Pasalnya, dalam uang tersebut diperlihatkan budaya khas Indonesia, yaitu sembilan orang mengenakan baju adat Nusantara.
Namun yang menjadi masalah yakni banyak warganet mempermasalahkan gambar orang yang berada di tengah.
Gambar tersebut memperlihatkan seorang anak mengenakan pakaian adat yang dituding pakaian adat Tiongkok atau China.
Baca: Uang Peringatan Kemerdekaan 75 Tahun RI Resmi Rilis, Jadwal Pemesanan Penukaran Langsung Penuh
Sebelumnya, seorang pengguna Facebook bernama Didid Gaung mengunggah foto uang baru Rp 75.000 dan mengatakan jika gambar anak di tengah tersebut mengenakan pakaian adat China.
Padahal, pakaian yang dipakai oleh gambar anak tersebut adalah pakaian adat yang berasal dari Suku Tidung di Kalimantan Utara (Kaltara).
Topi yang ada di gambar uang Rp 75.000 tersebut merupakan topi yang biasa dipakai oleh pengantin pria dari Suku Tidung.
Diketahui, Suku Tidung merupakan suku yang tanah asalnya berada di bagian utara Pulau Kalimantan, tepatnya di Kalimantan Utara.
Suku Tidung dulunya memiliki kerajaan yang disebut Kerajaan Tidung.
Namun, kerajaan tersebut akhirnya punah karena adanya politik adu domba oleh pihak Belanda.
Suku ini bercorak agama Islam yang dulu sempat mengembangkan Kerajaan Islam, sehingga tidak dianggap sebagai Suku Dayak.
Oleh karena itu, suku ini dikategorikan sebagai suku yang berbudaya Melayu (hukum adat Melayu) seperti suku Banjar, suku Kutai, dan suku Pasir.
Sedangkan, beberapa pakaian Suku Tidung terdiri dari Pelimbangan dan Kurung Bantut (Pakaian Sehari-hari).
Kemudian Selampoy (pakaian adat), Talulandom (pakaian resmi), dan Sina Beranti (pakaian Pengantin).
Bank Indonesia (BI) mengatakan, terdapat sebuah makna filosofi yang terkandung dalam uang pecahan Rp 75.000 yang dikeluarkan pada Senin (17/8/2020) kemarin.
Filosofi desain uang baru peringatan hari kemerdekaan ke-75 Republik Indonesia tersebut meliputi pendiri negara Soekarno dan Mohammad Hatta, hingga satelit merah putih.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, filosofi itu digambarkan melalui desain mata uang yang meliputi halaman muka bermakna mensyukuri kemerdekaan.
"Mensyukuri dengan peristiwa proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 oleh proklamator Insinyur Soekarno dan Doktorandus Mohammad Hatta," terangnya.