Negeri Kangguru tersebut merupakan salah satu negara yang menggunakan "lockdown" secara nasional untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Selain itu, Australia juga memberikan banyak stimulus untuk warga negaranya selama pandemi Covid-19 ini.
Beberapa minggu lalu, Australia kembali membuka aktivitas dan pergerakan masyarakat setelah dirasa penyebaran Covid-19 terkendali dengan baik.
Namun, kini terjadi enambahan kasus baru virus corona di Australia yang berasal dari kluster baru, yakni dua hotel di Victoria.
Dugaan awal adalah banyaknya tamu di hotel tersebut yang berhubungan seks dengan staf hotel saat masa lockdown berlangsung.
Baca: Eksploitasi Mahasiswa Asing Bekerja di Australia: Diberi Upah Rendah hingga Dapat Pelecehan Seksual
Baca: Sudah Dibuka! Beasiswa S1 dan S2 ke Sidney Australia bagi Warga Indonesia, Berikut Cara Daftarnya
Stasiun tv pemerintah Australia ABC melaporkan, 31 kasus penambahan virus corona di Australia terkait dengan hotel Stamford Plaza di Melbourne.
Kasus positif Covid-19 di Australia lainnya terkait dengan hotel Rydges on Swanston, yang juga berlokasi di ibu kota negara bagian itu.
Penyebaran virus corona di dua hotel tersebut karena banyak tamu yang berhubungan seks dengan staf hotel saat lockdown.
Ironisnya, peningkatan kasus ini juga dipicu lantaran beberapa pekerja kontrak tidak mengikuti protokol kesehatan saat mengkarantina orang-orang dari kedatangan luar negeri, bahkan berhubungan seks dengan mereka.
Perdana Menteri Negara Bagian Victoria, Daniel Andrews, pada Kamis (2/7/2020) mengumumkan, pemerintah setempat telah menganggarkan 3 juta dollar AS (Rp 43,1 miliar) untuk menggelar penyelidikan.
Sebelumnya dia telah mengatakan, sejumlah kasus baru Covid-19 pada akhir Mei dan awal Juni dapat dikaitkan dengan "pelanggaran aturan program karantina hotel".
Pihak berwenang juga telah memerintahkan sejumlah hotel di seluruh negeri menjadi bagian dari kontrol ketat di perbatasan, guna mengendalikan penyebaran virus corona di Australia.
Siapa pun yang tiba di Australia harus melakukan karantina wajib 14 hari di fasilitas yang dikelola pemerintah. Hanya warga negara Australia dan penduduk tetap yang diizinkan masuk ke "Negeri Kanguru" dengan beberapa pengecualian.
"Sangat jelas bahwa apa yang terjadi di sini benar-benar tidak dapat diterima dan kita perlu tahu persis apa yang terjadi," ujar Andrews dikutip dari CNN Kamis (2/7/2020).
Menurut 9News yang berafiliasi dengan CNN, dugaan pelanggaran yang terjadi termasuk klaim beberapa staf melakukan hubungan seks dengan para tamu yang diisolasi, dan kurangnya pelatihan para penjaga.
Seorang penjaga keamanan yang dikontrak hotel mengemukakan, ia hanya menerima pelatihan 5 menit sebelum memulai pekerjaan.
Kemudian dalam wawancara dengan Channel Seven yang juga berafiliasi dengan CNN pada Kamis (2/7/2020), Menteri Kesehatan Australia, Greg Hunt mengatakan ada bebeberapa hal pelanggaran besar di hotel tersebut.
Baca: Australia Akan Beri Rp 61 Miliar kepada WHO untuk Pemulihan Indonesia dari Covid-19
Baca: Etnis Tionghoa Jadi Objek Sasaran Rasial, Pemerintah China Cegah Warganya Pergi ke Australia
"Ada dua kasus di mana tampaknya ada pelanggaran dengan konsekuensi besar."
"Kami akan mendesak pihak berwenang Victoria untuk mencatat mereka jika ada orang-orang atau perusahaan yang berperilaku tidak tepat," kata Greg Hunt.