China Marah dan Minta Amerika Serikat Menghentikan Aksi Provokatifnya di Laut Cina Selatan

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto: Angkatan Laut Amerika Serikat, pada Selasa (7/7/2020) merilis foto armada laut AS di Pasifik. Cina meminta Amerika Serikat menghentikan aksi provokatifnya di Laut China Selatan.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Aksi Amerika Serikat (AS) di Laut China Selatan yang dinilai provokatif membuat Kementerian Pertahanan Nasional China mengeluarkan teguran keras.

Sebelumnya, Kementerian Pertahanan AS juga mengkritik latihan militer China di Laut China Selatan yang juga dianggap menyebabkan ketidakstabilan di area itu.

Namun, pada Kamis (9/7/2020), Kemenhan China memberi tanggapan dan menyatakan Kemenhan AS justru mengasingkan negara-negara di area Laut China selatan dan mendapat keuntungan yang tak adil.

Kemenhan China kecewa dan menentang keras aksi-aksi AS tersebut.

"Kami sangat tidak puas dan dengan tegas menentang ini," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Ren Guoqiang dalam sebuah pernyataan, diberitakan dari Kontan yang melansir Global Times.

Pernyataan Ren dirilis setelah sebelumnya pada 2 Juli 2020 lalu, Pentagon menuding aksi latihan militer China di perairan dekat Kepulauan Xisha dari 1 Juli hingga 4 Juli merupakan tindakan yang tidak produktif terhadap upaya meredakan ketegangan dan menjaga stabilitas.

Ren mengatakan, pada 27 Juni 2020, China telah mengumumkan akan menggelar latihan sebagai bagian dari jadwal pelatihan tahunan.

Dia menegaskan latihan tersebut bertujuan untuk secara efektif meningkatkan kemampuan pertahanan maritim militer China, secara tegas menjaga kedaulatan dan keamanan nasional, dan menjaga perdamaian dan stabilitas regional.

Baca: Trump Tuduh WHO Boneka China, PBB Umumkan Amerika Serikat Keluar dari WHO Mulai 6 Juli 2021

Baca: China Sebut AS Sengaja Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan, Mereka Ingin Pamer Otot

Foto kapal induk USS Theodore Roosevelt pada 3 Juni 2020 di Laut Filipina. (AFP)

"Latihan itu tidak ditujukan pada negara atau target tertentu," kata juru bicara itu.

Di bawah upaya bersama China dan negara-negara anggota ASEAN, situasi di Laut China Selatan umumnya stabil dan bergerak ke arah yang baik.

Namun, lanjut Ren, AS terus mengirim sejumlah besar kapal perang canggih dan pesawat terbang ke Laut China Selatan untuk melakukan provokasi dan melenturkan otot, melakukan operasi hegemoni navigasi berkali-kali dan mengancam keamanan dan stabilitas regional.

Masih mengutip Global Times, hanya dua hari setelah menuding latihan China sebagai aksi tidak produktif, AS pada hari Sabtu mengirim dua kapal induk plus empat kapal perang lainnya ke Laut China Selatan untuk latihan skala terbesar di wilayah ini dalam beberapa tahun.

"AS adalah pendorong militerisasi terbesar di Laut China Selatan, dan menentang upaya dan keinginan perdamaian negara-negara di kawasan itu," kata Ren.

Dia menambahkan, China berkomitmen untuk membangun komunitas Asia dari masa depan bersama dengan negara-negara di kawasan itu, dan mengembangkan hubungan persahabatan dan kerja sama berdasarkan rasa hormat.

"Kami berharap AS dapat melihat kembali kesalahannya, menghentikan operasi militer yang provokatif di Laut China Selatan, menghentikan tuduhan tidak berdasar terhadap China, dan berhenti menciptakan ketegangan," kata Ren.

Baca: Buntut Persoalan Status Hong Kong, Kini China Menyemai Konflik Baru dengan Kanada, Ada Apa?

Baca: Laut China Selatan Kedatangan Dua Kapal Induk AS, Tiongkok Tak Gentar: Hanya Gertakan Macan Kertas

Ketegangan di Laut China Selatan telah mencapai titik krisis setelah AS mengirim bomber nuklir di kawasan tersebut sebagai aksi unjuk kekuatan kepada Beijing.

Melansir express.co.uk, Amerika melakukan latihan di dekat Kepulauan Paracel pada hari Sabtu (4/7/2020) sebagai upaya untuk menunjukkan hebatnya kekuatan Washington di Laut China Selatan.

Seperti yang diketahui, China telah mengklaim pulau-pulau tersebut bersama dengan beberapa daerah kontroversial lainnya sehingga mendorong Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan kehadiran mereka di wilayah tersebut.

Dalam ketegangan yang mencapai titik kritis, Oriana Skylar Mastro pengamat dari American Enterprise Institute memperingatkan, AS sekarang mungkin siap untuk menghadapi China.

“Kapal AS berlayar mendekati Paracels, yang bahkan lebih berisiko. China mengatakan mereka bisa merespons dengan kekerasan, tetapi jika kita mengatakan kepada Tiongkok: 'kita bersedia mengambil risiko itu,' ini menunjukkan kemauan kita untuk menyerap biaya, keinginan kita untuk melawannya akan efektif," katanya kepada Express.co.uk.

Halaman
12


Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
BERITA TERKAIT

Berita Populer