Akhir musim 2019-20 ditutup Barcelona dengan kekalahan yang sangat memalukan dari Bayern Muenchen dengan skor 2-8 dalam laga perempat final Liga Champions di Estadio Da Luz, Portugal, Jumat (14/8/2020) atau Sabtu dini hari WIB lalu.
Pelatih Quique Setien pun dipecat akibat hasil musim ini.
Harapan bahwa Setien mampu menggantikan Ernesto Valverde ternyata jauh dari panggang api.
Performa Barcelona tetap saja tak mampu membaik dan justru berakhir tanpa gelar di musim 2019-20.
Sebagai pengganti Setien, Barcelona menunjuk mantan pelatih timnas Belanda, Ronald Koeman.
Koeman pun menandatangani kontrak bersama Barcelona dengan durasi dua tahun hingga 30 Juni 2022.
Presentasi pelatih baru dan konferensi pers akan diselenggarakan pada 18.00 CEST atau pukul 23.00 WIB, di Auditori 1899.
Via laman resminya, Barcelona memperkenalkan Koeman sebagai pelatih dengan berjuta pengalaman di dunia sepak bola.
Baca: Barcelona Disarankan Ganti Nama Klub, Jika Tak Sanggup Cegah Kepindahan Lionel Messi
Baca: Setien Dipecat, Berikut Daftar Pelatih yang Dirumorkan Sedang Didekati Manajemen Barcelona
Ronald Koeman adalah legenda Barcelona.
Eks pemain timnas Belanda itu pernah bermain di Camp Nou pada 1989 hingga 1995.
Koeman yang berposisi sebagai bek tengah pun menjadi andalan Barcelona dibawah pelatih legendaris, Johan Cruyff.
Spesialisasi Koeman, selain bek yang tangguh, juga merupakan eksekutor bola mati yang handal semasa aktif bermain.
Kini ia kembali ke Barcelona sebagai seorang pelatih dengan pengalaman selama 20 tahun.
Dalam 20 tahun kariernya sebagai pelatih, Koeman sudah meraih setidaknya delapan trofi.
Pria 57 tahun itu sudah pernah melatih di berbagai kompetisi termasuk Liga Inggris, Liga Belanda, Portugis dan Spanyol saat melatih Valencia pada 2007.
Terakhir ia menukangi timnas Belanda dan berhasil membawa mereka lolos kualifikasi dan kembali bermain di Piala Eropa 2020 mendatang.
Baca: Masalah Barcelona Terlalu Banyak dan Genting, Termasuk Keberadaan Messi Sendiri: Akankah Dia Pindah?
Baca: Diego Jr Sebut Maradona Dewa Sepak Bola, Messi Juga Hebat tapi Masih dari Kalangan Manusia
Koeman sebelumnya juga pernah melatih di Barcelona.
Pelatih asal Belanda itu memulai debutnya sebagai asisten pelatih klub di Barcelona B pada 1998.
Ia kemudian pindah ke klub Belanda, Vitesse pada 2000 dan memulai perjalanan baru sebagai pelatih kepala.
Selanjutnya Koeman melatih Ajax Amsterdam dimana ia berhasil memenangkan dua trofi liga, satu piala liga dan Piala Super Belanda.
Ia juga berhasil meraih Piala Super Portugal saat melatih Benfica pada musim 2005/2006.
Klub Liga Inggris yang pernah dilatihnya adalah Southampton dan Everton.
Koeman kemudian meninggalkan Liga Inggris dan melatih timnas Belanda pada 2018.
Kini ia kembali sebagai legenda sekaligus pelatih baru dan menggantikan Quique Setien yang dipecat pada Senin (17/8/2020) lalu.
Namun, keraguan menyelimuti pelantikan Koeman.
Dirinya dianggap sebagai pelatih gagal.
Ketika melatih Valencia dan Everton, Koeman pun mendapat pengalaman dipecat dari jabatannya karena gagal membawa dua klub tersebut berprestasi.
Barcelona musim 2019-20 ini benar-benar hancur.
Musim 2019-20, Barcelona tak mampu meraih satu gelar pun dari Liga Spanyol, Copa del Rey, Liga Champions dan bahkan Piala Super Spanyol.
Ternyata, Barcelona memiliki berbagai masalah penting dibalik kegagalan mereka pada musim 2019-20.
Pergantian pelatih, konflik antar petinggi klub dan pola perekrutan pemain "asal comot" dinilai menjadi faktor kenapa performa Barcelona di rumput hijau begitu labil.
Pertama, terkait perpindahan kursi pelatih dari Ernesto Valverde ke Quique Setien.
Sebelumnya, beberapa pemain senior Barcelona tetap mendukung keberadaan Valverde di klub berjuluk Azulgrana tersebut. Namun, tuntutan kuat dari pada pendukung dan hasil buruk membuat Valverde pun akhirnya dikenai godam pemecatan oleh manajemen.
Quique Setien masuk, harapan baru muncul.
Terlebih, eks pelatih Real Betis itu dikenal suka menerapkan sepak bola yang dominan menguasai bola.
Hal ini tentu linier dengan tuntutan para pendukung yang meminta timnya bermain layaknya era Johan Cruyff, Frank Rijkaard atau Pep Guardiola.
Baca: Dirumorkan ke Barcelona, Berikut Ini 3 Klub Eropa yang Pernah Berniat Pasangkan Ronaldo dan Messi
Baca: Selain ke PSG, Cristiano Ronaldo Ditawarkan ke Barcelona oleh Juventus: Potensi Duet dengan Messi?
Namun, jauh panggang dari api, Setien meski sukses membuat Barcelona kembali rutin "menguasai bola", mereka teta[ keropos di lini pertahahan dan terlalu mengandalkan Messi di lini depan.
Setien pun kabarnya akan dipecat pada Senin (17/8/2020) ini oleh manajemen Barcelona.
Lalu, problem kedua terkait konflik petinggi klub yang dipimpin oleh Josep Maria Bartomeu cs, dugaan penggunaan buzzer sosial media untuk menyerang citra Messi, Busquets, Pique dan para pemain senior hingga konflik direktur olahraga, Eric Abidal vs Messi.
Selanjutnya, tentu perekrutan pemain secara asal-asalan.
Pertengahan musim 2019-20 lalu, Barcelona merekrut penyerang medioker, Martin Braithwaithe dari Leganes, alih-alih membeli penyerang top atau menggunakan jasa didikan akademi sendiri.
Namun, sekalinya merekrut pemain top seperti Antoine Griezmann, Barcelona pun seolah-olah menyia-nyiakan bakat peraih juara Piala Dunia 2018 bersama Prancis itu dengan membangku cadangkannya.
Baca: Terjerat Kasus Sengketa Transfer, Antoine Griezmann Bisa Dilarang Perkuat Barcelona di Liga Spanyol
Baca: Takut Tertular Covid-19, Lionel Messi Gunakan Tempat Tidur Khusus Anti Virus Corona
Diluar itu, ternyata kedatangan Griezzman tak direstui Messi dan hal ini pun menjadi masalah tersendiri di Barcelona karena pengaruh sang kapten yang keterlaluan.
Messi kini disebut mendikte Barcelona mulai dari penentuan pelatih, gaya atau cara bermain tim hingga menyetujui/tidak menyetujui ketika seorang pemain hendak direkrut klubnya.
Peran dan pengaruh terlalu besar dari Messi ini pun secara tidak langsung, berdampak pada situasi Barcelona saat ini.
Semua akumulasi masalah ini pun tertuang pada laga perempat final kontra Bayern Muenchen.
Barcelona mengalami kekalahan sangat memalukan dari Bayern Muenchen dengan skor 2-8 dalam laga perempat final Liga Champions di Estadio Da Luz, Portugal, Jumat (14/8/2020) atau Sabtu dini hari WIB lalu.
Barcelona gagal meraih satu pun gelar di semua ajang yang mereka ikuti.
Di Liga Spanyol, The Catalans disalip Real Madrid hingga menuntaskan kejuaraan sebagai runner-up.
Di Copa del Rey, Barca cuma sampai perempat final karena disingkirkan Athletic Bilbao secara menyakitkan akibat gol bunuh diri menit-menit terakhir.
Di Piala Super Spanyol, comeback brilian Atletico Madrid, juga di menit-menit terakhir, mengirim skuad Blaugrana pulang lebih awal pada semifinal.
Puncaknya, dalam ajang yang diharapkan menghasilkan gelar terakhir musim ini, Liga Champions, anak asuh Quique Setien dipermak Bayern dengan margin 6 gol.
Musim penuh gejolak dan bencana bagi Barca disertai momen pergantian pelatih dan sejumlah konflik di jajaran manajemen.
Efeknya bagi Messi, kiprah musim ini menjadi periode terburuknya semenjak memperkuat tim utama Barca.
Baca Juga: Dibantai Bayern Muenchen 8-2, Rio Ferdinand Klaim Lionel Messi Pertimbangkan Pergi dari Barcelona
Kali terakhir Messi melalui perjalanan semusim tanpa satu pun trofi adalah pada 2007-2008.
Kala itu, Messi baru berusia 20-21 tahun dan masih memakai nomor punggung 19 karena angka 10 dikenakan playmaker legendaris, Ronaldinho.
Kendati begitu, bisa dibilang musim 2007-2008 pun lebih baik untuk Barca dibandingkan musim ini.
Tim asuhan Frank Rijkaard memang finis di peringkat ketiga klasemen Liga Spanyol, segaris di bawah pencapaian musim ini.
Namun, mereka mencapai tahap lebih jauh di Copa del Rey (semifinal) dan Liga Champions (semifinal).
Musim tersebut akhirnya menjadi pemicu revolusi besar-besaran di Barca.
Itulah akhir penanda era Rijkaard, juga sederet jagoan klub seperti Ronaldinho dan Deco.
Baca: Diego Jr Sebut Maradona Dewa Sepak Bola, Messi Juga Hebat tapi Masih dari Kalangan Manusia
Baca: Lionel Messi Patah Hati dan Curhat Alasan Barcelona Tampil Buruk hingga Kalah Bersaing dengan Madrid
Secara berani, manajemen Barca mempromosikan Pep Guardiola sebagai pelatih tim utama, merekrut Gerard Pique, mencomot Sergio Busquets dari Barca B, dan memberikan nomor 10 kepada Messi.
Hasilnya adalah sejarah yang menjelaskan.
Guardiola memberi treble winners di musim pertamanya yang membuka era baru kejayaan Barcelona.
Apakah revolusi serupa bakal dilakukan Barcelona musim depan?
"Apakah ini akhir sebuah era? Saya tidak tahu. Pastinya, kami tahu bahwa tim ini sedang berada di titik terendah," ucap Pique, mengutip dari situs UEFA via Bolasport.com.
Sebagian artikel tayang di Bolasport.com berjudul BREAKING NEWS - Ronald Koeman Resmi Jadi Pelatih Baru Barcelona