanistan Ata Taj Mohammad Kamran di Sidang Penembakkan Masjid Selandia Baru
Baca: Selamat dari Serangan di Masjid Selandia Baru, Khaled Alnobani: Saya Depresi, Saya Frustasi
Jaksa penuntut diwakili oleh Mark Zarifeh dan Barnaby Hawes.
Sementara itu hakim pemimpin sidang adalah Cameron Mander.