Saling menduga terkait Covid-19 dan perang dagang membuat hubungan antara dua negara besar tersebut semakin tidak mesra.
Situasi terkini, hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing semakin memburuk atas aksi saling mengusir kantor konsulat di negara masing-masing.
Hal ini dipertebal setelah China semakin menunjukkan diri "merapat" ke Rusia.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Beijing dan Moskow akan bekerjasama dalam perang informasi.
Langkah ini dilakukan di tengah pertarungan ideologis antara China dengan Amerika Serikat yang semakin meningkat.
Baca: Menambah Ketegangan Diplomatik, AS Langgar Konvensi Wina dengan Menerobos Konsulat China di Houston
South China Morning Post memberitakan, dalam kritik terselubung terhadap AS, Hua Chunying, yang juga menjabat sebagai direktur departemen pers kementerian, dan rekannya dari Rusia Maria Zakharova mengatakan negara-negara tertentu telah menyebarkan disinformasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik.
Rusia dan terutama China, kini menanggap Amerika Serikat negara "tak tahu diri" karena melakukan berbagai serangan terhadap negara lain.
Baca: Diuji Coba pada 30 Ribu Orang, Vaksin Covid-19 Moderna dari Amerika Siap Produksi Akhir 2020
"Mereka telah mendistorsi sejarah, menyerang sistem sosial negara lain dan jalur pembangunan, mempolitisasi pandemi, menempelkan label pada virus dan membatasi dan menindas media asing karena melakukan pekerjaan mereka", kata kementerian luar negeri China dilansir South China Morning Post.
Pernyataan yang dibuat pada hari Jumat tersebut, muncul ketika konfrontasi antara China dan AS terus berkobar di berbagai bidang.
Mulai dari penanganan awal Beijing terhadap penyebaran virus corona, hingga pengenalan hukum keamanan nasional di Hong Kong.
Baca: Balas Pengusiran Konsulat di Houston, China Titahkan Pengosongan Konsulat Amerika Serikat di Chengdu
Bahkan, dalam langkah yang belum pernah terjadi sejak dimulainya hubungan diplomatik resmi pada 1979, Beijing memerintahkan AS untuk menutup konsulatnya di Chengdu pada Jumat sebagai balasan atas keputusan Washington untuk menutup konsulatnya di Houston di mana pejabat AS menuduh konsulat Houston digunakan sebagai "pusat penelitian" pencurian oleh militer Tiongkok di AS.
Melansir Reuters, suasana tegang bahkan tampak pada Senin pagi, di mana para pejabat China mengambil alih gedung konsulat Chengdu setelah staf diplomatik AS meninggalkan gedung tersebut.
Konsulat Chengdu merupakan satu dari lima kantor konsulat di China daratan.
Baca: Menambah Ketegangan Diplomatik, AS Langgar Konvensi Wina dengan Menerobos Konsulat China di Houston
Langkah ini menimbulkan kecemasan bahwa ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut mungkin terlalu dalam untuk diperbaiki.
Selama konferensi video pada hari Jumat, Hua dan Zakharova mengatakan negara-negara lain harus bergabung dengan upaya mereka untuk "menolak disinformasi".
"Negara-negara seharusnya tidak mengadopsi standar ganda, mencampuri urusan dalam negeri orang lain atau tuduhan tanpa dasar yang sama pada sistem politik negara lain, jalur pembangunan dan pemerintahan negara berdasarkan ideologi dan prasangka politik," kata mereka.
Sebelumnya, Amerika Serikat memerintahkan China untuk menutup konsulat mereka yang berada di Houston, pada Jumat (24/7/2020) lalu.
Sebagai balasan, Kantor Konsulat Amerika Serikat (AS) di Kota Chengdu, China, "diusir" pada Sabtu (25/7/2020), sehari setelah negeri Tirai Bambu itu memerintahkan penutupan dalam pertempuran diplomatik dengan negeri Paman Sam.
Perkembangan pada Senin (27/7/2020) lalu, diketahui China marah besar terhadap Amerika Serikat.
Pemicunya adalah aksi penegak hukum Amerika Serikat yang memaksa memasuki konsulat jenderal China di Houston.
Baca: Berkali-kali Lempar Tuduhan Penyebar Covid-19, Peneliti dari China Tuntut Donald Trump Meminta Maaf
Melansir pemberitaan People's Daily, Kementerian Luar Negeri China pada hari Sabtu (25/7/2020) menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan penentangan tegas terhadap aparat penegak hukum AS yang memaksa masuk ke konsulat jenderal Tiongkok di Houston.
Diberitakan sebelumnya, petugas penegak hukum S pada hari Jumat memasuki tempat konsulat jenderal Tiongkok di Houston secara paksa.
Menanggapi hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Wang Wenbin mengatakan tempat konsulat jenderal China di Houston adalah tempat diplomatik dan konsuler serta properti nasional China.
Dia menegaskan, berdasarkan Konvensi Wina tentang Hubungan Konsuler dan China-AS, Amerika Serikat tidak boleh melanggar hak konsulat jenderal Tiongkok di Houston dengan cara apa pun.
"China telah menyatakan ketidakpuasan yang kuat dan oposisi yang kuat terhadap langkah AS yang memaksa masuk ke tempat konsulat jenderal China di Houston, dan telah mengajukan pernyataan serius."
"China akan membuat tanggapan yang tepat dan diperlukan dalam hal ini," kata Wang.
Baca: Balas Pengusiran Konsulat di Houston, China Titahkan Pengosongan Konsulat Amerika Serikat di Chengdu
Diberitakan sebelumnya, mengutip Reuters, sekelompok aparat penegak hukum AS yang didampingi oleh pejabat Departemen Luar Negeri AS terlihat memaksa masuk ke dalam gedung konsulat China di Houston pada Jumat (24/7/2020).
Kejadian itu terjadi tak lama setelah AS memerintahkan Tiongkok untuk segera menutup konsulatnya di Houston.
Reuters memberitakan, dalam kelompok itu termasuk seorang pria yang disebut-sebut sebagai pejabat tinggi Departemen Luar Negeri AS untuk Misi Luar Negeri, Cliff Seagroves.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS menolak untuk menjawab pertanyaan dari Reuters tentang Seagroves atau aktivitas kelompok tersebut di Konsulat China.
Baca: Selain Sabotase Data Covid-19, Amerika Serikat Menduga Ilmuwan China Bekerja untuk Militer Negaranya
Setelah sekelompok orang tersebut membuka pintu belakang Konsulat China dan masuk, dua anggota berseragam dari Biro Keamanan Diplomatik AS Negara Bagian Texas tiba untuk menjaga pintu.
Sejumlah saksi mata mengatakan kepada Reuters, staf Konsulat China di Houston telah meninggalkan gedung tidak lama setelah jam 16.00 waktu setempat dengan menggunakan kendaraan, sebelum pintu dipaksa terbuka.
Hubungan AS-China meningkat minggu ini, ketika Konsulat AS di Chengdu diperintahkan untuk ditutup menyusul penutupan paksa Konsulat China di Houston, dengan kedua pihak menuduh pihak lain telah membahayakan keamanan nasional.
Batas waktu bagi orang AS untuk keluar dari Chengdu masih belum jelas. Tetapi, mengutip Channelnewsasia.com, wartawan AFP melihat petugas kebersihan membawa kantong-kantong besar sampah hitam dari Konsulat AS pada Sabtu (25/7/2020).
Salah satu kantong besar itu terbelah dan tampaknya berisi kertas robek. Setidaknya, sepuluh karung dikeluarkan dari gedung Konsulat AS di Chengdu pada Sabtu dini hari.
Baca: Menyusul Laut China Selatan, Sungai Mekong Diprediksi Jadi Arena Baru dalam Konflik AS-China
Seorang pekerja dengan bantuan derek kecil melepas lambang AS berbentuk lingkaran dari depan Konsulat, hanya menyisakan bendera Amerika Serikat yang berkibar di gedung yang sekarang tidak bertanda.
Staf lain terlihat mendorong troli di dalam Konsulat AS. Ada staf yang membawa tong logam besar yang kosong, sementara beberapa lainnya menarik koper beroda.
Beijing mengatakan, penutupan Konsulat AS di Chengdu adalah "tanggapan sah dan perlu terhadap tindakan tidak masuk akal Amerika Serikat", dan menuduh staf di misi diplomatik itu membahayakan keamanan dan kepentingan China.
Sementara pejabat Washington menyatakan, ada upaya yang tidak dapat diterima oleh Konsulat China di Houston untuk mencuri rahasia perusahaan AS dan penelitian medis dan ilmiah.
Para diplomat China terakhir meninggalkan Konsulat Houston pada Jumat (24/7/2020) karena batas waktu 72 jam untuk menutup misi telah berlalu. Staf terlihat memuat karung-karung besar berisi dokumen dan barang-barang lainnya ke truk dan melemparkan beberapa ke dalam bak.
Ketegangan meningkat antara kedua kekuatan dunia ini di berbagai bidang, termasuk perdagangan, penanganan virus corona baru China, dan undang-undang keamanan baru untuk Hong Kong, dengan AS pekan ini memperingatkan "tirani baru" dari China.
Artikel ini sebagian sudah tayang di Kontan.co.id dengan judul China dan Rusia dekralasikan 'perang informasi', ini penjelasannya.