Hal tersebut muncul setelah Presiden Joko Widodo menyampaikan ancaman reshuffle kabinet di hadapan para menterinya saat Sidang Kabinet Paripurna di Istana Negara, Jakarta pada 18 Juni 2020 silam.
Terkait hal tersebut, politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Maman Imanulhaq menilai, kemarahan Presiden Joko Widodo tersebut adalah bentuk kekecewaan terhadap kinerja menteri-menteri Kabinet Indonesia Maju.
"Dia marah, dia kecewa dengan kinerja kementerian menghadapi pandemi virus corona ini. Karena bagaimanapun ini sebuah peristiwa yang harus dihadapi secara extraordinary, tidak boleh dalam bahasa Jokowi itu tidak boleh biasa-biasa," kata Maman dalam diskusi bertajuk "Menanti Perombakan Kabinet", Sabtu (4/7/2020) seperti dilansir oleh Kompas.com.
Maman mengatakan, jika presiden terpaksa harus melakukan reshuffle kabinet kerja, ia mengusulkan dua menteri ini yang harus diganti.
Pertama, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
"Kalau menteri-menteri yang harus diganti, publik sebenarnya sudah sangat tahu, ada beberapa menteri yang pantasnya menjadi kiai malah menjadi menteri. Menteri Kesehatan maksudnya," ujarnya.
Baca: Jokowi Marah dan Melempar Wacana Reshuffle, Begini Tanggapan Wakil Ketum Gerindra
Baca: Isu Reshuffle Kabinet, Tiga Menteri Dikabarkan Akan Diganti: Menkes, Menparekraf dan Mendikbud
Maman menuturkan, ada menteri yang juga layak di-reshuffle, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim.
Ia menilai, program belajar jarak jauh di bawah Mendikbud tidak menyelesaikan masalah pendidikan di Indonesia selama pandemi Covid-19.
"Kedua, Menteri Pendidikan. Menteri Pendidikan itu sangat digarisbawahi belajar jarak jauh itu tidak menyelesaikan masalah, karena karena terjadi loss education dan loss generation," ucapnya.
Lebih lanjut, Maman menyinggung kinerja Menteri Agama Fachrul Razi selama pandemi Covid-19.
Ia mengatakan, anggaran yang diajukan Kementerian Agama kepada DPR tidak ada yang menyentuh penanganan Covid-19.
Namun, Maman tak menyebutkan Menteri Agama layak di-reshuffle atau tidak dalam kabinet kerja Jokowi-Ma'ruf.
"Satu menteri yang ketika kemarin mengajukan anggaran tambahan selama pandemi, kita sisir programnya, tidak satu pun menyentuhkan pandemi. Saya sebutin itu Menteri Agama. Kementerian Agama tidak punya sense of crisis. Padahal, saya bilang yang paling terdampak adalah kelompok kiai, ustaz," pungkasnya.
Sebelumnya, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko juga turut memberikan tanggapannya terkait isu reshuffle yang belakangan ini tengah marak digaungkan.
Baca: Soal Reshuffle, Pengamat Sebut Menkes Terawan Rawan Digusur dari Kabinet Jokowi
Baca: Pengamat Politik: Menteri Cari Aman, Parpol Pasti Cegah Kadernya Terkena Reshuffle
Dilansir oleh Kompas.com, Moeldoko menyatakan, saat ini banyak pihak yang kerap meramal dan memprediksi siapa saja yang akan terkena reshuffle kabinet.
"Sekarang ini memang banyak para peramal di luar. Muncul peramal-peramal baru. Biasa, dinamika politik," kata dia dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (2/7/2020).
Ia mengatakan, sejatinya teguran reshuffle merupakan suntikan semangat dari presiden kepada para menteri agar bekerja lebih keras.
Ia menyatakan, presiden menginginkan semua anggota kabinet bekerja ekstra keras pada masa krisis seperti sekarang.
Kendati demikian, Moeldoko enggan mengomentari lebih jauh ihwal realisasi reshuffle.