Alasan Kenapa Ada Orang yang Banyak Makan Tapi Tidak Bisa Gendut, Ahli Beberkan Rahasianya

Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ilustrasi makan tapi tak gendut

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Tak sedikit orang yang dibuat pusing dengan masalah berat badan.

Bahkan, sudah menerapkan diet pun kadang berat badan bisa bertambah.

Namun, juga ada kasus terkait permasalahn berat badan ini.

Sebagai contoh yakni adanya orang yang makan banyak tapi tetap saja kurus atau tak bisa gemuk.

Sebuah penelitian menyebutkan, ada beberapa orang yang terlahir dengan kemampuan bisa membakar kalori lebih cepat ketimbang orang lain.

Baca: Kepala Pusing karena Darah Tinggi dan Kolesterol Seusai Makan Daging Kambing? Konsumsi 5 Buah Ini

Baca: Begini Tips Makan Daging Sapi dan Kambing dari Kurban Idul Adha tanpa Takut Kolesterol Naik

Dr Ines Barroso, peneliti di University of Cambridge, menungkapkan hal tersebut, dia memperlajari tentang obesitas dari sisi genetis.

Hormon yang mempunyai peran paling penting dalam rasa lapar yakni leptin.

Ilustrasi perempuan makan banyak tapi tetap kurus (vix.com)

Leptin menjadi hormon yang menentukan seberapa lapar untuk waktu mendatang.

Terlepas dari hal tersebut, faktor genetik juga mempunyai peran sangat signifikan dalam kecenderungan seserorang menambah attau mengurangi berat badan.

Setidaknya ada lebih dari 250 DNA berbeda yang telah diidentifikasi oleh peneliti terkait dengan masalah obesias.

Penelitian tersebut membandingkan 1.622 oranng sehat BMI (Body Mass Index) rendah terhadap 1.985 orang dengan obesitas parah dan 10.443 orang dengan berat badan normal.

Baca: Minum Air Lemon Bisa Atasi Pusing dan Mual karena Terlalu Banyak Makan Daging Kurban

Baca: 6 Dampak Buruk Kebiasaan Makan Terlalu Malam, Berat Badan Bertambah hingga Sebabkan Penurunan Memori

Penelitian tersebut mengungkapkan, partisipan kurus mempunyai gen terkait obesitas lebih sedikit ketimbang lainya. 

Tapi perlu diketahui, berat badan ini tak hanya ditentukan oleh gen saja.

“Kami tidak menemukan gen yang secara eksklusif melindungi dari obesitas atau membuat seseorang rentan obesitas,” kata Barroso.

Kecenderungan unuk menambah serta mempertahankan berat badan dipengaruhi oleh banyak faktor di luar kendali diri.

“Namun, seseorang yang cepat bertambah berat badannya bukan berarti dirinya kurang mengontrol diri. Penilaiannya tidak sama antara satu orang dengan orang lain,” kata dia.

Dikutip dari Live Science, Minggu (2/8), Kathleen Melanson, seorang Profesor nutrisi dan ilmu makanan dari University of Rhode Island, menjelaskan kondisi tersebt disebabkan oleh banyak faktor.

"Ada faktor genetik, nutrisi, dan perilaku. Ketiga faktor ini bersifat relatif pada tiap individu, sehingga hasilnya pun berbeda,” ujar Melanson.

Satu di antara banyak faktor yang tidak mempunyai hubungan dengan tipe tubuh, metabolisme, atau genetik adalah persepsi.

Melanson menjelaskan, orang yang terlihat makan lebih banyak tanpa bertambah berat badannya, sebenarnya dia tidak makan lebih banyak dari diri kita sendiri.

Sebagai contoh, ketika ada orang makan es krim tiap hari mungkin mengurangi konsumsi karbohidrat pada makanan lainnya.

Baca: Idul Adha 2020, Tidak Makan Daging Sapi dan Kambing? Ini 10 Makanan Alternatif Tinggi Protein

 “Terkadang jika Anda menghitung asupan kalori mereka, orang-orang ini tidak makan lebih banyak dibanding Anda,” ujar Dr Frank Greenway, Chief Medical Officer di Pennington Biomedical Research Center.

Perlu diketahui, aktivitas fisik pun menjadi pembeda untuk orang-orang ini.

Tapi, hal itu teraebut bukan hanya sebatas olahraga fisik atau di gym semata.

“Beberapa orang hanya bergerak lebih banyak, meski mereka bukan atlet. Misal mereka memiliki profesi yang mengharuskan bergerak aktif, atau seorang ibu rumah tangga yang harus menjaga anak-anak berlarian sepanjang hari,” ungkap Melanson.

(TRIBUNNEWSWIKI.COM/Kaka, Kompas.com)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengapa Ada Orang yang Makan Banyak, tapi Tidak Gendut? Sains Jelaskan"



Penulis: Ika Wahyuningsih
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer