Sumbangan tersebut diprioritaska untuk para tenaga medis yang wafat saat bertugas menangani Covid-19.
Pemberian bantuan Rp 100 M tersebut merupakan dukungan yang tak tercampur tangan dengan pemerintah.
"Ada pihak swasta yang memberikan donasi senilai Rp 100 miliar yang akan diprioritaskan untuk para tenaga medis yang wafat."
"Hal itu di luar bantuan dari pemerintah,” ungkap Doni Monardo saat bertemu perwakilan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Timur di Surabaya, Kamis (16/7/2020), dikutip dari laman covid19.go.id.
Tidak hanya itu, Doni Monardo juga menekankan jika pihaknya terus memberikan bantuan dan berkomitmen melindungi para tenaga medis.
Komitmen tersebut dilakukan agar tidak ada lagi tenaga medis yang gugur saat bertugas menangani pandemi Covid-19.
“Komitmen dari awal, kami tidak ingin ada lagi tenaga kesehatan yang gugur (akibat menangani pandemi COVID-19),” tegas Doni Monardo.
Menurut Doni Monardo, komitmen yang sudah diwujudkan pemerintah sebagai contoh adalah melalui beberapa upaya nyata.
Seperti menyediakan tempat istirahat dan relaksasi bagi tenaga medis, seperti di Hotel Grand Surabaya.
Selain sebagai tempat relaksasi, tujuan difungsikannya hotel tersebut juga untuk menghindari penularan yang berpotensi terjadi apabila para tenaga medis langsung pulang ke rumah setelah bertugas.
Baca: Doni Monardo Sebut Ada Masyarakat yang Salah Paham Soal New Normal, Apa Pengertian Sebenarnya?
Baca: Jelang Penerapan New Normal, Doni Monardo Sebut Zona Kuning Sudah Bisa Terapkan Fase Normal Baru
Baca: Doni Monardo Ungkap Penyebab Kasus Positif Covid-19 Terus Meningkat di Jawa Timur
"Bagaimapun pemerintah dapat memberikan pelayanan bagi para dokter agar memiliki cukup waktu untuk istirahat."
"Karena kalau dokter langsung pulang ke rumah, maka penularan kepada keluarga memiliki potensi yang sangat tinggi,” jelas Doni Monardo.
Dalam hal ini, pengoperasian dan monitoring beberapa tempat relaksasi bagi para tenaga medis seperti Hotel Grand Surabaya, akan dikoordinir oleh Pangkogabwilhan II.
Sehingga, dapat dipastikan kondisi terjamin aman dan nyaman
Di sisi lain, dalam upaya penanganan COVID-19, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini meminta agar rumah sakit memiliki sistem yang lebih baik.
Sehingga, dalam hal ini tenaga medis dan kesehatan lainnya dapat lebih optimal bekerja dari segi waktu dan kualitas.
Doni juga menekankan, saat memberikan perawatan terhadap pasien, baiknya pihak rumah sakit tidak mencampur pasien suspek dengan pasien yang sudah benar-benar positif.
"Kami berharap rumah sakit dapat memilki sistem yang lebih baik."
"Kalau Pasien Dalam Perawatan (PDP) masih dikelompokkan dengan mereka yang positif COVID-19, maka sama saja membiarkan penularan menjadi semakin parah,” tegas Doni Monardo.
Sebagai panglima perang melawan COVID-19, Doni Monardo tidak ingin lagi para dokter dan tenaga medis menjadi korban.
Ibarat perang, Doni Monardo menganggap mereka adalah senjata yang paling penting.
"Kita sangat ingin agar dokter tidak ada yang jadi korban. Ibarat perang, dokter adalah senjata kita yang paling penting."
"Dari awal kita sudah membantu dan mendukung dengan hal terbaik bagi para dokter,” kata Doni Monardo.
Dalam hal ini, Doni Monardo juga mendapat laporan para dokter yang gugur justru bukan dari mereka yang menangani COVID-19.
Para dokter tersebut yakni dokter gigi dan dokter umum lainnya.
Beberapa di antaranya dinyatakan terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19, karena melayani pasien Orang Tanpa Gejala (OTG).
Baca: Keluhkan Tenaga Medis Tak Diperhatikan Pemerintah, Kepala Puskesmas di NTT Dicopot dari Jabatannya
Baca: 37 Tenaga Medis di Bengkulu Positif Covid-19, Diduga Terpapar Saat Lepas APD Seusai Bertugas
Baca: Bidan dan Perawat RS Swasta Depok Dirampok di Dalam Angkot, Uang Jutaan Raib hingga Diancam Dibunuh
Oleh sebab itu, dia juga meminta agar apapun peran dokternya harus memakai APD ketika melayani masyarakat.
Doni Monardo juga mengimbau agar pembagian waktu praktik dibatasi, sehingga potensi penularan dapat dicegah.
"Harus dibatasi dokter yang melayani penanganan COVID-19. harus dibatasi hanya beberapa jam."
Doni Monardo terus menegaskan bahwa tenaga kesehatan mulai dari dokter, perawat, tenaga laboratorium, tenaga farmasi, dan sebagainya, adalah garda terakhir dalam peperangan melawan COVID-19.
Masyarakat lah yang justru menjadi garda terdepan, sebagai penentu apakah dokter harus menangani mereka atau tidak.
Oleh sebab itu, menurut Doni, masyarakat juga diharapkan dapat menggalakkan pencegahan penyebaran COVID-19, melalui penerapan protokol kesehatan dengan baik dan disiplin.
Selain itu, menerapkan gaya hidup sehat dengan menjaga daya tahan tubuh dan imunitas melalui aktivitas olahraga dan mengonsumsi makanan bergizi juga dirasa penting.
Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul Doni Monardo Ungkap Ada Pihak Swasta Sumbang Rp 100 M untuk Tenaga Medis yang Gugur Akibat Covid-19