Pramono Hadi mendapat banyak dukungan saat dirinya melepas baju yang dipakainya sebagai simbol pelepasan jabatannya sebagai Rektor.
Ia mengaku jika aksi tersebut dilakukan secara spontan.
Hal tersebut, menurutnya, menunjukkan bukti jika saat itu ia sudah tidak mampu mengemban amanah sebagai rektor yang diberikan oleh yayasan.
Bahkan, saat ia melepas bajunya untuk melepas jabatannya, banyak rekannya menangis.
"Inilah Pramono sudah tidak mampu melakukan aktivitas sebagai rektor."
"Ya sudah secara spontan saya lepas (baju, red), itu sebagai simbol saya melepaskan jabatan rektor saya," katanya, Kamis (2/7/2020).
Ia mengatakan jika kala itu ia sangat emosional, sehingga banyak dosen dan karyawan yang merasa ia sudah mewakili aspirasi mereka.
"Banyak yang menangis karena saya deket karyawan dan dosen. Apa yang saya rasakan mereka juga rasakan," imbuhnya.
Baca: Totalitas Rektor UNIBA Solo Terjun Demo Bareng Mahasiswa, Lepas Baju dan Mengundurkan Diri
Baca: Meski Sering Terkendala Jaringan, Dirjen Dikti: Kuliah Online Disambut Baik oleh Dosen dan Mahasiswa
Baca: Ospek Mahasiswa Baru 2020 Digelar secara Online, Berikut Sistem Pelaksanaan hingga Materinya
Saat diwawancarai, Pramono pun menceritakan permasalan yang sebenarnya terjadi di lingkungan kampus Uniba.
Ia menuturkan aksi unjuk rasa pertama kali berlangsung pada Senin, 22 Juni 2020.
Saat itu ada 11 tuntutan yang dilayangkan para mahasiswa ke pihak rektorat dan yayasan.
"Salah satunya terkait dengan proses pembelajaran. Ini sudah kami handle dan massa sudah merasa puas dengan jawaban kami selaku penanggung jawab akademis."
"Tuntutan lain terkait dengan sarana dan prasarana, tata kelola keuangan yang terkait dengan kinerja yayasan," kata dia.
Hasil dari unjuk rasa hari itu disepakati antara demonstran dengan 4 pengurus yayasan akan menyelesaikan masalah tersebut paling lambat 1 September 2020.
Namun di hari Rabu (24/6/2020), yayasan melimpahkan masalah unjuk rasa kepada pihak rektorat.
"Secara subtansi aksi mahasiswa di hari Senin sudah selesai, karena sudah memenuhi kehendak mereka."
"Yang menjadi masalah adalah pelimpahan wewenang yang membuat para mahasiswa tidak senang."
"Kenapa masalahnya dilimpahkan ke rektorat, tidak di-handle oleh yayasan atau tim lain, ini yang membuat mahasiswa kecewa itu," lanjut Pramono.
Baca: Cerita Mahasiswa Pulang Kampung Selama Pandemi, Kamar Kos Penuh Rayap hingga Tikus Beranak di Kasur
Baca: Video Detik-detik Demo Aktivis PMII Pamekasan Bentrok dengan Polisi, Satu Mahasiswa Luka di Kepala
Baca: Viral Video Polisi Lakukan Tindakan Represif Terhadap Pendemo, Begini Tanggapan Polda Jatim
Sehingga, kekecewaan tersebut tidak hanya ada pada pihak mahasiswa namun juga sampai ke dosen dan karyawan lain.
Kemudian, di tanggal 30 Juni 2020 aksi unjuk rasa kembali digelar.
"Di situ puncak dan saya sangat kecewa karena di kampus tidak ada perwakilan yayasan."
"Kami rapatkan dengan rektorat, kalau nanti ada hal yang tidak diinginkan kita harus mundur, etika akademisnya begitu," ujarnya.
Setelah itu, Pramono menambahkan, ada aksi unjuk rasa yang ketiga kalinya.
Protes tersebut terjadi pada Kamis (2/7/2020) dan belum ada tanggapan apapun dari pihak yayasan.
Ia mengaku hingga saat ini dirinya belum mendapat keterangan baik secara lisan maupun tertulis.
"Tapi yang diberikan hanya hak jawab yang yayasan sampaikan lewat media media."
"Pembina yayasan bilang kalau mundur ya itu hak Pramono. Sedangkan tuntutan belum dijawab secara rinci oleh yayasan," tegasnya.
Berikut video Live Streaming Wawancara bernama Rektor Uniba Solo Pramono Hadi.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Fakta-fakta Rektor di Solo yang Lepas Baju, Lepas Jabatan demi Perjuangkan Aspirasi Mahasiswanya