Barcelona mengakhiri musim 2019-20 tanpa satupun gelar ditangan mereka.
Puncaknya adalah kekalahan 2-8 dari Bayern Muenchen di perempatfinal Liga Champions 2019-20.
Kekalahan tersebut menjadi aib memalukan tersendiri bagi Blaugrana karena merupakan rekor terbesar mereka di ajang sekelas Liga Champions.
Tak berhenti di situ, laga tersebut seakan menjadi klimaks kegagalan Barcelona tidak meraih gelar satu pun pada musim 2019-2020.
Barcelona juga sebelumnya kalah dari Real Madrid dalam persaingan gelar Liga Spanyol dan harus tersingkir dari Copa del Rey di perempatfinal oleh Bilbao.
Hasil memble musim 2019-20 secara drastis mempengaruhi posisi Quique Setien sebagai pelatih kepala dan Eric Abidal sebagai direktur olahraga.
Keduanya dipecat karena tak mampu menyelamatkan Barcelona dari kehancuran musim 2019-2020.
Baca: Renovasi Total Komposisi Tim, Barcelona Siap Buang 8 Pemain Senior: Termasuk Luis Suarez dan Pique
Baca: Selain ke PSG, Cristiano Ronaldo Ditawarkan ke Barcelona oleh Juventus: Potensi Duet dengan Messi?
Presiden Barcelona, Josep Maria Bartomeu, pun secara resmi telah menunjuk Ronald Koeman menjadi pelatih kepala dan Ramon Planes sebagai direktur teknik.
Namun, ternyata kekalahan Barcelona ini seakan menjadi kabar gembira bagi rival mereka, Real Madrid.
Misalnya, ketika kekalahan memalukan Barcelona dari Bayern Muenchen terjadi.
Gelandang tengah Real Madrid, Toni Kroos, mengungkapkan respons rekan-rekan setimnya di Whatsapp grup ketika mengetahui Barcelona dipermak 8-2 oleh Bayern Muenchen
Para pemain Los Blancos pun disebut "ikut merayakan dan bersorak sorai" atas situasi Barcelona yang dipermalukan dengan skor besar oleh Bayern Muenchen.
"Anda tidak bisa menunjukkan semuanya (di depan umum)," ujar Kroos mengutip Metro.co.uk via Bolasport.com
"Tapi, bisa dibayangkan bahwa kami tidak sedih."
"Ada beberapa kebahagiaan yang luar biasa di sana," tutur Kroos melanjutkan.
Sementara itu, Real Madrid juga kalah di babak 16 besar Liga Champions usai ditaklukkan Manchester City.
Kroos sendiri memfavoritkan Bayern Muenchen untuk menjadi juara Liga Champions 2019-2020.
Baca: Dirumorkan ke Barcelona, Berikut Ini 3 Klub Eropa yang Pernah Berniat Pasangkan Ronaldo dan Messi
Baca: Masalah Barcelona Terlalu Banyak dan Genting, Termasuk Keberadaan Messi Sendiri: Akankah Dia Pindah?
Kebetulan, sebelum menjadi andalan Real Madrid, Kroos adalah andalan Bayern Muenchen.
Kroos pun sempat membawa Bayern Muenchen juara Liga Champios.
Kroos bisa saja lebih lama bermain untuk Bayern Muenchen, andai Pep Guardiola tak menjualnya ke Real Madrid dan digantikan dengan Xabi Alonso.
Meski begitu, Kroos tetap berharap yang terbaik untuk bekas klubnya tersebut.
"Hasilnya cukup membuat Bayern jadi favorit," kata Kroos soal mantan klubnya tersebut.
"Saya pikir Bayern akan memenangkannya. Mereka adalah yang terbaik dari tim yang tersisa," ucap Kroos menambahkan.
Barcelona musim 2019-20 ini benar-benar hancur.
Musim 2019-20, Barcelona tak mampu meraih satu gelar pun dari Liga Spanyol, Copa del Rey, Liga Champions dan bahkan Piala Super Spanyol.
Ternyata, Barcelona memiliki berbagai masalah penting dibalik kegagalan mereka pada musim 2019-20.
Pergantian pelatih, konflik antar petinggi klub dan pola perekrutan pemain "asal comot" dinilai menjadi faktor kenapa performa Barcelona di rumput hijau begitu labil.
Pertama, terkait perpindahan kursi pelatih dari Ernesto Valverde ke Quique Setien.
Sebelumnya, beberapa pemain senior Barcelona tetap mendukung keberadaan Valverde di klub berjuluk Azulgrana tersebut. Namun, tuntutan kuat dari pada pendukung dan hasil buruk membuat Valverde pun akhirnya dikenai godam pemecatan oleh manajemen.
Quique Setien masuk, harapan baru muncul.
Terlebih, eks pelatih Real Betis itu dikenal suka menerapkan sepak bola yang dominan menguasai bola.
Hal ini tentu linier dengan tuntutan para pendukung yang meminta timnya bermain layaknya era Johan Cruyff, Frank Rijkaard atau Pep Guardiola.
Baca: Dirumorkan ke Barcelona, Berikut Ini 3 Klub Eropa yang Pernah Berniat Pasangkan Ronaldo dan Messi
Baca: Selain ke PSG, Cristiano Ronaldo Ditawarkan ke Barcelona oleh Juventus: Potensi Duet dengan Messi?
Namun, jauh panggang dari api, Setien meski sukses membuat Barcelona kembali rutin "menguasai bola", mereka teta[ keropos di lini pertahahan dan terlalu mengandalkan Messi di lini depan.
Setien pun kabarnya akan dipecat pada Senin (17/8/2020) ini oleh manajemen Barcelona.
Lalu, problem kedua terkait konflik petinggi klub yang dipimpin oleh Josep Maria Bartomeu cs, dugaan penggunaan buzzer sosial media untuk menyerang citra Messi, Busquets, Pique dan para pemain senior hingga konflik direktur olahraga, Eric Abidal vs Messi.
Selanjutnya, tentu perekrutan pemain secara asal-asalan.
Pertengahan musim 2019-20 lalu, Barcelona merekrut penyerang medioker, Martin Braithwaithe dari Leganes, alih-alih membeli penyerang top atau menggunakan jasa didikan akademi sendiri.
Namun, sekalinya merekrut pemain top seperti Antoine Griezmann, Barcelona pun seolah-olah menyia-nyiakan bakat peraih juara Piala Dunia 2018 bersama Prancis itu dengan membangku cadangkannya.
Baca: Terjerat Kasus Sengketa Transfer, Antoine Griezmann Bisa Dilarang Perkuat Barcelona di Liga Spanyol
Baca: Takut Tertular Covid-19, Lionel Messi Gunakan Tempat Tidur Khusus Anti Virus Corona
Diluar itu, ternyata kedatangan Griezzman tak direstui Messi dan hal ini pun menjadi masalah tersendiri di Barcelona karena pengaruh sang kapten yang keterlaluan.
Messi kini disebut mendikte Barcelona mulai dari penentuan pelatih, gaya atau cara bermain tim hingga menyetujui/tidak menyetujui ketika seorang pemain hendak direkrut klubnya.
Peran dan pengaruh terlalu besar dari Messi ini pun secara tidak langsung, berdampak pada situasi Barcelona saat ini.
Semua akumulasi masalah ini pun tertuang pada laga perempat final kontra Bayern Muenchen.
Barcelona mengalami kekalahan sangat memalukan dari Bayern Muenchen dengan skor 2-8 dalam laga perempat final Liga Champions di Estadio Da Luz, Portugal, Jumat (14/8/2020) atau Sabtu dini hari WIB lalu.
Barcelona gagal meraih satu pun gelar di semua ajang yang mereka ikuti.
Di Liga Spanyol, The Catalans disalip Real Madrid hingga menuntaskan kejuaraan sebagai runner-up.
Di Copa del Rey, Barca cuma sampai perempat final karena disingkirkan Athletic Bilbao secara menyakitkan akibat gol bunuh diri menit-menit terakhir.
Di Piala Super Spanyol, comeback brilian Atletico Madrid, juga di menit-menit terakhir, mengirim skuad Blaugrana pulang lebih awal pada semifinal.
Puncaknya, dalam ajang yang diharapkan menghasilkan gelar terakhir musim ini, Liga Champions, anak asuh Quique Setien dipermak Bayern dengan margin 6 gol.
Musim penuh gejolak dan bencana bagi Barca disertai momen pergantian pelatih dan sejumlah konflik di jajaran manajemen.
Efeknya bagi Messi, kiprah musim ini menjadi periode terburuknya semenjak memperkuat tim utama Barca.
Baca Juga: Dibantai Bayern Muenchen 8-2, Rio Ferdinand Klaim Lionel Messi Pertimbangkan Pergi dari Barcelona
Kali terakhir Messi melalui perjalanan semusim tanpa satu pun trofi adalah pada 2007-2008.
Kala itu, Messi baru berusia 20-21 tahun dan masih memakai nomor punggung 19 karena angka 10 dikenakan playmaker legendaris, Ronaldinho.
Kendati begitu, bisa dibilang musim 2007-2008 pun lebih baik untuk Barca dibandingkan musim ini.
Tim asuhan Frank Rijkaard memang finis di peringkat ketiga klasemen Liga Spanyol, segaris di bawah pencapaian musim ini.
Namun, mereka mencapai tahap lebih jauh di Copa del Rey (semifinal) dan Liga Champions (semifinal).
Musim tersebut akhirnya menjadi pemicu revolusi besar-besaran di Barca.
Itulah akhir penanda era Rijkaard, juga sederet jagoan klub seperti Ronaldinho dan Deco.
Baca: Diego Jr Sebut Maradona Dewa Sepak Bola, Messi Juga Hebat tapi Masih dari Kalangan Manusia
Baca: Lionel Messi Patah Hati dan Curhat Alasan Barcelona Tampil Buruk hingga Kalah Bersaing dengan Madrid
Secara berani, manajemen Barca mempromosikan Pep Guardiola sebagai pelatih tim utama, merekrut Gerard Pique, mencomot Sergio Busquets dari Barca B, dan memberikan nomor 10 kepada Messi.
Hasilnya adalah sejarah yang menjelaskan.
Guardiola memberi treble winners di musim pertamanya yang membuka era baru kejayaan Barcelona.
Apakah revolusi serupa bakal dilakukan Barcelona musim depan?
"Apakah ini akhir sebuah era? Saya tidak tahu. Pastinya, kami tahu bahwa tim ini sedang berada di titik terendah," ucap Pique, mengutip dari situs UEFA via Bolasport.com.