Diberitakan oleh The Japan Times, Minggu (28/6/2020), latihan tersebut melibatkan dua kapal induk AS, USS Nimitz dan USS Ronald Reagan.
Latihan itu dilaksanakan sehari setelah para pemimpin di kawasan Asia melontarkan protes keras sekaligus menentang klaim China atas hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan dengan alasan historis.
Dalam keterangan Angkatan Laut AS, kedua kapal induk itu memulai latihan sebagai bentuk "responsif, fleksibel, dan komitmen abadi" AS terhadap perjanjian pertahanan timbal-balik dengan sekutu dan partner di kawasan Indo-Pasifik.
Latihan dua kapal induk tersebut terjadi seminggu setelah USS Nimitz dan USS Theodore Roosevelt menyelenggarakan operasi bersama di wilayah tersebut.
Tiga kapal induk AS yang beroperasi pada saat yang sama di Pasifik Barat merupakan peristiwa langka.
"Kami secara agresif mencari setiap kesempatan untuk meningkatkan dan menguatkan kapabilitas serta kecakapan kami dalam operasi perang di segala medan," ujar Komandan Carrier Strike Group 5, Laksamana Muda George Wikoff.
Dia menerangkan AL AS tetap siap menjalankan misi dan diterjunkan secara global, dengan dua operasi Nimitz dan Ronald Reagan menunjukkan komitmen terhadap sekutu regional, cepat bertindak dalam pertempuran di Indo-Pasifik.
"Sekaligus kesiapan kami untuk menghadapi siapa saja yang menentang norma-norma internasional yang mendukung stabilitas regional," katanya.
Baca: Pengamat: Kim Jong Un Memprovokasi Korsel agar Korut Bisa Menarik Perhatian Amerika Serikat
Baca: AS dan China Memanas, Amerika Serikat Kerahkan 3 Kapal Induk dan Jet Tempur di Perairan Indo-Pasifik
Pada Sabtu (27/6/2020), ASEAN yang diwakili Vietnam menyatakan bahwa hukum laut atau United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 harus menjadi dasar atas kedaulatan dan hak-hak di jalur air yang disengketakan.
"Kami menegaskan kembali bahwa UNCLOS 1982 adalah dasar untuk menentukan hak maritim, hak kedaulatan, yurisdiksi, dan kepentingan sah atas zona maritim," bunyi pernyataan tersebut.
Aktivitas militer di titik masuk timur di Laut China Selatan dan perairan sekitarnya dilaporkan sibuk dalam beberapa hari terakhir.
Sebuah lembaga think tank, The South China Sea Strategic Situation Probing Initiative, yang berbasis di Beijing menyatakan telah mencatat "misi pengintaian" dengan menggunakan situs pelacakan penerbangan dan mengunggah gambarnya di Twitter.
Peneliti dari National University of Singapore, Drew Thompson, berkicau di Twitter sebagai tanggapan atas cuitan tersebut bahwa sepasang pesawat P-8 Orions milik Angkatan Laut AS "telah mengambil alih posisi atas target kepentingan bawah laut, yang kemungkinan besar adalah kapal selam Angkatan Laut China yang bergerak melalui Kanal Bashi".
Baca: Setelah Dugaan Data Diretas Hacker, Kali Ini Zoom Terseret Konflik Politik Amerika Serikat vs China
Baca: Amerika Serikat-China Memanas, 3 Kapal Perang AS Terlihat Berpatroli di Perairan Indo-Pasifik
Thompson mengatakan USS Ronald Reagan beroperasi di kawasan timur Okinawa, dengan mendapat perlindungan dari kapal yang lain.
"Langkah itu merupakan operasi standar untuk melindungi armada dari pangkalan kapal selam yang berbasis di Hainan," ujar dia merujuk kepada markas pasukan bawah laut milik China.
Kementerian Pertahanan China membantah pihaknya berupaya memperkuat kontrol atas Laut China Selatan.
Mereka juga menuduh AS "meningkatkan yang disebut sebagai 'ancaman China' dalam mengaburkan fakta, mencoba menabur perselisihan di antara negara-negara regional dan membuat stigma antiepidemi China" di tengah pandemi virus corona.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo pada Sabtu (27/6/2020) mengatakan bahwa AS mendukung pendirian Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara ( ASEAN) tentang Laut China Selatan.
Dilansir Sputnik, Pompeo menyatakan bahwa China tidak boleh mengklaim Laut China Selatan di wilayah ASEAN sebagai kekaisaran maritimnya.
Persengketaan Laut China Selatan harus diselesaikan sejalan dengan undang-undang (UU) internasional.
"AS menyambut desakan para pemimpin ASEAN bahwa sengketa Laut China Selatan (SCS) dapat diselesaikan melalui UU Internasional, termasuk UNCLOS (Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa untuk Hukum Kelautan). China tidak boleh memperlakukan SCS sebagai kekaisaran maritimnya. Kami akan segera membahas topik ini," ujar Pompeo dalam kicauannya di Twitter.
Setelah KTT ASEAN ke-36 pada Jumat (26/6/2020) kemarin, sebuah pernyataan bersama dikeluarkan dengan menyatakan keprihatinan atas situasi rumit di Laut China Selatan.
Para pemimpin ASEAN menekankan 'pentingnya menjaga dan mempromosikan perdamaian, keamanan, stabilitas, keselamatan dan kebebasan navigasi serta penerbangan di atas Laut China Selatan, serta menegakkan hukum internasional termasuk UNCLOS 1982 di Laut China Selatan.'
Memang, mayoritas pulau di Laut China Selatan dikendalikan oleh Beijing. Akan tetapi, wilayah itu juga diklaim oleh beberapa negara lain termasuk Vietnam, Kamboja, Brunei, Filipina dan semua anggota ASEAN lain.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dua Kapal Induk AS Menggelar Latihan Bersama di Perairan Filipina"