UEA Kembali Jalin Hubungan Diplomatik dengan Israel, Palestina Geram hingga Sebut Pengkhianatan

Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KOLASE FOTO: Foto 28 Mei 2017, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) di Yerusalem dan foto pada 12 Juni 2019, Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed di Berlin. Israel dan UEA sepakat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan dimediasi oleh AS. Negara Yahudi tersebut setuju untuk menghentikan aneksasi di wilayah Palestina.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Negara Uni Emirat Arab (UEA) akhirnya memutuskan untuuk kembali menjalin hubungan diplomatik dengan Israel.

Hal tersebut membuat UEAA menjadi negara Teluk Arab pertama yang menyepakati normalisasi hubungan negara dengan Israel.

Tentunya, pembukaan kembali hubungan antar kedua negara menjadi sejarah baru bagi negara Arab.

Karena hingga kini, negara di Arab masih belum menerima adanya Israel di wilayah Timur Tengah.

Hubungan diplomatik kedua negara tersebut juga terjadi setelah bertahun-tahun tidak memiliki hubungan di antara kedua negara.

Bahkan UEA mengatakan pembukaan hubungan dengan Israel merupakan sebuah "kemenangan" untuk diplomasi di kawasan Timur Tengah.

Baca: Ramai di Medsos, Sejumlah Kalangan Pro-Palestina Kutuk Kesepakatan Diplomatik UEA-Israel

Begitu pula Israel yang memuji pengumuman hubungan diplomatik dengan UEA sebagai "hari bersejarah" bagi kedua negara, pada Kamis (13/8/2020).

Delegasi dari kedua negara diharapkan bertemu dalam beberapa minggu mendatang.

Hal tersebut untuk menandatangani perjanjian bilateral di bidang investasi, pariwisata, penerbangan langsung, keamanan, telekomunikasi, dan masalah lainnya.

Selain itu kedua negara juga akan secara resmi bertukar duta besar dan membuka kedutaan besar bersama.

Seperti dilansir oleh Middle East Eye, Jumat (14/8/2020), kedua negara memutuskan untuk memulai hubungan diplomatik.

Menanggapi hal itu Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengecam kesepakatan antara UEA dengan Israel.

Pernyataan Abbas disampaikan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh juru bicaranya, Kamis (13/8/2020) malam.

"Presiden Palestina menolak dan mengecam kesepakatan trilateral UEA, Israel dan AS, yang mengejutkan itu," kata Nabil Abu Rudeineh, penasihat senior presiden Palestina.

Abu Rudeineh mengatakan, kesepakatan itu adalah "pengkhianatan terhadap Yerusalem, Al-Aqsa, dan perjuangan Palestina".

Baca: Normalisasi Hubungan Diplomatik UEA-Israel, Apa yang Disepakati?

Hanan Ashrawi, seorang pejabat senior Otoritas Palestina, mengatakan Israel telah diberi penghargaan atas tindakannya di wilayah Palestina sejak 1967 yang mengambil alih tanah Palestina.

"UEA telah terbuka tentang kesepakatan atau normalisasi rahasianya dengan Israel. Tolong jangan membantu kami. Kami bukan daun ara siapa pun!" tweetnya.

Seorang juru bicara Hamas mengatakan, UEA pada dasarnya telah "menikam" Palestina dari belakang, sementara yang lain mengatakan itu "tidak melayani kepentingan Palestina".

Gerakan Jihad Islam di Palestina menyebut kesepakatan itu sebagai "penyerahan".

Menteri Luar Negeri Palestina, Riad al-Maliki mengatakan bahwa Otoritas Palestina juga sudah menarik duta besarnya untuk UEA sebagai protes atas kesepakatan tersebut.

FOTO: Israel dan UEA sepakat menormalisasi hubungan diplomatik. Negara Yahudi tersebut setuju untuk menghentikan pencaplokan lebih lanjut atas wilayah Palestina. (KARIM SAHIB, Ahmad GHARABLI / AFP)

Sebelumnya, sejumlah negara menyambut baik kesepakatan antara Uni Emirat Arab (UEA) dan Israel yang akan mengarah pada pembukaan hubungan diplomatik, terutama di wilayah Timur Tengah.

Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi memuji kesepakatan itu, dengan mengatakan itu akan menghentikan aneksasi Israel atas tanah Palestina.

"Saya membaca dengan penuh suka cita dan penghargaan yang besar atas pernyataan bersama antara Amerika Serikat, persaudaraan Uni Emirat Arab dan Israel mengenai penghentian aneksasi Israel atas tanah Palestina," kata El-Sisi dalam sebuah tweet.

Sembari ia menambahkan bahwa ini akan membantu membawa perdamaian Ke Timur Tengah.

Bahrain juga menyambut baik kesepakatan antara UEA dan Israel yang menghentikan rencana aneksasi Israel dan meningkatkan peluang perdamaian, kata kantor berita negara, BNA.

Yordania mengatakan kesepakatan itu dapat mendorong negosiasi perdamaian yang terhenti, jika Israel mau mengakui Negara Palestina.

Presiden Palestina, Mahmud Abbas mengangkat peta perdamaian Israel-Palestina versi Trump yang diakuinya tidak akan bertahan lama. Abbas mendesak DK PBB untuk membatalkan rencana Trump. (SPENCER PLATT / GETTY IMAGES NORTH AMERICA / AFP)

"Jika Israel memperlakukannya sebagai bentuk untuk mengakhiri pendudukan, itu akan menggerakkan kawasan itu menuju perdamaian yang adil," kata Menteri Luar Negeri Yordania, Ayman Safadi.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres menyambut baik setiap kesepakatan yang dapat meningkatkan perdamaian dan keamanan di kawasan Timur Tengah.

Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Israel telah setuju untuk ‘menangguhkan’ rencananya mencaplok permukiman Palesina di wilayah Tepi Barat yang kuasai oleh Israel.

Hal itu disampaikan dalam pernyataan bersama dari AS, UEA dan Israel, yang di-tweet oleh Trump.

Baca: Kecam Keras Hubungan UEA-Israel, Kemenlu Iran: Uni Emirat Arab Tusuk Umat Muslim dari Belakang

(Serambinews.com/Agus Ramadhan)(Tribunnewswiki/Al)

Artikel ini telah tayang di serambinews.com dengan judul Palestina Mengecam Kesepakatan Hubungan Diplomatik Antara UEA dan Israel, Sebut Pengkhianatan



Penulis: Abdurrahman Al Farid
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer