Pelaksanaan ibadah salat Jumat di Hagia Sophia bisa dilakukan setelah bangunan bersejarah itu dialihfungsikan sebagai Masjid pada 10 Juli 2020 lalu.
Diberitakan Kontan dari BBC, kemungkinan sekitar seribu orang bakal mengikuti salat Jumat perdana di Hagia Sophia.
Meski digunakan untuk beribadah Muslim, lukisan, mosaik, dan ornamen Kristiani tetap dipajang di Hagia Shopia.
Berbagai ornamen itu hanya akan ditutup tirai selama ibadah berlangsung.
Baca: Resmi Ubah Hagia Sophia Jadi Masjid, Berbagai Pihak Sesalkan Langkah Presiden Erdogan
Bangunan bersejarah ini memang memiliki keterkaitan dengan beragam budaya.
Dari simbol Kristen setelah didirikan oleh kaisar Bizantium Justinian I pada abad keenam, hingga lambang pengaruh luas Kekaisaran Ottoman Muslim.
Sejak saat itu Hagia Sophia telah menjadi jantung dari pertempuran ideologis dan politik berabad-abad yang lalu.
Setelah Fatih Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 dan membawa kota, yang kemudian dikenal sebagai Istanbul, ke dalam wilayah Islam, ia mengubah Hagia Sophia dari katedral jadi masjid.
Selama ratusan tahun, umat Muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong untuk beribadah di sana.
Tetapi pada awal 1930-an, Mustafa Kemal Ataturk, pendiri republik Turki modern, menutup masjid dan mengubah bangunan itu menjadi museum sebagai bagian dari upayanya untuk mensekulerkan dan memodernisasi negara.
Nama Hagia Sophia juga diganti, kemudian dikenal sebagai Ayasofya.
Baca: Putrinya Dihina, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan Buka Kemungkinan Hapus Twitter dari Negaranya
Sejak saat itu dorongan untuk mengembalikan Hagia Sohpia jadi masjid sejak terus meningkat.
Dorongan tumbuh lebih tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Permintaan sebagian besar datang dari konstituensi nasionalis dan nasionalis yang condong ke Turki, banyak dari mereka secara teratur berdemonstrasi di gerbang Hagia Sophia setiap tanggal 29 Mei, hari peringatan penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman.
Tetapi seruan semacam itu telah ditentang keras oleh Yunani dan Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa situs warisan - yang diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sejak 1985 - harus tetap menjadi museum untuk menghormati minoritas Kristen negara itu.
Karenanya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah menuai kritik dari dunia internasional atas keputusannya mengubah Hagia Sophia menjadi masjid.
Tetapi, Erdogan mengatakan jika hal itu sepenuhnya merupakan hak kedaulatan Turki, seperti diberitakan Al Jazeera, Minggu (12/7/2020).
Baca: Dukung Alih Fungsi Hagia Sophia Jadi Masjid, Pengamat Nilai Presiden Erdogan Punya Maksud Politis
"Mereka yang tidak mengambil langkah melawan Islamofobia di negara mereka sendiri ... (justru) menyerang keinginan Turki untuk menggunakan hak-hak kedaulatannya," kata Erdogan dalam sebuah konferensi virtual, Sabtu.
Menilik sejarah, Hagia Sophia dibangun 1.500 tahun yang lalu sebagai katedral Kristen Ortodoks.
Bangunan ini diubah menjadi masjid setelah Ottoman menaklukkan Konstantinopel (sekarang Istanbul) pada tahun 1453.
Selanjutnya, pemerintah sekuler Turki memutuskan untuk menjadikannya museum pada tahun 1934.
Setelah melalui perdebatan panjang, Erdogan secara resmi mengubah bangunan kembali menjadi masjid pada hari Jumat (10/7/2020).