Kali ini, petahanan Donald Trump kembali maju menjadi bakal calon orang nomor satu AS bersama Mike Pence.
Keduanya akan melawan Joe Biden yang baru saja menunjuk senator perempuan bernama Kamala Harris sebagai pendampingnya.
Ditunjuknya Kamala Harris Selasa, (11/8/2020) dan diumumkan langsung oleh Joe Biden melalui akun Twitter pribadinya membuat publik cukup terkejut.
Pasalnya Kamala Harris adalah sosok perempuan muda, berdarah India-Amerika, dan memiliki keterampilan di bidang hukum.
Lalu, siapa sosok Kamala Harris?
Mengapa dirinya bisa disebut sebagai Obama kedua?
Baca: Lama Tak Berbicara dengan Xi Jinping, Donald Trump: Dulu Hubungan Kami Baik, Sekarang Sudah Berbeda
Baca: Jitu Prediksi Pemenang Pilpres AS Sejak Tahun 1984, Profesor Sejarah Ini Ramal Trump akan Tumbang
Berdasarkan informasi yang ditulis oleh Britanicca, Kamala Harris memiliki nama lengkap Kamala Devi Harris.
Kamala Harris adalah perempuan berdarah India-Amerika yang lahir pada 20 Oktober 1964 di Oakland, California, AS.
Memiliki kulit hitam dan berdarah campuran inilah yang membuat Kamala Harris dijuluki sebagai Obama kedua.
Sang ayah berdarah Jamaika dan kini mengajar di Stanford University.
Sedangkan sang ibu adalah peneliti kanker sekaligus putri dari seorang diplomat berkebangsaan India.
Kamala Harris memiliki saudara perempuan bernama Maya yang saat ini menjadi advokad kebijakan publik.
Kamala Harris telah menikah dengan seorang pengacara bernama Douglas Emhoff pada 2014.
Setelah mempelajari ilmu politik di Howard University (1986), Kamala Harris memperoleh gelar sarjana hukum dari Hastings College pada 1989.
Kemudian Kamala Harris berkerja sebagai advokad kebijakan publik.
Pada 1990-1998, Kamala Harris menjadi wakil jaksa di Oakland.
Berhasil menyelesaikan kasus kekerasan geng, perdagangan narkoba dan pemerkosaan membuat Kamala Harris naik pangkat.
Kamala Harris menjadi jaksa wilayah Oakland pada 2004 dan jaksa agung di California pada 2010.
Kamala Harris menjadi orang Afrika-Amerika pertama yang memegang jabatan tersebut.
Prestasi Kamala Harris di berbagai kasus hukum nasional dibukukan dengan judul 'Smart on Crime' (2009).
Buku tersebut kini digunakan sebagai model untuk menangani dengan masalah residivisme kriminal.
Kamala Harris menjadi senat dari Partai Demokrat
Pada 2012 Kamala Harris mulai dikenal oleh publik saat menyampaikan pidato yang berkesan di Konvensi Nasional Partai Demokrat.
Kamala Harris kemudian direkrut untuk mencalonkan diri di kursi Senat AS yang dipegang oleh Barbara Boxer.
Pada awal 2015, Kamala Harris mengumumkan pencalonannya dan berkampanye dengan menyerukan reformasi imigrasi dan peradilan pidana, kenaikan upah minimum, dan perlindungan hak reproduksi perempuan.
Topik kampanye itulah yang membuat Kamala Harris dengan mudah memenangkan pemilu 2016.
Setelah menjabat pada Januari 2017, Kamala Harris mulai bertugas di Komite Seleksi Intelijen dan Komite Kehakiman.
Kamala Harris menjadi terkenal karena gaya penuntutannya dalam menanyai saksi selama persidangan.
Pada Juni 2017, Kamala Harris menarik perhatian publik atas pertanyaannya kepada Jaksa Agung AS Jeff Sessions yang bersaksi di depan komite intelijen tentang dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden 2016.
Kamala Harris bahkan menyebut agar sang jaksa agung untuk mengundurkan diri.
Memoar Kamala Harris, The Truths We Hold: An American Journey , diterbitkan pada Januari 2019.
Sejak awal, Kamala Harris dipandang sebagai salah satu kandidat terdepan dalam Pilpres 2020.
Namun, pada September 2019 kampanyenya mengalami masalah serius, dan pada Desember Kamala Harris undur diri.
Hingga akhirnya pada Agustus 2020 Joe Biden memilih Kamala Harris sebagai pasangan wakil presidennya.
Seperti yang dikutip dari AlJazeera, analis politik John Jackson mengatakan bahwa Kamala Harris bisa menjadi partner yang kuat bagi Joe Biden.
Kamala Harris yang berkulit hitam cukup menarik para pemerhati gerakan Black Lives Matter yang saat ini masih diperbincangkan.
Tak hanya itu, sempat berprofesi sebagai advokat, Kamala Harris juga mampu membantu Joe Biden memberikan kritik tegas pada Donald Trump.
"Biden menghadapi tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan memilih seorang wanita kulit hitam," kata John Jackson, seorang profesor di Institut Kebijakan Publik Universitas Southern Illinois.
"Biden menginginkan seseorang yang akan dihormati dan akan menyeimbangkan tiket (Pilpres) dengan karakteristik demografis, jenis kelamin, dan ras," kata Jackson.
"Dan Biden menginginkan seseorang yang memiliki chemistry pribadi yang baik dengannya," lanjut Jacson.
Ditunjuknya Kamala Harris memang menjadi tekanan tersendiri bagi Joe Biden.
Alasannya adalah Kamala Harris memiliki dua klasifikasi tak umum dalam sejarah Pilpres AS.
Satu karena Kamala Harris adalah seorang perempuan, dan kedua adalah dirinya berkulit hitam.
Dalam sejarah Amerika Serikat, ini adalah ketiga kalinya perempuan menjadi kandidat calon wakil presiden.
Sementara itu, Kamala Harris adalah perempuan berkulit hitam pertama yang dicalonkan menjadi wakil presiden.
Baca: Joe Biden Pilih Kamala Harris Jadi Cawapresnya Lawan Donald Trump dan Mike Pence
Baca: Kamala Harris
Baca: Bantah Tuduhan Pelecehan Seksual yang Terjadi 27 Tahun Lalu, Joe Biden: Itu Tidak Pernah Terjadi