Ratusan Gajah Mati Misterius, Peneliti: Ini Bencana Konservasi, Negara Gagal Lindungi Satwa Berharga

Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi gajah. 350 gajah ditemukan mati misterius di Delta Okavongo, Botswana. Penenilti menyebut kasus ini tidak ditangani dengan baik oleh otoritas setempat. Padahal gajah-gajah ini merupakan penyumbang GDP terbesar kedua di Botswana. Sehingga para peneliti mengatakan Botswana gagal melindingi aset berharga negara tersebut.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Lebih dari 350 ekor gajah liar di Botswana bagian utara ditemukan mati misterius.

Peristiwa ini kemudian disebut oleh para peneliti sebagai bencana konservasi.

Awalnya, kematian massal gajah-gajah tersebut dilaporkan pertama kali pada awal Mei lalu.

Pada saat tersebut tercatat 169 kematian pada gajah secara mendadak.

Kemudian pada pertengahan Juni, jumlah kematian bertambah lebih dari dua kali lipat.

Mengejutkannya, kasus kematian mendadak gajah-gajah liar itu 70 persen terjadi di dekat sumber air.

Informasi tersebut dikatakan kepada The Guardian dari penduduk lokal yang enggan menyebutkan identitasnya.

"Peristiwa ini adalah kematian massal dengan level yang belum pernah terjadi sebelumnya selama ini. Selain biasanya kasus serupa terjadi karena kekeringan sumber air, namun kematian seperti ini sangat misterius," ucap dokter Niall McCann, direktur konservasi di National Park Rescue, Inggris.

Baca: KEJAM! Gajah Hamil Ini Diberi Makan Nanas Isi Petasan oleh Warga, Mati Berdiri di Tengah Sungai

Baca: Viral Video Gajah Nginep di Hotel Bintang 5 saat Tengah Malam, Ternyata Sudah Biasa Terjadi

Pemerintah setempat belum melakukan penyelidikan lebih lanjut

Satu dari gajah yang ditemukan mati di sekitar sumber air di kawasan Delta Okavongo, Botswana. (BBC)

Hingga saat ini pemerintah Botswana masih belum melakukan uji sampel.

Sehingga kasus kematian para gajah dan dampaknya kepada manusia yang tinggal di sekitarnya.

Menurut McCann, hanya terdapat dua kemungkinan sumber kematian massal para gajah malang tersebut.

Satu adalah keracunan, dan yang kedua adalah patogen atau penyakit yang diakibatkan oleh mikroorganisme parasit.

Sejauh ini, hanya Anthraks ditunjuk sebagai satu dari patogen yang dimungkinkan terjadi pada gajah yang mati tersebut.

"Ketika kita mendapatkan laporan mengenai kematian massal pada gajah-gajah itu yang tinggal tak jauh dari peradaban manusia, kami mengkhawatirkan adanya penyakit yang bisa ditularkan. Sangat aneh jika pemerintah hingga saat ini masih belum melakukan penelitian di lab," kata McCann.

Saksi mata mengatakan bahwa sebelum gajah-gajah tersebut mati, mereka terliat berjalan berputar-putar.

Indikasi tersebut menunjukkan bahwa para gajah mengalami gangguan neurologis.

"Jika diperhatikan dari posisi bangkai, mereka mati dengan posisi seolah gajah-gajah itu terjatuh tepat di bagian wajah. Hal ini menunjukkan jika mereka mati secara mendadak," kata McCann.

"Namun beberapa kasus lainnya tidak demikian, mereka bisa jadi mati lebih lambat, sehingga jika disebabkan oleh racun maka harus dibuktikan lebih lanjut," lanjut McCann.

Pada kasus ini semua gajah berbagai usia ditemukan mati misterius.

Beberapa diantaranya sebelumnya mengalami gejala malnutrisi yaitu terlihat lemas dan kurus.

Meski dikatakan telah ditemukan 350-an bangkai gajag, peneliti meyakini masih banyak lainnya yang belum ditemukan.

Beberapa waktu lalu, sianida yang biasa digunakan para pemburu meracuni hewan dikatakan sebagai dalang dalam kasus ini.

Namun gejala penyebab kematian gajah-gajah tersebut bukan berasal dari keracunan sianida.

"Kasus ini belum bisa diatakan sebagai kasus kematian alami, semuanya tetap perlu dilakukan penyelidikan leboh lanjut," kata McCann.

Tak hanya itu, peneliti juga sempat menunjuk Covid-19 sebagai sebab kematian.

Namun kemungkinan tersebut sangat kecil.

Gajah merupakan berliannya Botswana

Bangkai gajah yang ditemukan jatuh di bagian kepala. Penduduk setempat mengatakan beberapa gajah berjalan berputar-putar sebelum roboh. Peneliti mengatakan hal tersebut terjadi karena gajah mati mendadak dan dimungkinkan karena adanya gangguan neurologis (BBC)

Gajah di Botswana terutama di sekitar Delta Okavango memiliki populasi sekitar 15 ribu ekor.

Gajah tersebut menjadi satu dari sumber ekonomi dari sektor pariwisata sebesar 10-12 persen GDP Botsana.

Angka tersebut berarti gajah menjadi sumber GDP terbanyak kedua setelah berlian.

"Gajah-gajah ini adalah aset negara. Mereka ada berliannya Delta Okavango," kata McCann.

"Ini adalah kasus bencana konservasi, yang membuktikan bahwa negara (Botswana) gagal melindungi aset berharganya," lanjut McCann.

Hingga saat ini otoritas setempat telah mengatakan akan melindungi gading yang tersisa dari jasad gajah.

"Ada kekhawatiran nyata bahwa sampel untuk menyelidiki kematian para gajah terlambat diidentifikasi, sehingga nantinya kita tak punya cukup waktu untuk melakukan langah pencegahan," kata Mary Rice, direktur eksekutif Badan Investigasi Lingkungan di London.

"Kurangnya urgensi menjadi masalah nyata dan tidak mencerminkan tindakan seorang yang bertanggungjawab," kata Mary Race.

"Padahal sudah ada tawaran bantuan dari beberapa badan swasta, namun otoritas setempat seolah tuli dan tak peduli. Sekarang jumlah kematian gajah akan terus bertambah, terus terang, hal ini sangat mengejutkan," lanjutnya.

Penyelidikan terhambat pandemi Covid-19

Disisi lain, dokter Cyril Taolo, pejabat dari departemen margasatwa dan taman nasional Botswana memberikan keterangannya pada The Guardian.

Taolo mengatakan bahwa pihakny telah mengetahui dan menyelidiki kasus kematian mendadak ratusan gajah itu.

"Kami mengetahui para gajah sedang sekarat. Dari 350 kasus, 280 diantaranya telah dikonfirmasi. Sisanya masih dalam proses, " kata Taolo.

"Kami telah mengirim sampel untuk di uji coba, kami harap hasilnya akan keluar pekan depan," kata Taolo.

"Adanya pembatasan aktivitas akibat pandemi membuat proses penyelidikan mengalami beberapa kendala. Kami terus melakukan upaya cadangan," lanjutnya.

Baca: Goa Gajah

Baca: Tebing Watu Gajah

Baca: Pantai Tapak Gajah

(TRIBUNNEWSWIKI/Magi)



Penulis: Maghita Primastya Handayani
Editor: Natalia Bulan Retno Palupi
BERITA TERKAIT

Berita Populer