Pelaku beralasan melakukan penelitian terkait swinger untuk menjerat para korbannya.
Sebagai informasi, swinger adalah kegiatan pasangan atau lajang yang memilik memiliki hubungan terbuka, memungkinkan pasangan mereka berhubungan seks dengan orang lain dengan seizin mereka.
Atau dengan kata lain swinger merupakan tukar pasangan.
Pelaku diketahui merupakan seorang tenaga pengajar di sebuah universitas swasta.
Baca: Medical Sexologist Dokter Binsar Pastikan Masalah Kesehatan Seksual Pada Pria & Wanita Bisa Diobati
Baca: Khawatir Identitasnya Terkuak, Korban Pelecehan Seksual Oknum Dosen Unram Belum Lapor ke Polisi
Kasus ini terbongkar oleh sebuah unggahan salah satu korban yang berinisial Laeliya Almuhsin.
Laeliya Almuhsin menceritakan awalnya pelaku menghubunginya melalui Facebook dengan dalih ingin melakukan penelitian sensitif pada Januari 2019.
“Ini mengingatkan saya pada seorang kenalan di Facebook yang mengaku sedang riset sensitif.
Dia alumni sebuah PTN dan dosen di sebuah universitas swasta Islam,” tulis Laeliya Almuhsin seperti dikutip Tribunnewswiki.com dari akun Facebooknya, Selasa (4/8/2020).
Laeliya menceritakan, pelaku menghubungi dirinya karena dianggap berpikiran terbuka dan tidak akan kaget dengan penelitian yang akan dilakukan.
Dalam tulisan yang diunggahnya, Laeliya mengaku memang pernah melakukan riset mengenai para korban PSK anak atas kerja sama dengan sebuah lembaga internasional.
Baca: Kasus Fetish Kain Jarik Mahasiswa Unair, Psikolog Sebut Pelaku Miliki 3 Gangguan Sekaligus
Baca: Pengakuan Korban Gilang Bungkus Fetish Kain Jarik, Mengaku Jijik dan Berharap Pelaku Dipenjara
Tanpa menaruh curiga, perempuan ini memaparkan etika dan pengambilan data kepada pelaku.
“Saya ceritakan padanya sebatas etika dan aturan pengambilan data.
Lalu, dia cerita bahwa dia akan riset sensitif macam itu, tepatnya tentang gaya hidup swinger di kalangan kelas sosial menengah ke atas,” tulis Laeliya Almushin.
“Ada gitu ya riset begitu di Indonesia? Gak begitu kaget sih, saya pikir itu bagian riset sosial atau psikologi,” lanjutnya.
Namun pelaku justru mengceritakan jika penelitian yang akan dilakukan terkait swinger.
Bahkan tanpa malu pelaku menceritakan jika dia dan istrinya terjun untuk praktik langsung terkait penelitian tersebut.
Pelaku dan istrinya bertemu oleh pasangan yang bersedia melakukan praktik penelitian swinger tersebut.
Baca: Eksploitasi Mahasiswa Asing Bekerja di Australia: Diberi Upah Rendah hingga Dapat Pelecehan Seksual
Baca: Sekte Seks Pimpinan Kakek 77 Tahun Digrebek Polisi, Diduga Lecehkan Puluhan Gadis Belia
“Dia cerita telah menemukan pasangan suami istri yang sudah terbiasa praktik tukar seks.
Dia bilang akan mengikuti aturan main si pasangan itu untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya soal gaya hidup swinger,” jelasnya.
Dari penjelasan pelaku, dia membujuk istrinya untuk mengekspose bagian tubuh tertentu dan melakukan hubungan seksual dengan pasangan lainnya.
Mendengar penuturan pelaku, Laeliya menegaskan bahwa riset tidak harus praktik langsung.
Karena rishi dan mulai tak sepikir dengan pelaku yang berkedok penelitian tersebut, Laeliya Almuhsin pun langsung memutuskan hubungan dengan pelaku.
“Menggali data gak harus sampai mengorbankan pasangan.
Saya mulai gak respon ketika dia hubungi. Kemudian dia telepon lagi untuk menceritakan update pertemuannya dengan pasangan swingernya,” jelasnya.
Baca: Teman Seangkatan Pelaku Fetish Jarik G Dilecehkan di Kos, Ditutup Selimut dan Tak Bisa Bergerak
Baca: Fetish
Ternyata setelah ditelusuri, bukan hanya dirinya yang menjadi korban.
Tetapi ada lebih dari 50 orang lainnya yeng bersuara pernah dihubungi pelaku yang mengaku sebagai dosen di sebuah universitas swasta ini,
“Mbak Illian Deta yang mengalami serupa saya, juga terdorong menulisnya setelah menemukan banyak pengakuan negatif tentang Pak Dosen.
Selanjutnya, sampai detik ini, kami banyak dihubungi sana sini. Terbongkarlah bermacam masalah Pak Dosen itu, lebih parah dari yang diduga.” kata dia.
Dari berbagai laporan, pelaku itu pernah jadi tahanan kota karena kasus kekerasan seksual, juga pernah dikeluarkan dari sebuah organisasi mahasiswa karena memaksa mencium perempuan, dan kasus-kasus lain.
”Informasi-informasi itu selama ini tersimpan sunyi. Mungkin selama ini ditutupi karena itu dianggap aib orang.
Namun, kalau tak dibongkar, malah bisa bahaya. Potensi jatuh korban besar. Apalagi dari tampilan luarnya dan isi medsosnya, kita tak akan menyangka,” jelasnya.