Meski Korea Utara juga punya nuklir, China besar-besaran membangun militernya, seperti diberitakan Kontan, Rabu (15/7/2020).
Anggaran Beijing untuk pertahanan kini empat kali lebih banyak dari Tokyo.
Hal itu untuk membangun militer modern yang besar.
Jepang juga mengklaim China bertanggungjawab atas "propaganda" dan "disinformasi" di tengah "ketidakpastian sosial dan kebingungan" yang disebabkan oleh wabah virus corona.
Tak berhenti di situ, ancaman Jepang bertambah seiring dengan aktivitas militer gabungan yang dilakukan China dan Rusia.
China Tolak AS Tempatkan Rudal di Jepang
Baca: Menlu AS Mike Pompeo Sebut Klaim China atas Sumber Daya di Laut China Selatan Melanggar Hukum
Di sisi lain, Amerika Serikat tengah berunding dengan Jepang untuk menempatkan rudal di wilayahnya.
Rudal jarak menengah itu akan mendukung kebijakan pertahanan kedua negara.
Diberitakan Kontan dari South China Morning Post, pemerintah China mendesak Jepang untuk menolak tawaran itu.
Mereka mengatakan tak akan tinggal diam seandainya AS benar-benar menempatkan rudalnya di Jepang.
Juru Bicara Kementerian Pertahanan China, Wu Qian, mengatakan Jepang harus mempertimbangkan stabilitas regional.
"Sementara itu, China berharap Jepang dan negara-negara lain dapat mempertimbangkan perdamaian dan stabilitas regional, bertindak dengan bijaksana dan mengatakan tidak kepada AS yang ingin mengerahkan rudal jarak menengah di tanah mereka sehingga mereka tidak menjadi korban plot geopolitik AS di kawasan itu,” kata Qian.
Baca: Di Tengah Ketegangan dengan China, India Minta Rusia Percepat Pengiriman Rudal dan Jet Tempur
Dalam pertemuan terpisah, Kementerian Luar Negeri China mendesak Jepang untuk mempertahankan kebijakan yang berorientasi pada pertahanan seperti yang tercantum dalam konstitusi.
Mereka meminta Jepang untuk kembali membaca buku sejarah.
“Karena alasan historis, tren keamanan militer Jepang selalu mendapat perhatian dari komunitas internasional dan negara-negara tetangganya di Asia. Kami mendesak Jepang untuk sungguh-sungguh mempelajari pelajaran sejarah,” kata juru bicara Kemenlu China Zhao Lijian.
Padahal, pada era perang dingin, beberapa negara sudah setuju untuk tidak memiliki, memproduksi, atau menguji terbang rudal jelajah yang diluncurkan di darat dengan jangkauan 500-5.500 km.
Rudal jarak menengah memang dianggap sangat berbahaya.
Durasi jelajah yang pendek membuat rudal jenis ini susah dideteksi dan diantisipasi.
Sementara pakar dari Universitas Studi Internasional Shanghai, Lian Degui, menilai hubungan China dan Jepang akan runtuh jika rudal AS jadi ditempatkan di Jepang.