Humba Dreams, Tampilkan Keindahan Alam dan Kompleksnya Isu Sosial di Sumba, Sudah Tayang di Netflix

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Humba Dreams, film tentang kebudayaan dan isu sosial di Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT)

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Film garapan sutradara Riri Riza dan produser Mira Lesmana, Humba Dreams, sudah tayang di Netflix pada Kamis (9/7/2020).

Tak hanya di Indonesia, Humba Dreams dapat disaksikan para pengguna Netflix di seluruh Asia Tenggara.

Sebelumnya, Humba Dreams pertama kali diputar di layar lebar untuk World Premiere di Shanghai International Film Festival pada Juni 2019, kemudian berlanjut diputar keliling di lima kota besar di Indonesia bersama komunitas-komunitas film seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF), Japanese Film Festival, dan Kineforum serta menjadi bagian dari ART JOG 2019.

Film Humba Dreams ini, Riri Riza berfokus pada Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang memiliki keindahan yang luar biasa dan masyarakatnya masih berpegang pada budaya warisan leluhur mereka sendiri.

Baca: FILM - Humba Dreams (2019)

Baca: Riri Riza

Riri Riza tak hanya mengeksplorasi keindahan Sumba di dalam film ini, namun juga menyajikan isu sosial dan dinamika komunitas Sumba yang kompleks seperti kesulitan perekonomian, konsumenrisme, kesenjangan infrastruktur, buruh migran perempuan, dan juga kepercayaan Marapu di Sumba.

Isu sosial dan dinamika komunitas Sumba ini diceritakan melalui perspektif seorang mahasiswa bernama Martin yang diperankan oleh J.S. Khairen.

Hal ini juga yang diungkapkan Mira Lesmana dan Riri Riza saat Virtual Press Conference Humba Dreams Media Event yang dihadiri oleh tim Tribunnewswiki.com pada Jumat (10/7/2020).

Menurut Mira Lesmana, Humba Dreams ini bisa menjadi wadah untuk membangun awareness terhadap isu sosial yang terjadi di wilayah Timur Indonesia, khususnya di Sumba.

"Kalau kita mengenal NTT lebih jauh dan juga Sumba, memang isunya itu kompleks, satu dan sama lainnya sangat berkaitan," ungkapnya.

"Sumba adalah salah satu yang paling menarik, kami memang ingin membawanya (isu sosial) dari sudut pandang anak muda yang mengantar dan mengenali,"

"Karena Martin ini sebenarnya anak Sumba yang sudah merasa jadi anak Jakarta, jadi dia membawa kembali kita ke kampung halamannya dan dia kembali melihat kompleksitas dari tempat asalnya,"

"Jadi memang betul, paling tidak membangun awareness bahwa ada banyak isu yang masih bisa kita gali lebih dalam," jelas Mira.

Riri Riza juga mengungkapkan bahwa kompleksnya isu sosial di Sumba juga sangat saling berhubungan dengan satu sama lainnya.

"Ketika kita ingin berbicara tentang tradisi Marapu, kita tidak bisa lepas berbicara tentang posisi perempuan di dalam struktur kehidupan orang Sumba, dan ketika kita berbicara tentang perempuan, kita tidak bisa melepaskan persoalan isu tentang buruh migran di NTT," jelas Riri.

Riri ingin menjadikan Humba Dreams sebagai film yang realis, maka dari itu harus membuka diri dengan isu-isu yang terjadi dan muncul di masyarakat.

Humba Dreams menceritakan sosok Martin, seorang anak muda yag lahir dan besar di Sumba namun menimba ilmu di sekolah film di Jakarta.

Ketika ia mulai sibuk mencari jati dirinya sebagai orang yang bercita-cita sebagai pembuat film, lama kelamaan ia terlepas dari masa lalunya dan tidak lagi punya kedekatan identitas sebagai orang Sumba.

Oleh karena itulah ibunya meminta Martin pulang.

Setibanya di Sumba, Martin mendapati persoalan yang cukup unik karena menyangkut dirinya dan apa yang sedang dikerjakannya, iaharus memproses roll film 16 mm peninggalan almarhum ayahnya.

Dalam perjalanannya, Sumba perlahan membuka diri untuk Martin.

Baca: Mira Lesmana

Baca: FILM - Atambua 39 Derajat Celcius

Martin seolah-olah merasakan Sumba kembali menarik dirinya, mulai dari orang-orang yang ia temui, persoalan tanah di pinggir pantai yang justru ditinggali oleh orang asing, dan seorang perempuan bernama Ana yang menarik perhatian dan perasaannya yang kemudian memunculkan seksualitasnya dan membuatnya ingin tinggal lebih lama .

Rasa itu semakin kuat dirasaka Martin dan membawanya dalam sebuah kesadaran bahwa ia adalah orang Sumba dan apa yang ia dapat berikan dan lakukan untuk tanah kelahirannya tersebut.

Sementara, Ana (Ully Triani) adalah seorang perempuan yang tinggal di Sumba dan mengalami konsekuensi-konsekuensi dari apa yang terjadi di kampungnya.

Suami Ana adalah seorang buruh migran karena merasa di Sumba tidak dapat memberikan kehidupan maka ia terpaksa mencari pekerjaan di luar Sumba.

Melalui cerita Ana, kita mengetahui bahwa di Sumba banyak sekali peristiwa-peristiwa yang menimpa buruh migran.

Ana kehilangan suaminya sudah cukup lama karena tidak pernah pulang ke rumah.

Ana sebenarnya masih merindukan sang suami, namun ia lebih menginginkan kejelasan tentang keberadaan suaminya.

(Tribunnewswiki.com/Natalia Bulan R P)



Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer