Bisa Lindungi Lansia dari Covid-19, Uji Coba Perawatan Antibodi Akan Dilakukan Agustus Mendatang

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi peneliti mengambil plasma darah dari pasien yang sembuh dari Covid-19. Plasma konvalesen atau plasma pulih untuk dijadikan terapi antibodi bagi pasien Covid-19. Peneliti Inggris akan melakukan uji coba perawatan antibodi Agustus mendatang. Jika berhasil metode ini bisa bantu lindungi lansia dari Covid-19.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Perusahaan farmasi besar di Inggris kini tengah bersiap melakukan uji coba pada perawatan antibodi.

Perawatan antibodi tersebut dikatakan bisa melindungi para lansia dan mereka yang rentan akan Covid-19.

Perusahaan pembuat obat asal Cambridge, AstraZaneca berencana untuk melakukan uji coba dengan melakukan infusi antibodi selama tiga menit ke tubuh pasien.

Nantinya infusi tersebut akan diberikan pada 30 warga Inggris pada Agustus mendatang.

Seperti yang diberitakan di Daily Mail, infusi antobodi yang dilakukan akan bisa melatih sel kekebalan tubuh pasien untuk melawan virus corona.

Jika hasilnya terbukti aman, maka metode pengobatan tersebut akan dilakukan secara massal pada musim gugur dan musim dingin tahun ini.

Pada musim tersebutlah para ahli memperkirakan Covid-19 akan kembali memuncak.

Baca: Inilah Orang Pertama yang Akan Mendapatkan Vaksin Jika Antivirus Corona Sudah Ditemukan

Baca: WHO Sebut Kecil Kemungkinan Peneliti Bisa Temukan Antivirus Corona Sebelum Akhir 2021

Disebut sebagai metode yang sangat menarik oleh para ilmuwan

Ilustrasi pasien Covid-19 yang sembuh dari infeksi virus corona SARS-CoV-2 mendonorkan plasma darahnya untuk terapi plasma konvalense. (Kompas.com)

Metode ini disebut sebagai hasil kerja yang memuaskan oleh para ilmuwan.

Perawatan antibodi bekerja dengan menciptakan kembali zat-zat penangkal penyakit alami tubuh di laboratorium dan kemudian disuntikkan ke tubuh pasien yang rentan.

Metode perawatan antibodi ini memang dirancang untuk membantu orang yang memiliki sistem imun lemah dimana vaksin biasa tidak berpengaruh pada tubuh mereka.

Tak hanya itu, perawatan antibodi juga akan membantu mereka yang sedang melakukan kemoterapi atau sedang mengkonsumsi obat imunosupresan.

Singkatnya, vaksin pada umumnya berfungsi merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi agar bisa melawan suatu penyakit.

Namun, bagi orang tua dan mereka yang rentan tidak bisa merespon hasil yang sama.

AstraZeneca, yang telah bermitra dengan Oxford University untuk mengembangkan vaksin Covid-19, mengatakan perawatan antibodi dapat melindungi orang dari penularan infeksi selama enam bulan.

Terapi ini juga dapat digunakan pada orang-orang yang sudah terinfeksi agar bisa membantu mencegah perkembangan penyakit.

Sir Mene Pangalos, yang memimpin penelitian penemuan farmasi di AstraZeneca, memberikan pernyataannya kepada The Times.

"Ada golongan orang yang berusia lanjut yang (tidak) mendapatkan respon imun yang baik terhadap vaksin (konvensional)," ucap Sir Mene Pangalos.

“Dalam kasus itu Anda mungkin ingin mengobati pasien dengan antibodi secara profilaksis untuk memberi mereka perlindungan tambahan," lanjutnya.

"Kita akan melakukan ini secepat mungkin. Kami jelas akan menunjukkan bahwa metode pengobatan ini aman. Terlebih antibodi adalah entitas yang dikenal sebagai metode yang 'seharusnya aman'," imbuh Sir Mene Pangalos.

Sir Mene memperingatkan bahwa perawatan antibodi mungkin akan menelan biaya dua kali lipat dari vaksin standar.

Selain itu, penggunaan perawatan antibodi juga nantinya akan diprioritaskan untuk pasien dengan gejala sangat parah.

Tentang perawatan antibodi untuk lansia dan orang rentan

Para lansia Hong Kong dalam antrian untuk mendapatkan masker di Tai Wai, Hong Kong di tengah wabah virus corona. (tangkap layar foto Felix Wong via SCMP)

Perawatan ini dikatakan menggunakan antibodi monoklonal (mAbs).

Jenis antibodi tersebut hingga saat ini telah digunakan untuk mengobati tetanus, ebola, dan difteri.

Antibodi monoklonal tersebut direkayasa sehingga bisa meniru antibodi yang diproduksi secara alami oleh tubuh pasien yang telah pulih dari Covid-19.

Para peneliti dari Vanderbilt University di AS telah mengevaluasi lebih dari 1.500 mAb.

Tujuannya adalah untuk menemukan dua antobodi yang paling efektif dalam menghambat penyebaran Covid-19.

Dua antibodi tersebut dikombinasikan dan kemudian diberikan pada pasien injeksi.

Antibodi tersebut bekerja dengan mengikat protein virus corona.

Terutama pada bagian kaki-kaki virus yang digunakan untuk menempel pada sel manusia.

Sehingga virus corona tidak akan bisa memasuki dan menginfeksi tubuh manusia yang diberi antibodi.

Seorang penasihat ilmiah untuk Pemerintah Inggris menggambarkan perawatan baru ini sebagai proyek yang sangat menarik.

Terlebih bisa dimungkinkan menghambat adanya komplikasi penyakit bagi pasien Covid-19.

"Saya pikir metode terapi ini sangat menarik dan potensial berpotensi serta prosesnya mengalami perkembangan yang sangat pesat selama beberapa tahun terakhir," kata Profesor Peter Openshaw, seorang ahli imunologi di Imperial College London.

Terapi serupa saat ini juga sedang diujicobakan pada lusinan pasien Covid-19 di AS oleh perusahaan yang berbasis di New York, Regeneron.

Antibodi adalah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh sebagai respons terhadap keberadaan zat asing, seperti coronavirus.

Antibodi dapat mengenali dan menempel pada virus atau zat asing yang masuk pada manusia atau disebut sebagai antigen.

Sehingga nantinya zat atau virus bisa dikeluarkan dari tubuh penderita.

Sistem kekebalan akan mengingat antigen sehingga jika seseorang terpapar lagi, antibodi akan kembali bereaksi.

Hingga saat ini masih belum jelas berapa lama antibodi dari infeksi pertama dapat bertahan dalam sistem imun penderita.

Baca: Berbagai Upaya Afrika Selatan Atasi Covid-19, Skenario Terburuk: 1,5 Juta Kuburan Sudah Siap

Baca: Ujicoba Vaksin Covid-19 di Maryland, AS Bereaksi Positif setelah Disuntikkan ke Seorang Pria

Baca: Tak hanya Terinfeksi, Presiden Brasil Telantarkan Kota Brasilia Meski Jadi Hot Spot Baru Covid-19

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi)



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer