Bahkan tak sedikit gara-gara masalah selingkuh ini pasangan bisa bertngkar hebat hingga terjadinya perpisahan.
Perselingkuhan sering terjadi karena beberapa faktor.
Dari hanya berteman ataupun merasa kurang mendapat perhatian bisa menjadi faktor perselingkuhan.
Mengetahui faktor perselingkuhan ini, kita bisa mempelajarinya sehingga bisa terhindar dan meminimalisir efek yang akan terjadi.
Baca: Dewi Perssik Prank Denny Cagur Seolah Berselingkuh, Sang Komedian Beri Teguran Keras Norak!
Baca: Viral Oknum PNS Selingkuh dengan Pegawai Minimarket, Video Mesum Keduanya Dikirim Ke Istri Sah
Situs Psychology Today menampilkan tulisan dari Profesor dan mantan Kepala Departemen Psikologi di Monmouth University, Dr. Gary W. Lewandowski Jr tentang analisanya tentang sebuah studi yang dilakukan oleh Meghna Mahambrey dari Ohio State University.
Studi ini dipublikasikan pada tahun 2020.
Studi ini yaitu menggali jawaban dari pertanyaan: "siapa yang diselingkuhi paling sering dalam sebuah hubungan?".
Para peneliti memfokuskan mengenai aspek kepribadian yang bisa membuat seseorang gampang menjadi korban perselingkuhan oleh pasangannya sendiri.
Baca: Pergoki Suami Selingkuh dengan Karyawan Minimarket, Istri PNS Medan Ini Malah Ditantang Si Pelakor
Peserta yang turut dalam penelitian ini ada 1.577 orang yang dianalisis,
Mereka ini berasal dari sampel besar yang representatif secara nasional.
Dalam wawancara via telepon dan laporan survei diri, ada 898 di antaranya menikah, di usia dewasa menengah atau akhir.
Ditemui 19 persen teah mengonfirmasi bahwa mereka pernah diselingkuhi dengan pola sama.
Lantas usai menerima laporan tersebut, peneliti lalu mengumpulkan informasi terkait kepribadian mereka.
Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan peserta seberapa tepat kepribadian Lima Besar yang berbeda yang ada dalam diri mereka:
- Openess (contoh, suka petualang, ingin tahu, dan cerdas).
- Conscientiousness (contoh, tanggungjawab, pekerja keras, dan terorganisir).
- Extraversion (contoh, bersahabat, supel dan suka bicara).
- Agreeableness (contoh, peduli, berhati lembut, simpati).
- Neuroticism (contoh, mudah berubah suasana hati, mudah gugup dan mudah khawatir)
Baca: Bidan dan Perangkat Desa Diduga Selingkuh di Hotel, Terekam CCTV, Digerebek Suami dan Warga
Baca: Suami Gerebek Istri dan Selingkuhan di Hotel, Bermula dari Kecurigaan hingga Beli Susu Anak
Bahkan peneliti juga memberikan catatan tambahan terkait pengelaman hidup dan meminta para partisipan ini untuk mencocokkannya.
Ini termasuk apakah "Pasangan terlibat dalam perselingkuhan perkawinan."
Dalam riset ini, peneliti menemukan banyak hal yang berkontribusi pada perselingkuhan dalam suatu hubungan.
Faktor tersebut bukan hanya berhubungan dengan kepribadian.
Ffaktor-faktor yang diperhitungan dalam riset ini seperti usia, pendidikan, jenis kelamin, ras/etnis, dan agama.
Peneliti secara statistik menemukan, dari semua sampel, mereka yang memiliki kepribadian kurang "conscientious" (kurang berhati-hati).
Seperti lebih ceroboh, kurang kerja keras dan kurang terorganisir, cenderung lebih mungkin menjadi korban perselingkuhandari hubungan yang dijalaninya.
Bahkan peneliti menemukan pola serupa yang saat melakukan analisis yang sama pada sub-sampel peserta yang telah berumahtangga
Baca: Suami Baca Chat Mesra di WA, Perselingkuhan Ibu Dokter Puskesmas di Pasuruan Terbongkar
Yang mencengangkan, riiset ini mengungkapkan bahwa sosok dengan kepribadian agreeable atau gampang setuju, seperti lebih hangat dan sering membantu lebih cenderung mempunyai pasangan selingkuh.
Sebagai catatan, hasil riset yang dilakukan peneliti ini tidak bermaksud men-justifikasi engan menyalahkan korban perselingkuhan.
Sosok pasangan yang seingkuh dalam hubungannya telah melanggar kepercayaan pasangannya, dan hal tersebut adalah perbuatan yang salah.
Selain itu, orang yang selingkuh biasanya dapat dengan mudah dimaafkan oleh pasangan mereka yang mempunya kepribadian seperti yang telah dijelaskan di atas.
Adanya riset mengenai hal-hal seperti ini mempunyai manfaat mengenai betapa berperannya mempunyai sifat berhati-hati dalam sebuah hubungan.
Yang harus digaris bawahi, hasil dari riset ini hanya berlaku untuk partisipan yang sudah mengetahui jika pasangannya tersebut berselingkuh.
Angka 19% dalam riset ini kemungkinan menunjukkan perkiraan terlalu rendah dibandingkan dengan fakta yang ada di lapangan serta pasangannya tidak tahu jika sedang diselingkuhi.
Penelitian yang dilakukan oleh para peneliti di atas tidak menentukan jenis perselingkuhan tertentu.
Jadi, para peneitu hanya mengacu pada uraian para peserta sendiri.
Hal ini bisa mencakup bermacam-macam perilaku perselingkuhan emosional hingga masalah seksual.
Sebagai penutup, sikap lebih berhati-hati tidak bisa menjamin bahwa pasangan tidak akan melakukan praktik selingkuh.
Agar hubungan dengan pasangan tetap harmonis, perlu ditekankan, menjaga rasa tanggung jawab lebih besar, mendisiplinkan diri serta saing membantu bisa jadi sat solusi dalam hubungan.