Tapi, tahukah Anda, nyaris saja Proklamasi Kemerdekaan RI dilakukan bukan pada 17 Agustus 1945 melainkan sehari sebelumnya, yakni 16 Agustus 1945.
Namun, sudah ditakdirkan bahwa negara tercinta ini merdeka pada 17 Agustus 1945, rencana bahwa detik-detik pembacaan proklamasi kemerdekaan dilakukan 16 Agustus 1945, batal atas ketegasan dua founding fathers, Ir Soekarno dan Muhammad Hatta.
Semua ini bermula saat sejumlah pemuda menculik Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Para ini terdiri atas Soekarni, Wikana, Aidit, Chaerul Saleh, dan lainnnya.
Sudanco Singgih menjadi pimpinan dalam penculikan tersebut.
Baca: LENGKAP 50 Kata Mutiara Ucapan Hari Kemerdekaan Ke-75 RI: Cocok buat Update Status IG, FB, atau WA
Dilansir dari artikel di Harian Kompas edisi 16 Agustus 1999, Rengasdengklok ini dipilih karena dinilai lebih aman dibanding Jakarta, yang kemungkinan mudah bergolak usai Jepang takluk pada Sekutu.
Mereka membawa Soekarno dan Hatta agar tidak mendapat pengaruh dari Jepang.
Pada 10 Agustus 1945, Sutan Syahrir mendengar berita kekalahan Jepang dari Sekutu melalui pemberitaan sebuah radio dari luar negeri.
Saat itu, Syahrir membangun jaringan gerakan bawah tanah yang tak mau bekerja sama dengan Jepang.
Baca: Benarkah Mikrofon Pembacaan Proklamasi 17 Agustus 1945 adalah Hasil Curian? Ini Sejarahnya
Setelah mendengar kabar kekalahan Jepang, ia pun menghubungi rekan seperjuangannya untuk meneruskan berita ini kepada golongan muda yang pro kemerdekaan agar segera bertindak.
Golongan muda kemudian melakukan rapat di ruang laboratorium mikrologi di Pegangsaan Timur, Jakarta, pada 15 Agustus 1945.
Tujuan pertemuan ini adalah untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi tanpa menunggu Jepang.
Mereka beranggapan Jepang hanya menjaga situasi dan kondisi Indonesia, karena mereka telah menyerah pada Sekutu.
Seperti yang sudah disinggung di atas, Peristiwa Rengasdengklok tidak bisa dipisahkan dari kekalahan Jepang atas Sekutu pada 14 Agustus 1945.
Para pemuda yang bekerja di kantor berita Jepang, Domei, dengan cepat merespons berita tersebut sebagai kabar baik dan diteruskan kepada rekan rekannya di tanah air.
Sementara golongan tua ternyata belum tahu akan hal tersebut, padahal pada saat itu wakil dari golongan tua yaitu Ir Soekarno dan Mohammad Hatta sedang berunding dengan Panglima tertinggi Jepang di wilayah Asia Tenggara Marsekal Terauchi.
Baca: Sejarah Mesin Tik Alat Penyusun Naskah Proklamasi, Benarkah Dipinjam dari Nazi Jerman?
Golongan muda kemudian mendesak golongan tua untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Namun terjadi perbedaan pendapat, golongan tua masih menunggu kemerdekaan seperti yang dijanjikan Jepang.
Pada 15 agustus 1945, golongan muda melakukan rapat di Ruang Laboratorium Mikrologi di Pegangsaan Timur membicarakan pelaksanaan proklamasi tanpa menunggu pihak Jepang.
Para pemuda ini beranggapan, Jepang hanya menjaga situasi dan kondisi Indonesia karena mereka telah menyerah kepada Sekutu.
Keputusan dari pertemuan di Pegangsaan yaitu mendesak Soekarno dan Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan paling lambat 16 Agustus 1945.
Setelah selesai bermusyawarah, golongan muda yang diwakili oleh Darwis dan Wikana menghadap Soekarno dan Hatta dan menyampaikan isi keputusan tersebut.
Namun, keduanya menolak desakan itu.
Soekarno dan Hatta mengatakan, memproklamirkan kemerdekaan tak bisa dilakukan secara gegabah.
Harus menunggu Panitia Persiapan Kemerdekan Indonesia (PPKI) yang telah terbentuk.
Bila kedua founding fathers ini tidak tegas, mungkin saja Hari Kemerdekaan RI dilakukan pada 16 Agustus 1945 seperti skenario dan desakan para pemuda yang menculik Soekarno-Hatta.
Baca: Kronik Jelang Kemerdekaan 17 Agustus: Peristiwa Rengasdengklok hingga Penyusunan Teks Proklamasi
Mengingat tak ada titik temu, golongan pemuda mengadakan rapat lanjutan pada hari itu juga di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini).
Hasilnya, golongan pemuda sepakat untuk menjauhkan Soekarno dan Hatta agar tak mendapat pengaruh Jepang.
Pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB, golongan muda yang terdiri atas Soekarni, Wikana, Aidit, Chaerul Saleh, dan lainnya melakukan misinya untuk membawa Soekarno-Hatta ke luar kota agar tak mendapat pengaruh Jepang.
Sudanco Singgih terpilih menjadi pimpinan pengamanan tersebut.
Akhirnya, Rengasdengklok, Karawang menjadi tujuan utama golongan muda bersama Soekarno-Hatta.
Tidak adanya titik temu membuat golongan muda kembali melakukan rapat di Asrama Baperpi (Kebun Binatang Cikini) hari itu juga.
Pukul 06.30 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta tiba di kecamatan itu.
Keduanya pun disambut meriah oleh rakyat Rengasdengklok.
"Jam 11.00 bendera Jepang Hinomaru diturunkan oleh rakyat Rengasdengklok kemudian bendera Merah Putih dinaikkan," kenang sesepuh Peta, Pamoe Rahardjo.
Baca: Kisah di Balik Pembuatan Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945, Soekarno Robek Naskah Berkali-Kali
Usai penaikan bendera itu, pemuda bersama rakyat langsung melucuti tentara Jepang.
Keberanian para pemuda dan rakyat ini menjadikan Rengasdengklok sebagai daerah pertama negara Republik Indonesia.
Di Rengasdengklok, Soekarno dan Hatta singgah di sebuah rumah milik Djiauw Kie Siong, seorang petani keturunan Tionghoa.
Rumah Djiaw dipilih karena tertutup rimbunan pohon dan tak mencolok.
Hingga sore hari, Soekarno dan Hatta masih berada di sana.
Golongan muda kembali mendesak proklamasi kemerdekaan Indonesia untuk segera dilakukan.
Setelah perundingan usai, Soekarno dan Hatta pun kembali ke Jakarta malam harinya untuk kemudian memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.
Selama sehari penuh Soekarno-Hatta berada di Rengasdengklok.
Golongan muda kembali menyampaikan desakan yang sama, proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Setelah yakin desakan itu dipenuhi, Achmad Soebardjo kemudian menjemput Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok dan memberikan jaminan proklamasi akan dilakukan selambat-lambatnya pada 17 Agustus 1945.
Dengan adanya jaminan itu, Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
Setelah kembali ke Jakarta, mereka melakukan perumusan teks proklamasi kemerdekaan di rumah Laksamana Maeda.
Awalnya, proklamasi kemerdekaan akan dibacakan Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945 di Lapangan IKADA (kini lapangan Monas) atau di rumah Soekarno di Jl Pegangsaan Timur 56.
Akhirnya, proklamasi kemerdekaan dilaksanakan di rumah Soekarno, karena Lapangan Ikada masih diduduki tentara Jepang.
Teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang dibacakan Soekarno dan diketik oleh Sayuti Melik.
(tribunnewswiki.com)
Sebagian artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Hari Ini dalam Sejarah: Terjadinya Peristiwa Rengasdengklok