Dengan demikian, calon vaksin dari Moderna ini memasuki fase ketiga atau tahap akhir pada bulan ini.
Sebelumnya, pada uji coba fase kedua, Moderna telah melibatkan banyak sukarelawan.
Para sukarelawan tersebut adalah orang dewasa muda yang sehat berusia 18-55 tahun dan orang dewasa yang lebih tua berusia 55 tahun ke atas.
Di fase kedua, perusahaan asal Amerika Serikat (AS) tersebut mengevaluasi keamanan, reaktivitas, dan imunogenisitas dari dua vaksinasi mRNA-1273 yang mereka berikan selama 28 hari secara terpisah.
“Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada para peserta sukarelawan yang sehat, mitra kami di lokasi uji klinis, dan tim Moderna yang berdedikasi atas dukungan mereka dalam menyelesaikan studi fase dua mRNA-1273, kandidat vaksin kami terhadap Covid-19,” kata Chief Medical Officer Moderna Tal Zaks dalam sebuah pernyataan, Kamis (9/7), seperti dikutip dari The Jerusalem Post.
“Kami berkomitmen untuk membantu mengatasi keadaan darurat kesehatan masyarakat yang sedang berlangsung ini dan terus fokus pada penelitian fase ketiga kami, yang masih berada di jalur yang akan dimulai pada Juli, kurang dari tujuh bulan sejak virus corona baru terdeteksi,” ujar dia.
Protokol untuk uji coba fase ketiga sudah Moderna finalisasi, mengikuti umpan balik yang mereka terima dari Badan Pangan dan Obat-obatan AS (FDA).
Moderna akan bergabung dengan tiga perusahaan lainnya yang sudah melakukan uji coba fase ketiga vaksin virus corona potensial.
Baca: Virus Corona Disebut Makin Melemah Bisa Mati Tanpa Vaksin, Profesor Matteo: Dulu Harimau Kini Kucing
Baca: Vaksin Masih Belum Ditemukan, 4 Negara Maju Ini Sudah Sepakat Borong 300 Juta Dosis Vaksin Corona
Mereka bergerak ke tahap akhir dalam perlombaan pengembangan vaksin Covid-19.
Vaksin virus corona eksperimental buatan AstraZeneca, Sinopharm, dan SinoVac adalah kandidat yang sedang melakukan uji coba fase ketiga.
Uji coba fase satu dan dua biasanya melakukan tes keamanan suatu vaksin sebelum memasuki tahap tiga yang menguji kemanjurannya.
Ada 19 uji coba vaksin dalam evaluasi klinis dan ratusan lain sedang dikembangkan dan diuji di seluruh dunia untuk menghentikan pandemi Covid-19, yang telah menewaskan ratusan ribu orang dan menghancurkan perekonomian global.
Berdasarkan dari catatan Asosiasi Perusahaan Farmasi Internasional (IFPMA), dari banyaknya usaha pengembangan vaksin, ada 12 kandidat yang berada di tahapan lebih maju di banding vaksin yang lain.
"Saya pikir dalam sejarah pengembangan vaksin, kita belum pernah melihat sebanyak ini laboratorium dan perusahaan yang berusaha menemukan vaksin untuk satu jenis penyakit yang sama," ujar Thomas Cueni, Kepala IFPMA.
Para kandidat terdepan ini telah mulai masuk ke tahap pengetesan ke manusia.
Jonathan Moreno, ahli bioetik dari Johns Hopkins University, menyatakan idealnya vaksin baru ini akan dites pada ribuan orang sebelum diluncurkan ke populasi yang lebih luas.
"Teorinya, Anda bisa melakukan pengetesan 20.000 vaksin dan 10.000 placebo sehingga tidak ada yang tahu apa yang mereka dapatkan saat dites," beber Profesor Jonathan Moreno.
"Dan kita bisa melihat hasilnya dalam enam, delapan, atau 10 bulan setelahnya. Tetapi dunia ini tidak mau menunggu selama itu."
Profesor Jonathan menjelaskan, ada cara untuk menghindarinya sebab beberapa laboratorium yang melibatkan pengetesan pada binatang dan manusia secara simultan dapat mempercepat proses penemuan vaksin, walaupun penuh kontroversi
"Anda mungkin mau mengetes vaksin ini pada hewan lebih dulu sebelum mengetesnya pada manusia. Namun kita memiliki jadwal yang sedemikian rupa ketat sehingga kita melakukannya secara paralel pada hewan dan manusia," ujarnya.
Jalan apa saja yang dipilih, menurut para ahli kita sudah akan dapat melihat vaksin tersebut diluncurkan pada akhir tahun 2020 atau awal 2021.
"Kemungkinan akan ada vaksin, yang dilihat dari tingkat keamanannya, sudah bisa diterima oleh banyak orang pada akhir tahun ini. Jadwalnya memang sangat cepat, dan semua orang setuju akan hal itu," tutur Profesor Jomathan.
Sudah banyaknya tempat di dunia yang berhasil meratakan kurva pandemi Covid-19, mungkin dalam waktu dekat tidak akan lagi virus yang secara alamiah akan menulari manusia.
Sebagian pendapat meneyebutkan, kita dapat melakukan penelitian tantangan yang kontroversial, yaitu dengan secara sengaja menularkan para sukarelawan dengan virus corona.
"Saya pikir ada kekhawatiran serius dengan melakukannya, jika dilihat dari sisi keselamatan, risiko, dan pertanyaan etis," ujar Thomas Cueni.
Baca: Setelah Jadwalkan Uji Coba Vaksin, Indonesia Akan Ciptakan Obat Covid-19 dari Ekstrak Empon-empon
"Masalahnya, jika tidak ada jalan lain, maka penelitian tantangan tadi mungkin adalah satu-satunya opsi yang bisa dilakukan."
Profesor Jonathan memperkirakan dengan iklim politik sekarang ini di Amerika Serikat akan mempercepat peluncuran vaksin Covid-19.
"Saya tidak akan terlalu kaget jika Pemerintahan Trump akan mengumumkan vaksin yang hanya melalui beberapa studi advokasi dengan kelompok yang lebih kecil dan sebelum hari pemilihan pada bulan November," jelasnya.
Thomas Cueni juga mengingatkan membuat vaksin secara tergesa-gesa bisa menghalangi kepercayaan publik terhadap obat-obatan dan mendorong gerakan antivaksin.
"Jika ada sesuatu yang salah dengan vaksin tersebut, Anda bisa secara luar biasa merusak kepercayaan publik terhadap vaksinasi dan imunisasi," kata Cueni.
Mengembangkan vaksin saja sudah merupakan hal yang sulit.
Akan tetapi, memproduksinya secara massal akan jauh lebih sulit, kata Profesor Jonathan.
"Sesungguhnya, tidak ada pabrik yang dapat memproduksi miliaran dosis. Sehingga akan ada tahapan yang harus dilalui dan akan ada orang-orang yang lebih dulu menggunakannya."
Para ahli mengaku vaksin ini seharusnya digunakan terlebih dahulu oleh anggota masyarakat yang termasuk dalam kategori rentan.
"Tidaklah sulit untuk mengetahui siapa kelompok golongan rentan ini. Umumnya adalah generasi tua dan orang-orang yang menderita penyakit diabetes atau tekanan darah tinggi," ujar Profesor Jonathan.
Baca: Kabar Baik, Pakar China Sebut Vaksin Virus Corona Siap Digunakan pada Akhir Tahun
"Dan pekerja di bidang essential (atau penting), militer, polisi, pemadam kebakaran. Barulah setelah itu orang-orang lain."
Mengutip pernyataan dari Departemen Kesehatan Australia, percakapan mengenai penentuan kelompok yang diprioritaskan dan bagaimana cara menyalurkan vaksin masih berlangsung.
"Seiring bermunculannya dengan kandidat vaksin yang menjanjikan, keputusan tentang pelaksanaan program imunisasi nasional (di Australia) akan ditentukan oleh Kabinet Nasional, berdasarkan anjuran dari Komite Pimpinan Perlindungan Kesehatan Australia," narasi dari pernyataan tersebut.
"Keputusan akan dibuat berdasarkan bukti ilmiah terbaik yang ada, analisa risiko pada kelompok rentan secara relatif, dan juga persediaan vaksin di waktu tertentu."
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan dengan judul "Menuju produksi, Moderna siap gabung dengan 3 vaksin corona lain di uji tahap akhir"