Hasil Studi: Pasien Sembuh dari Covid-19 Bisa Kehilangan Kekebalannya dalam Beberapa Bulan

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Hasil studi awal para ilmuwan King's College di Inggris menunjukkan kekebalan yang dimiliki pasien sembuh dari Covid-19 hanya bertahan beberapa bulan. Foto: Perusahaan farmasi Zydus Cadila pada 3 Juli 2020 merilis foto seorang pekerja farmasi yang memperlihatkan vaksin yang dikembangkan perusahaan itu untuk mencegah infeksi virus corona.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hasil penelitian para ilmuwan Kings's College di Inggris menunjukkan pasien yang sembuh dari Covid-19 bisa kehilangan kekebalan dari virus corona hanya dalam waktu beberapa bulan.

Dengan demikian, pasien yang pulih dapat terinfeksi kembali oleh virus corona setelah kekebalannya hilang, mirip flu biasa atau common flu.

Dilansir dari The Guardian (13/7/2020), dalam studi longitudinal pertama tentang kekebalan tersebut, ilmuwan menganalisis respons kekebalan pada lebih dari 90 pasien dan nakes di layanan kesehatan masyarakat (NHS) Guy’s and St. Thomas’, Inggris.

Mereka menemukan kadar antibodi yang bisa menghancurkan virus corona memuncak sekitar tiga pekan setelah ada gejala infeksi.

Kadar antibodi tersebut kemudian menurun dengan cepat.

Baca: Ujicoba Vaksin Covid-19 di Maryland, AS Bereaksi Positif setelah Disuntikkan ke Seorang Pria

Baca: Calon Vaksin Covid-19 Buatan CanSino dari China Direncanakan Diuji Coba Fase Ketiga di Luar Negeri

Ilustrasi virus corona (CDC)

Tes darah menunjukkan bahwa meskipun 60% dari mereka menciptakan respons antibodi kuat pada "pertempuran puncak" dengan virus itu, hanya 17% yang mempertahankan potensi yang sama dalam tiga bulan setelahnya.

Kadar antibodi menurun hingga 23 kali lipat dalam periode itu dan dalam beberapa kasus antibodinya menjadi tidak terdeteksi.

"Orang-orang menghasilkan respons antibodi yang lumayan terhadap virus [corona], tetapi menurun dalam periode singkat dan tergantung pada seberapa tinggi antibodi itu, yang menentukan berapa lama antibodi bertahan," kata Doores, penulis utama studi itu di King's College London.

Studi itu memiliki implikasi pada pengembangan vaksin, dan pencarian herd immunity atau kekebalan komunitas seiring berjalannya waktu.

Sistem kekebalan mempunyai beberapa cara untuk melawan virus corona.

Namun, jika antibodi adalah lini utama pertahanan, temuan ini menunjukkan orang dapat terinfeksi kembali dalam gelombang musiman.

Dengan demikian, vaksin mungkin tidak dapat melindungi mereka dalam jangka panjang.

Bagaimana kekebalan menurun setelah infeksi corona?

"Infeksi cenderung memberimu skenario terbaik untuk respons antibodi, jadi jika infeksimu memberimu kadar antibodi yang menurun dalam dua atau tiga bulan, vaksin akan punya potensi yang sama," kata Doores

"Orang-orang mungkin perlu meningkatkan dan sekali suntikan mungkin tidak cukup," kata dia menambahkan.

Sementara itu hasil studi dari University of Oxford menunjukkan vaksin yang dikembangkannya menghasilkan antibodi lebih rendah pada monyet ekor panjang (macaque), dibanding yang terlihat pada manusia yang terinfeksi.

Jadi, meski vaksin terlihat melindungi hewan dari infeksi serius, hewan itu masih dapat terinfeksi.

Baca: Calon Vaksin Virus Corona Buatan Moderna Asal AS Memasuki Fase Uji Coba Ketiga pada Juli Ini

Baca: Virus Corona Disebut Makin Melemah Bisa Mati Tanpa Vaksin, Profesor Matteo: Dulu Harimau Kini Kucing

Prof. Robin Shattock dari Imperial Collge London menyatakan vaksin yang dikembangkan kelompoknya bisa tersedia pada semester pertama tahun depan jika uji klinis berjalan baik.

Namun, dia memperingatkan tidak ada kepastian bahwa vaksin apa pun yang sedang dikembangkan akan manjur nantinya.

Selain itu, dia juga mengatakan jenis respons kekebalan yang dibutuhkan untuk mencegah infeksi masih belum jelas.

Ilustrasi vaksin virus corona (Fresh Daily)

Studi dari King's College di atas merupakan studi pertama yang memantau kadar antibodi pada pasien dan nakes dalam tiga bulan setelah gejala muncul.

Hasli studi itu sudah diterbitkan di jurnal, tetapi belum dilakukan peer-review, dan memperlihatkan bahwa kadar antibodi naik menjadi lebih tinggi dan bertahan lebih lama pada pasien mengalami infeksi parah.

Ini mungkin karena pasien tersebut memiliki lebih banyak virus dan membutuhkan lebih banyak antibodi untuk melawan infeksi.

Calon Vaksin Covid-19 Buatan CanSino dari China Direncanakan Diuji Coba Fase Ketiga di Luar Negeri

 Salah satu pendiri perusahaan vaksin CanSino Biologics asal China mengatakan pada Sabtu (11/7/2020) bahwa perusahaannya berniat melakukan uji coba fase ketiga dari calon vaksin Covid-19 buatannya di luar negeri.

CanSino saat ini sedang membicarakan uji coba tersebut dengan Rusia, Brasil, Chile, dan Arab Saudi.

Dilansir dari Reuters (11/7/2020), kesuksesan China menangani Covid-19 justru menimbulkan kesusahan dalam hal pengujian vaksin virus corona berskala besar.

Sampai saat ini juga hanya ada beberapa negara yang setuju bekerja sama dalam proses pengujian itu.

"Kita sedang menghubungi Rusia, Brasil, Chile, dan Arab Saudi (untuk fase uji coba ketiga) dan masih dalam pembicaraan," kata Quu Dongxu, direktur eksekutif dan salah satu pendiri CanSino, dalam konferensi di Suzhou, China bagian timur, dikutip dari Reuters.

Dia mengatakan fase uji coba ketiga kemungkinan besar akan segera dimulai.

Baca: Calon Vaksin Virus Corona Buatan Moderna Asal AS Memasuki Fase Uji Coba Ketiga pada Juli Ini

Baca: Virus Corona Bisa Bertahan 8 Jam di Udara, Masyarakat Diimbau Tak Berbicara Terlalu Keras

Untuk proses itu, CanSino akan merekrut 40.000 peserta yang bakal dites.

Calon vaksin buatan CanSino, Ad5-nCov, menjadi vaksin pertama di China yang diuji coba ke manusia, yakni pada Maret lalu.

Namun, Ad5-nCov tertinggal dari calon vaksin buatan perusahaan lainnya dalam hal perkembangan.

Dua vaksin percobaan yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech dan Sinopharm telah mengantongi izin untuk dilakukan uji coba fase ketiga.

Sementara itu, pada fase uji coba kedua, Qiu mengatakan melibatkan 508 orang.

Hasilnya uji coba fase kedua jauh lebih baik daripada fase pertama dalam hal keamanan vaksin dan kemampuannya merangsang kekebalan.

Namun, dia belum memperlihatkan bukti spesifik.

Qiu mengatakan bahwa pabrik barunya, yang masih dibangun, mampu memproduksi 100-200 juta dosis vaksin corona per tahun mulai 2021.

(TribunnewsWiki/Tyo)



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer