Investigasi Wall Street Journal Sebutkan TikTok ‘Curi’ Data Penggunanya, Amarah Trump Ternyata Benar

Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi perseteruan Amerika Serikat vs China terkait Tiktok.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tiktok kini menghadapi tekanan berat dari Amerika Serikat (AS).

Aplikasi sosial media yang digawangi perusahaan China, ByteDance ini selalu dipojokkan oleh negeri paman Sam tersebut.

Penyebabnya adalah tuduhan dan amarah Presiden Donald Trump yang menyatakan Tiktok telah melakukan pencurian data penggunanya yang berasal dari Amerika Serikat.

Meski disebut oleh banyak pihak sebagai tuduhan "halu" atau tak berdasar, rupanya investigasi yang dilakukan terhadap Tiktok menujukkan hal senada dan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Donald Trump.

Hasil investigasi pencurian data oleh Tiktok ini pun diumumkan oleh Wall Street Journal, yang melacak bahwa Tiktok menggunakan alamat Media Access Control (MAC) untuk para penggunanya.

Sehingga, dengan demikian Tiktok mampu mengidentifikasi setiap perangkat users-nya dan lalu menggunakan data tersebut untuk kepentingan tertentu.

Baca: Viral Video Hana Hanifah Joget TikTok di Kantor BIN, Ini Penjelasan Badan Intelejen Negara

Hasil investigasi Wall Street Journal (WSJ) pada Selasa (11/8/2020) menyebutkan, alamat tersebut berfungsi sebagai pengenal unik untuk setiap perangkat penggun, terutama pengguna Android.

Ilustrasi aplikasi Tiktok. (Forbes)

Maka, hal tersebut menjadikannya berharga untuk iklan dan bentuk pelacakan.

Aplikasi Android TikTok disebut mengumpulkan alamat MAC pengguna selama 18 bulan yang melanggar aturan platform.

Media Access Control (MAC) adalah alamat unik yang diberikan pada setiap perangkat jaringan untuk digunakan sebagai kode identifikasi.

Nah, dengan melacak alamat ini, perusahaan induk TikTok, ByteDance, bisa melacak pengguna meski mereka telah mengubah pengaturan privasi untuk keluar dari praktek pelacakan iklan. 

Baca: Buntut Panjang Konflik di Himalaya, India Larang TikTok dan 58 Aplikasi China Lain Masuk Negaranya

Mengutip The Verge Rabu (12/8), tahun 2015, App Store iOS dan Google Play Store telah melarang pengumpulan alamat MAC.

Tapi TikTok masih bisa mendapatkan alamat MAC melalui celah.

Tapi sejatinya tak cuma TikTok yang memanfaatkan celah digital atau mengumpulkan alamat MAC.

Sebuah studi yang dikutip oleh Wall Street Journal menemukan hampir 350 aplikasi di Google Play Store telah memanfaatkan celah serupa, umumnya bertujuan demi iklan.

TikTok menghentikan praktik tersebut pada November tahun lalu. Penyebabnya adalah tekanan politik dari Washington meningkat. 

Baca: TikTok Diblokir Trump dan Siap Dibeli Microsoft, Bill Gates Justru Khawatirkan Persaingan Tak Sehat

Dalam keterangan resmi, TikTok juga menekankan bahwa mereka tidak lagi mengumpulkan alamat MAC pengguna.

"Kami berkomitmen melindungi privasi dan keamanan komunitas TikTok."

"Kami terus memperbarui aplikasi untuk mengikuti tantangan keamanan yang terus berubah, dan versi terkini TikTok tidak mengumpulkan alamat MAC," kata juru bicara TikTok.

"Kami selalu mendorong pengguna kami untuk mengunduh versi terbaru TikTok," sambungnya.

Google sendiri sejak tahun 2015 sudah melarang pengembang aplikasi untuk mengumpulkan alamat MAC pengguna. Tapi TikTok diduga memanfaatkan celah yang ada dan menutup jejaknya dengan lapisan enkripsi tambahan.

Baca: Buntut Panjang Konflik di Himalaya, India Larang TikTok dan 58 Aplikasi China Lain Masuk Negaranya

"Kami sedang menyelidiki klaim ini," kata juru bicara Google.

Dengan munculnya kabar itu, Trump bakal semakin meradang. Sebelumnya ia akan melarang TikTok dijual di semua platform aplikasi di AS.

Larangan itu berlaku jika platform video pendek milik ByteDance asal China itu gagal menjual sahamnya dalam tempo 45 hari yang akan berakhir pada pertengahan September 2020 nanti.

Prancis, Belanda dan Eropa Ikut Langkah AS

Tiktok adalah aplikasi sosial media yang telah booming diseluruh dunia saat ini.

Penggunanya dari anak muda hingga anak muda saat ini gandrung terhadap Tiktok, aplikasi besutan perusahaan IT asal China, ByteDance.

Namun, selain namanya sedangn naik daun, Tiktok juga kini menghadapi masalah pelik.

Amerika Serikat melalui Presiden Donald Trump selalu memojokkan Tiktok.

Baca: Gara-gara Pengguna TikTok, Kampanye Donald Trump Jadi Sepi: Borong Tiket Tapi Tak Datang Ke Acara

Menurut Trump, Tiktok telah melakukan pencurian data terhadap warga Amerika Serikat yang menggunakan aplikasi tersebut.

Sialnya, bukan hanya negeri Paman Sam yang menaruh curiga terhadap Tiktok.

Salah satu negara berpengaruh lain, Prancis, kini juga mulai bersikap serupa dengan Amerika Serikat.

Pengawas privasi data Prancis (CNIL) menyatakan melakukan penyelidikan awal terhadap Tiktok, menyusul aduan kebocoran data.

Baca: Siap Diblokir Donald Trump di Amerika Serikat, Ini Pernyataan TikTok

Tak pelak, ini menambah deretan panjang atas penyelidikan keamanan data di TikTok.

Pasalnya,  TikTok, yang dimiliki oleh ByteDance China juga tengah menghadapi penyelidukan atas masalah keamanan data privasi oleh otoritas AS, Uni Eropa, dan Belanda.

FOTO: Ilustrasi Pemblokiran TikTok. (Unsplash: visuals / @visuals)

Juru bicara CNIL mengatakan bahwa telah menerima aduan atas keamanan data privasi.

“Kini, keluhan tersebut tengah kami selidiki," kata dia.  Hanya, dia menolak untuk menjelaskan sifat pengaduan atau identitas penggugat.

Baca: Bersihkan Aplikasi China, Pemerintahan Donald Trump: TikTok dan WeChat adalah Ancaman Signifikan

Diminta komentar, TikTok mengatakan bahwa perusahaan melindungi privasi dan keamanan pengguna TikTok.

“Ini adalah prioritas utama kami. Kami mengetahui penyelidikan oleh CNIL dan sepenuhnya bekerja sama dengan mereka," ujar TikTok.

Di Amerika Serikat, para pejabat mengatakan bahwa TikTok menimbulkan risiko keamanan nasional karena data pribadi yang ditanganinya.

Baca: Viral di TikTok, Penumpang Dikeluarkan dari Pesawat Akibat Menolak Pakai Masker

Presiden Donald Trump bahkan mengancam untuk melarang TikTok dan telah memberikan  ByteDance  waktu 45 hari  untuk merundingkan penjualan operasi TikTok di AS ke Microsoft.

Pada bulan Juni, Dewan Perlindungan Data Eropa (EDPB) mengatakan akan membentuk satuan tugas untuk menilai aktivitas TikTok di seluruh blok setelah permintaan dari anggota parlemen UE khawatir tentang pengumpulan data dan risiko keamanan dan privasinya.

Sementara Mei, pengawas privasi Belanda mengatakan akan menyelidiki TikTok atas penanganan data jutaan pengguna muda.

(Tribunnewswiki.com/Ris)

Sebagian artikel tayang di Kontan.co.id berjudul Pantas saja Trump sebal, TikTok diam-diam mengumpulkan data pengguna Android!



Penulis: Haris Chaebar
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer