Korban tewas saat ini yang diketahui ada 70 setelah ledakan besar di ibukota tersebut.
Pihak berwenang di sana mengatakan, setidaknya 70 orang tewas dan lebih dari 3.500 lainnya luka-lukaa setelah ledakan besar-besaran.
Ibukota Lebanon diguncang oleh ledakan hebat Selasa malam.
Dalam sebuah rekaman dari tanah menunjukkan kerusakan signifikan dan gumpalan asap naik di atas kota.
Baca: DERETAN Foto-foto Dahsyatnya 2 Ledakan Bom Guncang Beirut: 50-an Orang Tewas, Ribuan Luka-luka
Agence France-Presse menyatakan, dua ledakan terjadi di pelabuhan Beirut.
Para pejabat di sana menuturkan, petugas pemadam kebakaran terlihat memadamkan api di sebuah gudang di tempat ledakan.
Menteri Kesehatan Lebanon awalnya mengatakan setidaknya 50 orang tewas dan 2.700 lainnya terluka dalam ledakan itu.
Kemudian jumlah tersebut meningkatkan jumlahnya menjadi 70 orang dan lebih dari 3.500 lainnya terluka.
Kedutaan AS di Beirut telah mengeluarkan peringatan keamanan yang memperingatkan orang Amerika untuk "tetap tinggal di dalam rumah dan jika ada untuk mengenakan masker".
Hal ini bukan karena sebab, tapi dia mengatakan "ada laporan gas beracun yang dilepaskan dalam ledakan."
Baca: Kontak Senjata Militer Israel dan Hizbullah Lebanon di Perbatasan, Terdengar Serangkaian Ledakan
Kantor Luar Negeri Jerman mengatakan di media sosial, karyawan kedutaan Jerman juga menjadi korban terluka dalam ledakan.
Survei Geologi Amerika Serikat melaporkan, ledakan besar di Beirut tercatat besarnya yakni 3,3.
Ledakan besar mengerikan itu sendiri terdengar hingga 25 mil arah selatan kota, dan banyak jalan di Beirut saat ini yang bertebaran kaca di aspal jalan.
Dalam pidatonya kepada masyarakatnya, Perdana Menteri Libanon Hassan Diab mengatakan, bencana tidak akan berlalu "tanpa akuntabilitas," dan mereka yang bertanggung jawab "akan membayar harganya."
"Kebenaran tentang gudang berusia enam tahun akan terungkap," tambahnya.
Dikutip Tribunnewswiki dari, Ghada Alsharif, seorang reporter dari Daily Star via ABCNews, salah satu outlet berita paling terkenal di Lebanon, memposting video di media sosial yang menunjukkan kerusakan signifikan di dalam gedung kantor surat kabar.
Petugas pemadam kebakaran terlihat berjuang memadamkan api di lokasi ledakan.
Palang Merah Lebanon telah mengirim 30 tim ke tempat kejadian dan membuat panggilan mendesak untuk sumbangan darah.
Saksi mata lain mengatakan ada beberapa kebakaran yang membakar dan jendela-jendela gedung apartemen hancur dalam radius besar di sekitar lokasi ledakan.
Video dari tanah di Beirut menunjukkan mobil-mobil hancur oleh puing-puing, orang-orang yang terluka berjalan melewati puing-puing dan kerusakan parah pada bangunan-bangunan di dekatnya.
Rumah sakit di Beirut begitu kewalahan sampai beberapa menolak yang terluka, dan beberapa yang terluka kini pergi ke Tripoli, 50 mil utara, untuk menerima perawatan.
Alyssa Farah, direktur Gedung Putih Komunikasi Strategis, menulis di twitternya, Presiden Donald Trump telah diberitahu tentang ledakan itu.
"Berdoa untuk keselamatan rakyat Lebanon," tulisnya di Twitter.
"Presiden telah diberi pengarahan. Kami terus memantau situasi dengan cermat." imbuh dia.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa AS tidak memiliki informasi tentang penyebab ledakan itu.
Juru bicara tersebut mengatakan, departemen juga sedang berkoordinasi dengan otoritas lokal untuk menentukan apakah ada warga AS yang terkena dampak.
Dorothy Shea, duta besar AS untuk Lebanon, mengatakan dia menyaksikan ledakan itu secara langsung.
"Setelah menyaksikan ledakan mengerikan di Port malam ini, simpati kami yang tulus menyentuh para korban dan keluarga mereka. Kami berduka setiap kehilangan akibat tragedi mengerikan bersama orang-orang Lebanon." cuitnya dalam sebuah tweet.
Ledakan besar tersebut terjadi pada saat ketegangan meningkat antara kelompok Hizbulah yang didukung Iran, yang merupakan bagian dari pemerintah Libanon, dan tetangga Israel.
Seorang pejabat militer Israel mengatakan kepada ABC News, mereka tidak akan mengomentari ledakan mengerikan itu.
Libanon juga berada dalam posisi kesulitan ekonomi parah yang telah memperburuk ketegangan sektarian di negara itu dalam beberapa bulan terakhir.
Sejauh ini belum ada komentar resmi dari pemerintah Libanon.