“Beijing tidak tertarik dalam perundingan semacam itu,” pernyataan kedutaan besar China di Washington seperti dilansir oleh CNN.
Sebelumnya, pada Juni lalu, AS dan Rusia menggelar negosiasi di Wina, Austria, untuk mendiskusikan perjanjian pengganti Traktat New START.
Perjanjian yang habis pada Februari itu mewajibkan dua negara untuk membatasi senjata nuklir yang siap dikerahkan adalah 1.550 unit.
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump bersikukuh China harus dimasukkan dalam perundingan nuklir.
Sebab, dia melihat Beijing terlalu leluasa mengembangkan senjata pemusnah massal itu.
Baca: Tak Main-main, China Eksekusi Mati Pemuda Pelaku Pembunuhan 2 Petugas saat Lockdown Covid-19
Baca: AS Minta PBB Perpanjang Embargo Senjata terhadap Iran, Rusia: AS Meletakkan Lutut di Leher Teheran
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Kamis (9/7/2020) bahwa Amerika Serikat akan menyambut komitmen China untuk terlibat dalam perundingan pengendalian senjata.
Dilansir AFP Rabu (8/7/2020), sejauh ini Negeri "Tirai Bambu" itu tidak menunjukkan ketertarikan untuk berpartisipasi dalam agenda itu.
Sementara itu, sehari sebelumnya pada Rabu (8/7/2020), Direktur Jenderal Departemen Pengendalian Senjata di Kementerian Luar Negeri China Fu Cong mengatakan, Beijing akan dengan senang hati bergabung dengan perundingan jika AS setuju untuk menurunkan jumlah senjata nuklirnya hingga sama dengan jumlah milik China.
"Saya dapat meyakinkan Anda bahwa jika AS mengatakan bahwa mereka siap turun ke tingkat China (senjata nuklir), China akan dengan senang hati berpartisipasi pada hari berikutnya. Tetapi sebenarnya, kita tahu itu tidak akan terjadi," Fu Cong pada konferensi pers di Beijing, Rabu.
Fu sendiri menuding AS berusaha enciptakan dalih di mana mereka bisa melarikan diri dari perjanjian pengganti New START.
"Tujuan terselubung mereka adalah tak ingin terlibat perjanjian apa pun, dan bebas mengejar keunggulan militer atas musuhnya," jelas Fu.
Baca: Pihak Korea Utara Bongkar Kebiasaan Buruk Korea Selatan: Berhenti Ikut Campur Urusan Nuklir!
Baca: Insiden Ledakan di Fasilitas Nuklir Iran, Israel: Tak Setiap Insiden di Iran Terkait dengan Kami
Para kritikus mengatakan desakan AS bahwa Beijing bergabung dengan perjanjian itu adalah upaya oleh pejabat administrasi Trump yang menentang perjanjian pengawasan senjata internasional untuk membuat pil racun yang menjamin negosiasi akan gagal.
Beijing telah berulang kali menolak gagasan untuk ikut serta dalam perundingan karena senjata nuklirnya yang diperkirakan sekitar 320 senjata, merupakan sebagian kecil dari 5.000 hulu ledak yang diperkirakan dimiliki oleh Rusia dan AS.
Utusan khusus Presiden Donald Trump untuk kontrol senjata, Marshall Billingslea mengatakan bahwa China terlibat dalam "penumpukan cepat" yang bertujuan mencapai "paritas nuklir" dengan AS dan Rusia.
AS telah memberi pengarahan kepada negara-negara lain tentang intelijennya tentang program nuklir China, kata Billingslea.
Pada hari Kamis, Ortagus mengatakan Billingslea akan mengundang pemerintah China untuk bergabung dalam perundingan dengan itikad baik di Wina, Austria.
Amerika Serikat juga merekomendasikan agar China bertemu dengan Rusia lebih awal untuk mempertimbangkan langkah-langkah selanjutnya untuk negosiasi pengendalian senjata trilateral.
Kita semua akan membawa perspektif dan tujuan yang berbeda ke meja perundingan dan pasti akan memiliki ketidaksetujuan.
“Tapi sekarang saatnya untuk dialog dan diplomasi antara tiga kekuatan senjata nuklir terbesar tentang cara mencegah perlombaan senjata baru,” katanya.
Tetapi seorang juru bicara Kedutaan Besar China di Washington mengatakan Cina tidak tertarik untuk bergabung dengan Rusia dan AS dalam negosiasi bilateral mereka dan menunjuk ke sebuah briefing berita baru-baru ini di mana Fu menyerang kebijakan AS.
Dalam sambutannya kepada pers pada Juni lalu, Fu telah mencatat bahwa pejabat AS baru-baru ini telah membuat banyak suara tentang China yang akan bergabung dengan negosiasi AS-Rusia mengenai pengurangan senjata nuklir.
Baca: Daftar 9 Negara Pemilik Total 13.400 Hulu Ledak Nuklir, Korea Utara Paling Sedikit
Baca: Masalah antara Amerika Serikat vs China Kembali Bertambah, Kali Ini Terkait Kepemilikan Nuklir
Pejabat Cina itu mengatakan bahwa dengan adanya celah yang sangat besar antara persenjataan nuklir China dengan AS dan Rusia, maka "tidak realistis" untuk mengharapkan China bergabung dalam perundingan tersebut.
"AS tahu betul kesenjangan besar antara persenjataan nuklir China dan Amerika, baik dalam hal kuantitas dan kecanggihan. Dan mereka bertekad meningkatkan kesenjangan besar ini," kata Fu.
Pemerintahan Trump sendiri telah berfokus pada pengembangan senjata nuklir baru.
Awal tahun ini, Pentagon mengerahkan senjata nuklir hasil rendah yang diluncurkan kapal selam baru, senjata nuklir baru AS pertama dalam beberapa dekade .
Tinjauan Postur Nuklir 2018 dari pemerintahan Trump memperingatkan bahwa musuh mungkin percaya mereka dapat menggunakan senjata nuklir yang lebih kecil terhadap AS atau sekutunya tanpa takut akan pembalasan nuklir AS karena senjata Amerika secara tidak proporsional lebih destruktif.