Hal ini tercatat sebagai tambahan kasus baru terbanyak di dunia dalam sehari di sebuah negara.
Dilansir dari The Guardian, jumlah infeksi meningkat di mayoritas negara bagian dan seorang pakar kesehatan top berujar tentang "pekan yang sangat menggelisahkan".
Tambahan kasus yang sangat tinggi itu membuat rumah-rumah sakit di titik penularan di daerah selatan dan barat menjadi kewalahan.
Florida melaporkan hampir 10.000 kasus baru dalam 24 jam sehari, dan negara bagian itu bersama Texas, Arizona, dan Florida menyumbang hampir setengah dari total kasus baru.
Sementara itu, tambahan 55.274 kasus harian di AS telah mengalahkan catatan Brazil, yakni 54.771 kasus pada 19 Juni lalu.
Baca: Studi: Virus Corona Kemungkinan Dapat Secara Langsung Menginfeksi Sel-sel Jantung
Baca: Corona Matikan Konser Musik: Mick Jagger, Paul McCartney hingga Ed Sheeran Minta Bantuan ke Negara
"Apa yang kita lihat adalah pekan yang sangat menggelisahkan," kata Anthony Fauci,pakar kesehatan federal di gugus tugas penanganan virus corona dan Direktur Institut Nasional Penyakit Menular dan Alergi, kepada Asosiasi Kedokteran Amerika, dikutip dari The Guardian.
Kenaikan kasus pada bulan ini diduga disebabkan oleh sebagian warga AS yang yang tidak menggunakan masker dan mengikuti pedoman pembatasan jarak atau peraturan ketika negara-negara bagian mulai menghentikan penguncian.
"Kita akan berada dalam kesulitan serius," kata Fauci memperingatkan seandainya masyarakat tidak patuh.
Presiden Donald Trump bercuit di akan Twitternya pada Kamis malam, mengatakan bahwa kenaikan kasus infeksi Covid-19 di AS disebabkan oleh pengetesan besar-besaran yang jauh lebih baik dari negara manapun.
Selain itu, dia juga menyebut angka kematian yang menurun dan pasien muda yang pulih cepat, dan menurutnya ini menjadi berita sangat baik.
Sementara itu, pasien dengan gejala serius membanjiri rumah-rumah sakit di seluruh negara bagian di selatan dan barat.
Mississippi, Tennessee, Texas, Nevada, dan Arizon mencatat rekor jumlah pasien rawat inap pada Kamis (2/7/2020).
Fauci memeperingatkan bahwa virus corona baru itu belum bisa dikendalikan di AS.
Dia memberi komentar, "Kami membuat rekor, nyaris setiap hari, kasus baru yang dilaporkan. Itu jelas tidak mengarah ke jalur yang benar."
Dilansir dari Reuters, kasus Covid-19 di seluruh dunia telah melebihi 11 juta kasus pada Jumat (3/7/2020).
Penyakit menular yang dilaporkan pertama kali di Wuhan itu juga telah menewaskan lebih dari setengah juta orang dalam tujuh bulan.
Jumlah kasus ini dua kali lipat lebih banyak daripada penyakit influenza parah yang tercatat per tahun, menurut WHO.
Namun, banyak negara terdampak kuat oleh corona mulai melonggarkan penguncian agar ekonomi dan kehidupan sosialnya tetap kembali berjalan.
Beberapa negara mengalami kenaikan kasus baru, membuat pihak berwenang kembali melakukan penguncian sebagian.
Amerika Latih menyumbang 23 persen dari total seluruh infeksi di dunia, terutama Brazil yang memiliki 1,5 juta kasus.
Sementara itu, India telah menjadi episenter baru di Asia dengan kasus positif Covid-19 mencapai 625.000.
Asia dan Timur Tengah menyumbang 12 persen dan 9 persen kasus.
Di beberapa negara yang memiliki keterbatasan kemampuan pengetesan, jumlah kasus hanya mewakili bagian kecil dari seluruh total infeksi.
Baca: WHO Sebut Sangat Kecil Kemungkinan Hewan Peliharaan Menularkan Covid-19 ke Manusia
Baca: Kim Jong Un Pimpin Rapat Politbiro, Bahas Langkah Pemerintah untuk Antisipasi Covid-19
Sekitar setengah dari jumlah seluruh pasien Covid-19 di dunia telah pulih.
Peningkatan kasus juga terjadi di Ibu Kota Cina, Beijing
Hasil studi para peneliti Universitas Harvard menyebutkan strain virus corona yang mewabah di Beijing mungkin berasal dari Asia Tenggara.
Beijing sebelumnya telah melaporkan ada lebih dari 300 orang yang terinfeksi Covid-19.
Banyaknya warga Beijing yang terinfeksi membuat pemerintah China mewaspadai akan adanya gelombang infeksi kedua.
Dilansir dari Reuters, dugaan ini juga diperkuat oleh keterangan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di China yang menyatakan virus di kasus Beijing adalah sebuah strain impor.
Hasil penelitian dari Harvard tersebut diterbitkan di medRXiv.org pada Kamis (2/7/2020), tetapi belum dilakukan peer-review.
Para peneliti mengambil 3 sekuen genom SARS-CoV-2 yang dikumpulkan di Beijing bulan lalu dan membandingkannya dengan 7.643 sampel di seluruh dunia.
Baca: Angka Kasus Covid-19 di AS Meningkat Tajam, Donald Trump Ungkap Semakin Marah Pada China
Baca: Belum Selesai Pandemi Covid-19, Virus Mematikan Dijuluki ‘Bunny Ebola’ Serang Wilayah Amerika
Tiga genom tersebut menunjukkan kemiripan dengan kasus di Eropa pada bulan Februari hingga Mei, dan kasus di Asia Selatan dan Tenggara dari bulan Mei hingga Juni.
Menurut para peneliti, ketiganya juga mirip dengan sejumlah kecil infeksi yang ada di China pada bulan Maret, menunjukkan bahwa strain itu mungkin muncul pertama di China dan kemudian kembali ke negara itu tiga bulan kemudian.
"Karena kasus-kasus terbaru di cabang ini nyaris hanya berasal dari Asia Tenggara, hal ini dapat memberi kesan bahwa kasus baru di Beijing dibawa masuk kembali melalui penularan dari Asia Tenggara," tulis mereka.