Pengumuman Erdogan, Jumat (10/7/2020) dilakukan satu jam setelah ada putusan pengadilan tinggi yang menyebut bahwa perubahan bangunan menjadi museum adalah ilegal.
"Keputusan ini diambil dan akan dikelola oleh pihak Masjid Ayasofya" kata Erdogan dalam pengumuman.
"Direktorat Urusan Agama akan membukanya untuk ibadah," tambahnya.
Erdogan menyatakan bahwa ke depan, bangunan masjid ini terbuka bagi siapa saja, lokal ataupun asing, dan semua agama.
"Berdasarkan putusan pengadilan dan dengan langkah-langkah yang kami ambil sejalan dengan keputusan itu, setelah 86 tahun, Hagia Sophia menjadi masjid lagi, seperti yang diinginkan Fatih, penakluk Istanbul," kata Erdogan dalam pidato nasional .
"Seperti semua masjid kami, pintu Hagia Sophia akan terbuka untuk semua, penduduk lokal dan asing, Muslim dan non-Muslim," kata Erdogan.
Erdogan membagikan pengumumannya ini melalui akun media sosial Twitter.
Baca: Presiden Prancis Emmanuel Macron Minta PM Israel Benjamin Netanyahu Tahan Aneksasi Tepi Barat
Pengadilan Tinggi Turki resmi mencabut status Hagia Sophia sebagai museum.
Otoritas ini membatalkan keputusan kabinet tahun 1934 yang mendefinisikan bangunan abad ke-6 tersebut sebagai museum.
"Telah diputuskan bahwa akta penyelesaian menetapkannya sebagai masjid dan penggunaan di luar dari ini tidak sesuai hukum," kata pengadilan administratif Turki.
Baca: Cucu Nelson Mandela Puji Langkah Turki Dukung Perjuangan Palestina
Hagia Sophia, sebuah situs warisan dunia yang ditetapkan UNESCO ini merupakan peninggalan sejarah Kekaisaran Bizantium Kristen dan Kekaisaran Ottoman Muslim.
Monumen bersejarah ini berusia hampir 1500 tahun lamanya.
Situs budaya ini menjadi satu di antara monumen yang paling banyak dikunjungi di Turki.
Status bangunan Hagia Sophia yang ada di Turki sempat menuai kontroversi.
Meski demikian, pejabat setempat mengatakan kewenangan ada pada Presiden Erdogan, seperti diberitakan Al Jazeera, Kamis (2/7/2020).
Pengalihan fungsi kembali Hagia Sophia telah menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Memang tak mudah bagi Turki untuk memutuskan.
Pasalnya, bangunan bersejarah ini memiliki keterkaitan dengan beragam budaya.
Dari simbol Kristen setelah didirikan oleh kaisar Bizantium Justinian I pada abad keenam, hingga lambang pengaruh luas Kekaisaran Ottoman Muslim.
Sejak saat itu Hagia Sophia telah menjadi jantung dari pertempuran ideologis dan politik berabad-abad yang lalu.
Baca: Iran, Rusia, China, dan Turki Justru Rayakan Kekacauan dan Kerusuhan di Amerika Serikat
Setelah Fatih Sultan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 dan membawa kota, yang kemudian dikenal sebagai Istanbul, ke dalam wilayah Islam, ia mengubah Hagia Sophia dari katedral jadi masjid.
Selama ratusan tahun, umat Muslim dari seluruh dunia berbondong-bondong untuk beribadah di sana.
Tetapi pada awal 1930-an, Mustafa Kemal Ataturk, pendiri republik Turki modern, menutup masjid dan mengubah bangunan itu menjadi museum sebagai bagian dari upayanya untuk mensekulerkan dan memodernisasi negara.
Nama Hagia Sophia kemudian dikenal sebagai Ayasofya.
Baca: Cerita Hakan Sukur Eks Inter Milan yang Terasingkan dan Jadi Sopir Taksi Online di AS karena Erdogan
Sejak saat itu dorongan untuk mengembalikan Hagia Sohpia jadi masjid sejak terus meningkat.
Dorongan tumbuh lebih tajam dalam beberapa tahun terakhir.
Permintaan sebagian besar datang dari konstituensi nasionalis dan nasionalis yang condong ke Turki, banyak dari mereka secara teratur berdemonstrasi di gerbang Hagia Sophia setiap tanggal 29 Mei, hari peringatan penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman.
Tetapi seruan semacam itu telah ditentang keras oleh Yunani dan Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa situs warisan - yang diakui oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan PBB (UNESCO) sejak 1985 - harus tetap menjadi museum untuk menghormati minoritas Kristen negara itu.
-