Baru Dilantik, Ronald Koeman Langsung Diancam Pemecatan Akibat Konflik Politik Petinggi Barcelona

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Putradi Pamungkas
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ronald Koeman, terancam dipecat oleh Barcelona akibat perbedaan visi dari petinggi klub.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Pelatih Quique Setien dipecat Barcelona akibat hasil buruk musim 2019-20 lalu.

Sebagai pengganti Setien, Barcelona akhirnya menunjuk mantan pelatih timnas Belanda, Ronald Koeman.

Sebelumnya, klub berjuluk El Barca itu dirumorkan tengah mendekati mantan pemain mereka, Xavi Hernandez.

Xavi yang kini sedang melatih klub Qatar, Al-Shaad, juga beberapa waktu lalu sempat menyatakan diri tak keberatan untuk melatih Barcelona.

Sebagai legenda klub dan pernah mengantarkan sukses untuk Barcelona, sosok Xavi dianggap sebagai pelatih yang mampu mengembalikan kejayaan mereka.

Namun, ternyata Xavi Hernandez ternyata masih sebatas wacana.

Justru pelatuh berkebangsaan Belanda, Ronald Kieman yang diberi kontrak berdurasi dua tahun oleh Barcelona, dan akan mulai aktif melatih pada awal musim 2020-2021.

Meski baru saja menduduki kursi kepelatihan Barcelona, ternyata Ronald Koeman sudah mendapat ancaman pemecatan.

Baca: Barcelona Disarankan Ganti Nama Klub, Jika Tak Sanggup Cegah Kepindahan Lionel Messi

Baca: Setien Dipecat, Berikut Daftar Pelatih yang Dirumorkan Sedang Didekati Manajemen Barcelona

Ancaman pemecatan tersebut datang dari salah satu kandidat calon Presiden Barcelona, Victor Font.

Seperti diketahui, Barcelona akan melakukan pemilihan presiden klub baru pada pertengahan tahun 2021 nanti.

Ternyata, Victor Font punya janji kampanye untuk Barcelona dan salah satunya akan memecat Ronald Koeman terlepas bagaimana performa klub pada musim 2020-2021.

Ilustrasi - Ronald Koeman, pelatih baru Barcelona mulai musim 2020-21. (Twitter @FC Barcelona)

"Bahkan jika Koeman memiliki musim yang hebat, saya tidak akan mengubah rencana saya," ujar Victor Font seperti dikutip dari Daily Mail.

"Jika saya menjadi presiden, Koeman tidak akan menjadi pelatih Barca pada musim 2021-22," tutur Victor Font menambahkan.

Sebagai gantinya, Victor Font akan menjadikan legenda klub, Xavi Hernandez sebagai pelatih Barcelona berikutnya.

Victor Font merasa Xavi lebih memahami apa yang dibutuhkan Barcelona untuk meraih kejayaan kembali.

"Xavi memahami bahwa semua teka-teki di klub harus disatukan" ucap Font melanjutkan.

"Siapa yang memimpin tim akan diputuskan oleh Dewan Direksi, dalam kasus kami itu adalah dia, Xavi."

"Lionel Messi benar-benar kecewa karena situasi kritis di klub baik dalam olahraga, ekonomi, dan organisasi. Saya berharap Messi akan bermain di bawah Xavi pada 2021," kata sosok berusia 48 tahun itu menambahkan.

Baca: Konflik Akibat Virus Corona Sebabkan Enam Direktur Klub Barcelona Undur Diri

Baca: Selain ke PSG, Cristiano Ronaldo Ditawarkan ke Barcelona oleh Juventus: Potensi Duet dengan Messi?

Victor Font bakal menantang Presiden Barcelona inkamben, Josep Maria Bartomeu dalam pemilihan presiden Barcelona pada 2021 nanti,

Victor Font yang punya "ideologi" kembali ke akar rumput alias filosofi sepak bola tiki-taka yang dikembangkan dari Total Football warisan Johan Cruyff.

Termasuk dengan Ronald Koeman, Font sepertinya ingin cuci gudang membersihkan orang-orang pro Bartomeu jika ia terpilih sebagai presiden baru,

Sedangkan Bartomeu, selama menjabat presiden memang tak terlalu ambil pusing dengan ideologi tersebut.

Tim Barcelona semenjak era Sandro Rosell hingga Bartomeu lebih mengandalkan pemain bintang dan takk terlalu terpaku pada tiki-taka.

Masalah-masalah di Barcelona

Barcelona musim 2019-20 benar-benar hancur.

Musim 2019-20 lalu, Barcelona tak mampu meraih satu gelar pun dari Liga Spanyol, Copa del Rey, Liga Champions dan bahkan Piala Super Spanyol.

Ternyata, Barcelona memiliki berbagai masalah penting dibalik kegagalan mereka pada musim 2019-20.

Pergantian pelatih, konflik antar petinggi klub dan pola perekrutan pemain "asal comot" dinilai menjadi faktor kenapa performa Barcelona di rumput hijau begitu labil.

Pertama, terkait perpindahan kursi pelatih dari Ernesto Valverde ke Quique Setien.

Sebelumnya, beberapa pemain senior Barcelona tetap mendukung keberadaan Valverde di klub berjuluk Azulgrana tersebut. Namun, tuntutan kuat dari pada pendukung dan hasil buruk membuat Valverde pun akhirnya dikenai godam pemecatan oleh manajemen.

Quique Setien masuk, harapan baru muncul.

Terlebih, eks pelatih Real Betis itu dikenal suka menerapkan sepak bola yang dominan menguasai bola.

Hal ini tentu linier dengan tuntutan para pendukung yang meminta timnya bermain layaknya era Johan Cruyff, Frank Rijkaard atau Pep Guardiola.

Baca: Dirumorkan ke Barcelona, Berikut Ini 3 Klub Eropa yang Pernah Berniat Pasangkan Ronaldo dan Messi

Baca: Selain ke PSG, Cristiano Ronaldo Ditawarkan ke Barcelona oleh Juventus: Potensi Duet dengan Messi?

Namun, jauh panggang dari api, Setien meski sukses membuat Barcelona kembali rutin "menguasai bola", mereka teta[ keropos di lini pertahahan dan terlalu mengandalkan Messi di lini depan. 

Setien pun kabarnya akan dipecat pada Senin (17/8/2020) ini oleh manajemen Barcelona.

Para pemain Barcelona di musim 2019-20. (Squawka)

Lalu, problem kedua terkait konflik petinggi klub yang dipimpin oleh Josep Maria Bartomeu cs, dugaan penggunaan buzzer sosial media untuk menyerang citra Messi, Busquets, Pique dan para pemain senior hingga konflik direktur olahraga, Eric Abidal vs Messi.

Selanjutnya, tentu perekrutan pemain secara asal-asalan.

Pertengahan musim 2019-20 lalu, Barcelona merekrut penyerang medioker, Martin Braithwaithe dari Leganes, alih-alih membeli penyerang top atau menggunakan jasa didikan akademi sendiri.

Namun, sekalinya merekrut pemain top seperti Antoine Griezmann, Barcelona pun seolah-olah menyia-nyiakan bakat peraih juara Piala Dunia 2018 bersama Prancis itu dengan membangku cadangkannya.

Baca: Terjerat Kasus Sengketa Transfer, Antoine Griezmann Bisa Dilarang Perkuat Barcelona di Liga Spanyol

Baca: Takut Tertular Covid-19, Lionel Messi Gunakan Tempat Tidur Khusus Anti Virus Corona

Diluar itu, ternyata kedatangan Griezzman tak direstui Messi dan hal ini pun menjadi masalah tersendiri di Barcelona karena pengaruh sang kapten yang keterlaluan.

Messi kini disebut mendikte Barcelona mulai dari penentuan pelatih, gaya atau cara bermain tim hingga menyetujui/tidak menyetujui ketika seorang pemain hendak direkrut klubnya.

Peran dan pengaruh terlalu besar dari Messi ini pun secara tidak langsung, berdampak pada situasi Barcelona saat ini.

Semua akumulasi masalah ini pun tertuang pada laga perempat final kontra Bayern Muenchen.

Direktur olahraga Barcelona, Eric Abidal dan kapten tim, Lionel Messi. Berkonfilk. (AFP)

Barcelona mengalami kekalahan sangat memalukan dari Bayern Muenchen dengan skor 2-8 dalam laga perempat final Liga Champions di Estadio Da Luz, Portugal, Jumat (14/8/2020) atau Sabtu dini hari WIB lalu.

Barcelona gagal meraih satu pun gelar di semua ajang yang mereka ikuti.

Di Liga Spanyol, The Catalans disalip Real Madrid hingga menuntaskan kejuaraan sebagai runner-up.

Di Copa del Rey, Barca cuma sampai perempat final karena disingkirkan Athletic Bilbao secara menyakitkan akibat gol bunuh diri menit-menit terakhir.

Di Piala Super Spanyol, comeback brilian Atletico Madrid, juga di menit-menit terakhir, mengirim skuad Blaugrana pulang lebih awal pada semifinal.

Puncaknya, dalam ajang yang diharapkan menghasilkan gelar terakhir musim ini, Liga Champions, anak asuh Quique Setien dipermak Bayern dengan margin 6 gol.

Musim penuh gejolak dan bencana bagi Barca disertai momen pergantian pelatih dan sejumlah konflik di jajaran manajemen.

Efeknya bagi Messi, kiprah musim ini menjadi periode terburuknya semenjak memperkuat tim utama Barca.

Baca Juga: Dibantai Bayern Muenchen 8-2, Rio Ferdinand Klaim Lionel Messi Pertimbangkan Pergi dari Barcelona

Kali terakhir Messi melalui perjalanan semusim tanpa satu pun trofi adalah pada 2007-2008.

Kala itu, Messi baru berusia 20-21 tahun dan masih memakai nomor punggung 19 karena angka 10 dikenakan playmaker legendaris, Ronaldinho.

Ronaldinho, pernah berjaya bersama Barcelona. (Instagram @ronaldinho)

Kendati begitu, bisa dibilang musim 2007-2008 pun lebih baik untuk Barca dibandingkan musim ini.

Tim asuhan Frank Rijkaard memang finis di peringkat ketiga klasemen Liga Spanyol, segaris di bawah pencapaian musim ini.

Namun, mereka mencapai tahap lebih jauh di Copa del Rey (semifinal) dan Liga Champions (semifinal).

Musim tersebut akhirnya menjadi pemicu revolusi besar-besaran di Barca.

Itulah akhir penanda era Rijkaard, juga sederet jagoan klub seperti Ronaldinho dan Deco.

Baca: Diego Jr Sebut Maradona Dewa Sepak Bola, Messi Juga Hebat tapi Masih dari Kalangan Manusia

Baca: Lionel Messi Patah Hati dan Curhat Alasan Barcelona Tampil Buruk hingga Kalah Bersaing dengan Madrid

Secara berani, manajemen Barca mempromosikan Pep Guardiola sebagai pelatih tim utama, merekrut Gerard Pique, mencomot Sergio Busquets dari Barca B, dan memberikan nomor 10 kepada Messi.

Hasilnya adalah sejarah yang menjelaskan.

Guardiola memberi treble winners di musim pertamanya yang membuka era baru kejayaan Barcelona.

Apakah revolusi serupa bakal dilakukan Barcelona musim depan?

"Apakah ini akhir sebuah era? Saya tidak tahu. Pastinya, kami tahu bahwa tim ini sedang berada di titik terendah," ucap Pique, mengutip dari situs UEFA via Bolasport.com.

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Sebagian artikel tayang di Bolasport.com berjudul Baru Saja Ditunjuk, Ronald Koeman Sudah Terancam Dipecat oleh Barcelona



Penulis: Haris Chaebar
Editor: Putradi Pamungkas
BERITA TERKAIT

Berita Populer