Aksi pelecehan berkedok riset tentang gaya hidup pasangan swinger tersebut dilakukan oleh BA untuk menjaring mangsa.
Aksi tersebut ternyata sudah dilakukan sejak dari tahun 2014.
Korban dosen BA ini bahkan mencapai lebih dari 50 orang.
Satu korban dari pelecehan BA pun mengungkapkan kejadian tersebut ke media sosial.
Akhirnya nama BA mejadi viral dan perbincangan.
Setelah viral, BA merasa ditekan hingga akhirnya mengakui perbuatannya.
BA pun melakukan permintaan maaf dalam bentuk video.
Baca: Kronologi dan Fakta Pelecehan Seksual Dosen Berkedok Penelitian Swinger di Yogyakarta yang Viral
Video permintaan maafnya itu diunggah di akun Facebook pribadi BA.
Dalam video tersebut, BA mengakui jika riset yang dilakukan adalah bohong.
Hal tersebut dilakukannya karena ia ingin berfantasi yang berujung pelecehan seksual.
Ia bahkan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi.
Jika terbukti bersalah dan mengulangi tindakan bejatnya tersebut di kemudian hari, BA siap menerima konsekuensi hukum.
Namun, saat TribunnewsWiki ingin melakukan konfirmasi, akun media sosial Facebook dan video tersebut sudah dihapus oleh BA.
Diungkapkan IA, dari laporan yang masuk BA sudah pernah berurusan dengan hukum pada tahun 2004.
Ia melakukan pelecehan seksual secara fisik di Balairung UGM.
"Itu korban menghubungi saya langsung dan itu cukup ramai katanya dulu. Dan BA mengakui itu," ungkapnya.
Meski demikian aksi pelecehan berkedok riset swinger ini baru dimulai 2014.
IA memposting terkait peristiwa pelecehan seksual ini untuk efek jera.
Agar BA tidak kembali melakukan hal serupa.
"Dia kan lolos di mana-mana, bisa bekerja di institusi A, institusi B yang itu institusi yang baik dan terhormat. Kan karena tidak tahu punya latar belakang yang seperti ini, dia punya riwayat penyerangan secara fisik yang seksual itu kan berbahaya juga berpotensi melakukan pelecehan seksual lagi ke depan dan menjadi orang tahu ini lho," urainya.
Baca: Lecehkan Mahasiswi saat Bimbingan Skripsi, Oknum Dosen Unram Diskors 5 Tahun dan Jabatannya Dicopot
Salah satu penyintas lainya, ID mengatakan, masih memikirkan untuk mengambil langkah hukum. Sebab saat ini hukum di Indonesia masih belum berpihak kepada penyintas.
"Sejauh ini kita konsennya masih agar tidak jatuh korban lain, kemarin pelaku menyampaikan permintaan maaf terbuka seperti itu," ujarnya.
Diungkapkannya, saat ini masih berkoordinasi dengan para penyintas lainya. Sebab, komunitas yang menjadi target banyak dengan berbagai modus.
"Kami masih berkoordinasi dengan korban yang lain, kami masih terus mencari apakah ada yang lebih berat, atau ada korban yang trauma dan butuh dibantu, karena bicara pun tak mudah. Menyimpan trauma nggak mudah," tuturnya.
Selain itu, saat ini dirinya juga masih terus mengumpulkan bukti-bukti dari para penyintas.
"Saya juga masih mengumpulkan bukti-bukti chat, karena kejadian ada yang lama, ada yang baru, ada yang masih nyimpan, ada yang sudah nggak ada," ucapnya.
Saat melakukan pertemuan dengan BA, lanjutnya, ID sempat bertanya berapa yang sudah dijadikan objek. Waktu itu BA menjawab jika jumlahnya banyak sampai tidak bisa mengingat jumlahnya.
"Kira-kira berapa? Dia bilang seminggu biasanya ada yang baru, dia ngomong sendiri. Kalau seminggu ada satu, dalam satu tahun kan ada 52 bulan, ini kan dari 2014," bebernya.
Baca: Khawatir Identitasnya Terkuak, Korban Pelecehan Seksual Oknum Dosen Unram Belum Lapor ke Polisi
(Kompas.com/Kontributor Yogyakarta, Wijaya Kusuma)(Tribunnewswiki/Al)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Geger Pelecehan Seksual Berkedok Dosen Lakukan Riset Swinger di Yogya"