Diketahui sebanyak 13 orang meninggal dunia dan puluhan orang lainnya terluka dalam musibah banjir bandang ini.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, mengupdate jumlah korban meninggal akibat banjir bandang.
Mereka juga menginfokan jumlah korban meninggal dunia akibat bencana dari Sungai Masamba dan Sungai Radda.
Menurut Kepala Pelaksana BPBD Luwu Utara Muslim Muchtar, korban bertambah jadi 13 orang.
"Per malam ini pukul 19.30 Wita, korban meninggal 13 orang," kata Muslim di Kantor BPBD Luwu Utara, di Jalan Simpurusiang, Kelurahan Bone Tua, Kecamatan Masamba, dikutip dari Tribun Timur, Selasa (14/7/2020).
Baca: Banjir Rendam Area Bandara Andi Djemma Masamba, Penerbangan Ditunda 2 Minggu
Berikut nama, umur, dan alamat korban meninggal dunia akibat banjir bandang di Masamba:
1. Gandi (35) / Pontaden
2. Askar (49) / Pontaden
3. Nahmu (47) / Radda
4. Sitti Wahyu (63) / Sapek
5. Sabarina (56) / Pontaden
Baca: Akibat Banjir Bandang di Masamba, 13 Orang Tewas dan 46 Dinyatakan Hilang
6. A Nina Saad (23) / Pontaden
7. Mahmud (47) / Radda
8. Disya (10) / Masamba
9. Tanpa Nama / Kampung Kurra
10. Amri (43) / Radda
11. Tanpa Nama / Radda
12. Tanpa Nama / Radda
13. Muhammad Idris (85) / Masamba Affair.
Lima kecamatan dan puluhan desa/kelurahan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, diterjang banjir, Senin-Selasa (13-14/7/2020).
Lima kecamatan itu adalah Kecamatan Masamba, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Baebunta Selatan, Kecamatan Malangke, dan Kecamatan Malangke Barat.
Baca: Bencana Banjir Hantam Provinsi Sichuan, China, 12 Orang Tewas, 10 Hilang
Khusus di Kecamatan Masamba dan Kecamatan Baebunta Selatan, wilayah itu diterjang banjir bandang.
Tepatnya di Kelurahan Bone dan Kelurahan Bone Tua, Kecamatan Masamba serta Desa Radda, Kecamatan Baebunta.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Luwu Utara Muslim Muchtar mengatakan banjir terjadi akibat luapan tiga sungai besar.
Sungai Masamba, Sungai Radda, dan Sungai Rongkong.
Selain menelan korban jiwa, banjir juga mengakibatkan 15 ribu warga mengungsi.
Lantaran rumah mereka hanyut terbawa air maupun tertimbun sedimen lumpur bercampur pasir.
"Data terakhir kami kurang lebih 15 ribu jiwa mengungsi," katanya.
Menurut dia, pengungsi tersebar di beberapa tempat.
Seperti posko yang didirikan BPBD, gedung sekolah, rumah ibadah, dan rumah keluarga terdekat.
"Yang saat ini paling dibutuhkan korban adalah obat-obatan, makanan siap saji, selimut, dan tenda," katanya.