Hal ini dikatakan oleh Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada Selasa (30/6/2020).
Mengetahui hal ini, Rusia buka suara dan mengecam kebijakan Negeri Paman Sam itu.
Rusia mengatakan bahwa apa yang dilakukan AS bak meletakkan lutut di leher Teheran, merujuk kasus George Floyd.
Melansir dari Reuters, Amerika Serikat telah mengedarkan rancangan resolusi kepada dewan keamanan PBB beranggotakan 15 negara yang akan memperpanjang tanpa batas embargo senjata terhadap Teheran.
Akan tetapi, sejumlah anggota dewan yang memiliki hak veto seperti Rusia dan China, telah mengisyaratkan langkah oposisi terhadap proposal tersebut.
Baca: Merujuk Kasus George Floyd, Presiden Iran: Kami Patahkan Lutut Amerika yang Ada di Tenggorokan Iran
Baca: Donald Trump Resmi Jadi Buronan Iran, Akan Terus Diincar Meski Sudah Tak Jadi Presiden AS
"Jangan hanya melihatnya dari Amerika Serikat, dengarkan juga negara-negara di kawasan ini. Dari Israel ke Teluk, negara-negara di Timur Tengah - yang paling terpapar oleh predasi Iran - berbicara dengan satu suara: Perpanjang embargo senjata," kata Pompeo dalam pertemuan Dewan Keamanan yang dilakukan virtual.
Mengutip Reuters, pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah lama berpendapat bahwa embargo senjata terhadap Iran tidak boleh dicabut.
Embargo senjata akan berakhir pada pertengahan Oktober di bawah kesepakatan nuklir Teheran 2015 dengan Inggris, Jerman, Prancis, China, Rusia dan pemerintahan pendahulu Trump, Barack Obama.
Sejak Trump menjabat pada tahun 2017, pemerintahannya telah berhenti dari kesepakatan nuklir dan terus meningkatkan sanksi terhadap Iran dalam apa yang digambarkan Washington sebagai pendekatan tekanan maksimum.
Berbicara kepada dewan, Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menggambarkan kebijakan itu sebagai "kebijakan dengan tenaga cekik maksimum".
Merujuk pada kasus George Floyd, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan Amerika Serikat (AS) telah menekan tenggorokan Iran dengan lututnya selama bertahun-tahun.
"Bangsa kita yang terhormat mematahkan lutut (AS) ini, dengan menghancurkan persatuan mereka dan sekarang mereka tidak lagi memiliki lutut untuk menekan negara Iran," katanya dalam rapat kabinet, Kamis (11/6), seperti dikutip Kantor Berita Fars dan The Jerusalem Post lansir.
Rouhani menyebut AS telah berusaha untuk mengalahkan Iran selama beberapa dekade, dan Republik Islam berhasil mengalahkannya.
Empat bulan terakhir, AS menunjukkan tekanan yang ekstrem terhadap Iran tetapi negeri Mullah bisa bertahan.
Selain itu, Rouhani juga menyinggung perang AS melawan virus corona baru.
Menurutnya, AS berkinerja terburuk di antara negara-negara lain di dunia dan tidak memiliki pemimpin yang baik di puncak bahkan untuk menjalankan Washington.
Hanya Rouhani memperingatkan, krisis virus corona belum berakhir di Iran. Tapi, “Alhamdulillah, kita telah melipatgandakan upaya dalam situasi ini dan menciptakan kondisi yang baik untuk masyarakat,” ujarnya.
Iran mulai melonggarkan pembatasan.
Baca: Iran Resmi Terbitkan Surat untuk Ringkus Presiden AS Donald Trump, Ada Apa?