Eksploitasi Mahasiswa Asing Bekerja di Australia: Diberi Upah Rendah hingga Dapat Pelecehan Seksual

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Ekarista Rahmawati Putri
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Gedung Sidney Opera di Australia.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Australia dikenal sebagai salah satu negara tujuan banyak masyarakat dunia untuk melanjutkan pendidikan.

Mulai dari jenjang S1 hingga program doktoral, terdapat banyak perguruan tinggi berkualitas di negeri Kangguru tersebut.

Masyarakat Indonesia pun banyak yang meneruskan pendidikannya di Australia.

Selain kualitas yang sudah baik, jarak tak terlalu jauh dibanding Amerika Serikat atau Eropa pun menjadi pertimbangan tersendiri bagi orang dari Indonesia.

Namun, meski dikenal sebagai negara maju, di Australia masih rawan eksploitasi tenaga kerja manusia.

Bahkan eksploitasi mahasiswa asing di Australia masih sering dijumpai.

Di Australia, mahasiswa asing menjadi sasaran eksploitasi dengan dibayar murah dan dilecehkan secara seksual.

Terlebih, jarang di antara mereka yang melaporkan ke petugas berwajib terkait masalah tersebut.

Baca: China Dituding Menjadi Dalang Serangan Siber yang Menargetkan Lembaga Pemerintahan Australia

Baca: Australia Akan Beri Rp 61 Miliar kepada WHO untuk Pemulihan Indonesia dari Covid-19

Ilustrasi bendera Australia. (Kontan)

Dilaporkan oleh University of New South Wales (UNSW) dan University of Technology Sydney (UTS) yang menyebutkan bahwa tak ada perubahan berarti dalam kondisi mahasiswa asing di dunia kerja di Australia sejak survei serupa yang dilakukan 4 tahun lalu.

Wabah virus corona bahkan memperburuk ekploitasi.

Profesor Laurie Berg dari UTS yang menulis laporan survei menyebutkan potensi eksploitasi saat ini semakin besar.

"Mahasiswa internasional saat ini lebih putus asa untuk mendapatkan penghasilan, pengusaha mungkin ingin mengurangi biaya, serta pekerjaan semakin langka," jelas Profesor Berg.

Baca: Sudah Dibuka! Beasiswa S1 dan S2 ke Sidney Australia bagi Warga Indonesia, Berikut Cara Daftarnya

Bayaran kerja hitungan per jam

Iris Yao, mahasiswa Universitas Sydney asal China, selama ini bekerja sambil kuliah untuk membantu meringankan beban orangtuanya.

"Orang tua saya bekerja keras untuk membayar uang sekolah dan biaya hidup saya di sini," kata Iris di "Program 7.30" ABC.

"Saya merasa harus berbuat sesuatu untuk meringankan beban mereka," ujarnya.

Pekerjaan Iris seperti membersihkan dapur, mencuci piring, bertugas di bagian pemesanan makanan, dengan upah hanya 7 dollar Australia per jam yang dibayar tunai.

Menurut ketentuan, bayaran ini tiga kali lebih rendah dari upah minimum yang berlaku bagi pekerja berusia di atas 20 tahun.

"Mereka bilang jika saya bisa bekerja lebih baik, maka akan membayar saya lebih banyak. Tapi, saya rasa mereka bohong," katanya.

Menurut Profesor Berg, pengalaman Iris ini bukanlah suatu hal yang jarang terjadi.

Halaman
1234


Penulis: Haris Chaebar
Editor: Ekarista Rahmawati Putri

Berita Populer