5 Catatan Penting tentang Penularan Virus Corona Lewat Udara: Jaga Jarak Dua Meter Belum Cukup Aman

Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

ILUSTRASI Jaga Jarak ---- Penduduk, yang memakai masker wajah sebagai tindakan pencegahan terhadap penyebaran virus corona COVID-19, mempraktikkan social distancing ketika mereka menunggu untuk diuji di pusat pengujian cepat sementara dekat rumah sakit Bach Mai di Hanoi pada 31 Maret 2020.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Baru-baru ini, virus corona disebut bisa menular melalui udara.

Sebelumnya, virus corona diyakini ditularkan dari orang ke orang melalui droplet.

Menurut WHO, penularan juga bisa terjadi melalui kontak langsung dengan seseorang yang telah terinfeksi, kontak tidak langsung dengan permukaan yang terkontaminasi, tetesan air liur ketika batuk atau bersin.

Penularan melalui udara juga dimungkinkan, tetapi efek dan risikonya baru-baru ini masih menjadi perdebatan ilmiah.

Meski demikian, penting untuk mengetahui apa itu transmisi udara sehingga bisa mengantisipasi risiko penularan.

Berikut ini adalah hal penting yang perlu diketahui tentang penularan udara.

1. Apa itu transmisi udara?

ILUSTRASI - Gambar mikroskop elektron transmisi menunjukkan coronavirus baru yang muncul dari permukaan sel manusia (Kompas.com, Hai.Grid.id)

Baca: Setelah Mengakui Virus Corona Bisa Menular lewat Udara, WHO Kini Merilis Pedoman Baru

WHO telah lama mengatakan virus corona baru menyebar terutama melalui tetesan kecil yang dilepaskan dari mulut dan hidung yang jatuh dari udara dalam waktu singkat.

Tetapi beberapa ilmuwan dan peneliti semakin menunjukkan bukti bahwa virus juga dapat ditularkan oleh tetesan yang lebih kecil yang disebut aerosol.

Biasanya aerosol bisa dihasilkan ketika orang-orang berteriak dan bernyanyi, ini tetap menggantung di udara lebih lama dan dapat melakukan perjalanan lebih jauh.

2. Apa bedanya dengan transmisi droplet?

Droplet pernapasan bersin atau batuk berukuran lebih besar (diameter lima hingga 10 mikrometer).

Kemudian, rentang paparan adalah satu hingga dua meter (tiga hingga enam kaki).

Aerosol, bagaimanapun, kurang dari lima mikrometer dengan diameter dan perjalanan lebih dari dua meter dari individu yang terinfeksi.

"Coronavirus baru dapat bertahan hidup di droplet dan aerosol hingga tiga jam di bawah kondisi eksperimental, meskipun ini tergantung pada suhu dan kelembaban, sinar ultraviolet, dan bahkan keberadaan jenis partikel lain di udara," Stephanie Dancer, seorang konsultan medis ahli mikrobiologi di Inggris, mengatakan kepada Al Jazeera.

"Aerosol mikroskopis dapat memproyeksikan setidaknya enam meter di lingkungan dalam ruangan, dan mungkin lebih jauh lagi jika arus udara dinamis beroperasi. Jaraknya tergantung pada seberapa besar aerosol itu."

Dengan demikian, bisa dikatakan belum cukup aman jika hanya menjaga jarak 2 meter dari orang lain.

3. Bagaimana COVID-19 menyebar di udara?

Ilustrasi virus corona bisa menyebar ketika orang yang terinfeksi batuk (pixabay.com)

Baca: Kasus Corona di Indonesia Terus Bertambah, Epidemiolog: Jangan Mimpi Pandemi Selesai Tahun Ini

Seperti dalam transmisi droplet, aerosol dapat dilepaskan dalam beberapa cara termasuk, bernapas, berbicara, tertawa, bersin, batuk, bernyanyi dan berteriak.

"Pernapasan tidak akan menawarkan banyak kekuatan proyektil, tetapi berteriak, bernyanyi, batuk dan bersin mengeluarkan aerosol melalui udara dengan berbagai kecepatan yang berbeda," kata Dancer.

Halaman
12


Penulis: Ahmad Nur Rosikin
Editor: haerahr
BERITA TERKAIT

Berita Populer