Hilang Sejak 1965, Dua Kepala Kala Bermuka Raksasa Era Kerajaan Singasari Ditemukan di Tulungagung

Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kasi Pelestarian Sejarah Purbakala Disbudpar Tulungagung, Winarto mengukur dimensi kepala kala yang ditemukan.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Penemuan benda-benda bersejarah kembali terjadi di lingkungan tempat tinggal masyarakat Indonesia.

Kali ini penemuan benda bersejarah terjadi di Provinsi Jawa Timur, Jumat (19/6/2020).

Arca dua kepala kala ditemukan di pekarangan seorang warga Desa Panggungrejo, Kecamatan, Kauman, Tulungagung.

Arca tersebut sebenarnya sudah pernah ditemukan pada sekitar tahun 1965 silam.

Namun, seiring dengan pertumbuhan pemukiman di kawasan tersebut, arca kepala kala hilang hingga akhirnya ditemukan kembali tahun ini.

Dua kepala bermuka raksasa ini diduga bagian dari candi era kerajaan Singasari, yang disebut dalam prasasti Mula Malurung.

Menurut salah satu pemilik rumah, Suprapdi (84), awalnya dua kala itu ada di tepi jalan.

Namun, karena terjadi perkembangan permukiman, dua kepala kala itu dipindah ke pekarangan warga.

Baca: Prasasti Keraton Agung Sejagat Ternyata Hanya Batu Biasa, Desainnya Hasil Pencarian di Google

Baca: Candi Cangkuang

Baca: Candi Wringin Lawang

Candi Singasari merupakan candi yang dibangun sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Singasari terakhir, Kertanegara. (jejakpiknik.com)

Salah satunya ada di pekarangan samping rumahnya.

“Karena sudah lama, jadi tertimbun tanah."

"Sudah ada di sini sejak 1965,” ujar Suprapdi dikutip dari laman Surya berjudul Dua Kepala Kala Ditemukan di Desa Panggungrejo Tulungagung, Diduga Bagian Candi Era Singosari.

Korwil Balai Pemeliharaan Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur wilayah Tulungagung, Hariyadi, menyebut penemuan ulang dua kepala kala.

Sebab sebelumnya benda ini sudah pernah ada, kemudian hilang karena pertumbuhan permukiman warga.

Hariyadi memastikan, dua kepala kala ini memang obyek cagar budaya.

“Sebelumnya di desa ini sudah ditemukan dua kepala kala, dan sekarang berada di Museum Wajakensis,” tutur Hariyadi yang juga pengelola Museum Wajakensis Tulungagung ini.

Hariyadi mengaku sudah berkonsultasi dengan ahli sejarah terkait temuan ini.

Dua kepala kala ini diduga ada kaitannya dengan sebuah candi besar yang disebut dalam prasati Mula Malurung.

Di dalam prasasti era Singosari itu disebutkan, ada sebuah candi besar di Kalangbrat, nama wilayah Kauman era lama.

Pada dinding luar tubuh candi, di sisi utara dan selatan juga terdapat relung tempat meletakkan arca yang saat ini dalam keadaan kosong. Bila di atas ambang pintu tidak terdapat Kalamakara, maka justru di atas ambang masing-masing relung ini terdapat pahatan kepala Kala lengkap dengan rahang bawah (candi.perpusnas.go.id)

Candi ini difungsikan untuk pendharmaan kerabat kerajaan.

Di tempat suci seperti candi tempat pendharmaan, biasanya ada enam buah kepala kala.

Dengan temuan dua kepala kala ini, maka masih ada dua kepala lainnya yang belum ditemukan.

“Temuan ini menegaskan, bahwa lokasi candi itu tidak jauh dari Desa Sidorejo” sambung Hariyadi.

Kepala kala biasanya dipasang di gapura candi dan di relung candi.

Temuan ini diteruskan ke Balai Pemeliharaan Cagar Budaya (BPCB) Trowulan Mojokerto untuk dikaji.

Sejarah Candi Singasari

 Candi Singasari merupakan candi bercorak agama Hindu - Buddha yang merupakan peninggalan bersejarah dari Kerajaan Singasari.

Candi ini berlokasi di Desa Candirenggo, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur.

Letaknya sekitar 10 km dari pusat Kota Malang.

Candi ini berada pada lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna pada ketinggian 512 meter di atas permukaan laut.

Baca: Candi Tegawangi

Baca: Candi Surawana

Baca: Candi Sawentar

Cara pembuatan Candi Singasari ini menggunakan sistem menumpuk batu andesit hingga ketinggian tertentu selanjutnya diteruskan dengan mengukir dari atas baru turun ke bawah.

Pada mulanya, Candi Singasari ditemukan oleh Nicolaus Engelhard pada tahum 1803.

Candi Singasari merupakan candi peninggalan Kerajaan Singasari yang bercorak agama Hindu-Budha. (Kompasiana.com)

Karena bentuk bangunannya yang unik, candi ini sempat menarik perhatian Th. Stamford Raffles yang mengunjunginya pada tahun 1855.

Saat itu, disebutkan bahwa candi tersebut berada di tengah hutan jati yang baru dibabat pada tahun 1820.

Candi Singasari juga dikenal dengan nama Candi Cungkup atau Candi Menara, nama yang menunjukkan bahwa Candi Singasari adalah candi tertinggi pada masanya. 

Setidaknya, Candi Singasari dinilai menjadi candi tertinggi dibandingkan dengan candi lain di sekelilingnya.

Akan tetapi, saat ini di kawasan Singasari hanya candi Singasari yang masih tersisa, sedangkan candi lainnya telah lenyap tak berbekas.

Kapan tepatnya Candi Singasari didirikan masih belum diketahui, namun para ahli purbakala memperkirakan candi ini dibangun sekitar tahun 1300 M.

Candi ini dibangun sebagai persembahan untuk menghormati Raja Kertanegara dari Singasari.

(Tribunnewswiki.com/Ris)



Penulis: Haris Chaebar
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer