Namun, ia masih bersikeras membuka ekonomi negara timur tengah tersebut.
Tak lama setelah pidatonya di televisi, seorang pejabat polisi mengumumkan penutupan semua tempat pesta pernikahan sampai ada pemberitahuan lebih lanjut.
Diketahui Iran secara bertahap melonggarkan kebijakan lockdown sejak medio April.
Namun, baru-baru ini angka infeksi meningkat tajam di negara oposisi Amerika Serikat ini.
Tercatat korban meninggal akibat Covid-19 naik 188 menjadi total 12.635 dalam 24 jam pada Sabtu, (11/7).
Baca: Iran Eksekusi Mati Seorang Terpidana karena Konsumsi Miras
Sementara total kasus infeksi Covid-19 mencapai 255.117, meningkat 2.397, kata juru bicara Kementerian Kesehatan, Sima Sadat Lari, di televisi pemerintah.
"Kita harus melarang perayaan pertemuan massal apa pun di seleruh negeri, baik itu pesta, jamuan pernikahan, atau pertemuan besar lainnya," kata Rouhani.
Rouhani juga menegaskan perlu menangguhkan ujian masuk universitas.
"Sekarang bukan waktunya untuk mengadakan festival atau seminar apa pum," katanya.
Rouhani dan para pejabat Iran menyebut kenaikan infeksi Covid-19 di negaranya ditularkan melalui pesta pernikahan, upacara pemakaman, dan pertemuan publik lainnya.
Seorang penasihat Satuan Tugas Virus Corona Iran memperingatkan bahwa jika langkah yang tepat tidak diambil, maka wabah ini dapat memakan 50 - 60 ribu korban jiwa.
Baca: Presiden Prancis Emmanuel Macron Minta PM Israel Benjamin Netanyahu Tahan Aneksasi Tepi Barat
Baca: Iran Jatuhkan Hukuman Mati kepada Ruhollah Zam, Seorang Wartawan Pemicu Protes 2017
Baca: Cucu Nelson Mandela Puji Langkah Turki Dukung Perjuangan Palestina
Baca: Ratusan Orang Hadiri Pemakaman Ibrahim Abou Yacoub, Pria Palestina yang Ditembak Mati Tentara Israel
Baca: Meski Ditentang Ayah, Perempuan Yahudi-Israel Tetap Menikah dengan Pria Palestina di Tengah Konflik
-