Setelah saling mempreteli terkait status istimewa Hong Kong, dua negara tersebut yang memang sengit berseteru juga mulai membidik laut China Selatan sebagai "mainan baru.
Situasi Laut China Selatan kembali memanas pada akhir pekan, Sabtu (4/7/2020) lalu.
Melansir pemberitaan dari The New York Times, dikabarkan adad ua kapal induk Amerika berlayar ke Laut China Selatan pada hari tersebut.
Kabar tersebut memang tak dibantah oleh otoritas negeri Paman Sam.
Seorang pejabat Angkatan Laut AS menggambarkan hal ini sebagai operasi kebebasan navigasi.
Padahal disaat yang bersamaan, pasukan militer China juga melakukan latihan di dekat wilayah itu.
Dua kapal induk yakni Ronald Reagan dan Nimitz, dikerahkan untuk mendukung kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka, berdasarkan keterangan dari Armada Ketujuh Angkatan Laut AS.
Baca: Hubungan India dan China Memanas, Pakar Menyebut Asia Selatan Bisa Jadi Hotspot Pemicu Perang
Baca: Apple Hentikan Produksi iPhone di India, Pasca Konflik India vs China Ganggu Rantai Pasokan Industri
Dikatakan pula bahwa kapal-kapal tersebut, yang ditemani kapal perang dan pesawat terbang, sedang melakukan latihan untuk peningkatan pertahanan udara dan serangan rudal jarak jauh di wilayah operasi yang berkembang pesat.
Analis dari AS Carl Schuster yang juga mantan direktur operasi di Pusat Intelijen Gabungan Komando Pasifik AS, mengatakan latihan dua-kapal induk AS menunjukkan kekuatan yang, setidaknya untuk saat ini, hanya dimiliki oleh Angkatan Laut AS.
China hanya memiliki satu kapal induk yang beroperasi penuh dengan yang kedua mendekati status itu. Namun keduanya tidak memiliki ukuran dan kemampuan untuk mengangkut pesawat sebanyak dua kapal induk Angkatan Laut AS.
Dan kedua kapal induk itu baru saja selesai beroperasi dengan yang ketiga, USS Theodore Roosevelt, di dekat Laut Filipina.
"Skala berbeda dari kekuatan tempur yang ditunjukkan antara latihan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat dan Angkatan Laut Amerika Serikat akan terlihat."
"Itu mengirimkan baik sinyal militer dan geopolitik ke China dan kawasan."
"Latihan Angkatan Laut AS menunjukkan siapa yang memiliki kekuatan potensial lebih besar," kata Schuster.
Schuster mencatat bahwa mengoperasikan dua kapal induk di Laut China Selatan dapat menjadi operasi yang lebih kompleks dengan memiliki tiga kapal di Laut Filipina.
"Laut Filipina adalah lautan terbuka, sedangkan Laut China Selatan dipenuhi dengan klaim udara dan ruang laut yang saling bersaing," katanya kepada CNN.
Baca: Tumpang Tindih Latihan Angkatan Laut AS dan China di Laut China Selatan
Baca: Etnis Han dan Kaum Minoritas: China Dituding Berat Sebelah dalam Kebijakan Kontrol Kelahiran
Menambah kompleksitas, AS menambah daya tembaknya dalam latihan saat ini dengan pembom B-52 yang terbang dengan pesawat tempur dari kapal induk.
Pembom itu terbang 28 jam tanpa henti dari markasnya di Louisiana untuk berpartisipasi dalam latihan, menunjukkan kemampuan Angkatan Udara AS untuk memindahkan aset dengan cepat ke titik panas dunia.
"Serangan semacam ini menunjukkan kemampuan kita untuk menjangkau dari stasiun rumah, terbang ke mana saja di dunia dan menjalankan misi itu, dengan cepat beregenerasi dari pangkalan operasi maju dan melanjutkan operasi," papar Letnan Kolonel Christopher Duff, komandan Skuadron Bom ke-96, mengatakan dalam sebuah pernyataan.