Kabar tersebut mulai bermunculan di media setelah pelatih berkebangsaan Korea Selatan itu melakukan kritik terbuka terhadap PSSI.
Kepada media Korsel, ia menyoroti komitmen PSSI yang tak lagi sama.
Namun upaya yang dilakukan oleh Shin telah membuat hubungannya dengan PSSI menjadi renggang.
Satgas Timnas Indonesia yang baru saja dibentuk PSSI, memberi ultimatum.
Ultimatum itu berisi imbauan agar Shin Tae-yong segera kembali ke Indonesia, seperti diberitakan Super Skor, Minggu (21/6/2020).
Beberapa pihak telah memprediksi jika pada akhirnya Shin akan didepak dari Indonesia.
Jika hal itu sampai terjadi, lalu siapa yang akan menggantikan posisinya?
Terlebih lagi saat ini Timnas Indonesia sedang menyongsong berbagai even penting.
Seandainya Shin benar-benar didepak, berikut ini adalah daftar pelatih yang layak menjadi pelatih Timnas versi TribunnewsWiki.com.
Indra Sjafri
Baca: Jelaskan Duduk Perkara, Indra Sjafri: Awalnya Kita Hormati tapi Shin Tae-yong Seenaknya Sendiri
Indra Sjafri bukanlah nama baru di Indonesia.
Ketika masih menjadi pemain, Indra Sjafri pernah ikut tes tim pra PON Sumatra Barat pada 1985.
Namun, selain dirinya tak lolos, Indra Sjafri juga kecewa banyak bakat muda potensial yang tak lolos seleksi.
Sejak saat itu, Indra Sjafri bertekad menjadi pelatih dan mencari bibit-bibit muda berkualitas dari pelosok nusantara.
Untuk menjadi pelatih profesional, Indra Sjafri banyak mengikuti kursus kepalatihan.
Pada 1997, Indra Sjafri dapat licensi C AFC kemudian naik ke level B pada tahun 1998 dan level A pada 1999.
Pada 2007, Indra Sjafri menjadi instruktur dan pemandu bakat PSSI.
Waktu berjalan, Indra Sjafri diangkat menjadi pelatih tiimnas Indonesia pada tahun 2011.
Hasilnya memuaskan, timnas muda berhasil menjuarai The HKFA (Hongkong Football Association) International Youth Invitational Tournament U-17 dan The HKFA U-19.
Meski beprestasi, Indra Sjafri pernah mengalami nasib tragis tak digaji selama 20 bulan sejak September 2011 saat menangani timnas Indonesia U-16.
Pada 2012, Indra Sjafri ditunjuk menjadi pelatih timnas U-19.
Hasilnya memuaskan yakni timnas Indonesia menjuarai Piala AFF U-19 pada tahun 2013.
Indra Sjafri menjadi aktor sentral dalam menemukan talenta pemain Indonesia seperti Evan Dimas, Hansamu Yama, Zulfiandi, Ricky Fajrin, Septian David Maulana hingga Putu Gede.
Capaian itu membuat Indra Sjafri direkrut oleh klub yang sedang membangun proyek prestisius dengan pemain muda, Bali United pada akhir 2014.
Banyak pemain lokal bali dan daerah lain yang berhasil diorbitkan bersama Serdadu Tridatu.
Di Bali United, Indra Sjafri menelurkan nama-nama potensial seperti Yabes Roni, Alsan Sanda dan I Made Andhika Wijaya.
Pada 2017-2018, Indra Sjafri kembali melatih timnas U-19.
Di periode kedua bersama timnas U-19, Indra Sjafri gagal menyabet juara namun berhasil memoles beberapa berlian yakni Egy Maualana Vikri, Hanis Saghara hingga Witan Sulaiman.
Pada awal 2019, Indra Sjafri resmi melatih timnas U-22 dan U-23.
Indra Sjafri pun sukses mengantar tim Garuda Muda meraih juara Piala AFF U-22 pada 2019.
Hingga kini, Indra Sjafri masih melatih timnas Indonesia U-23.
Selain pandai dalam memotivasi pemain, Indra Sjafri juga dikenal dengan metode latihan yang membuat fisik dan stamina para pemainnya tahan lama.
Rahmad Darmawan
Baca: Tepis Tudingan, Indra Sjafri Blak-blakan Dirinya Diusir Shin Tae-yong: Ini Soal Harga Diri Bangsa
Rahmad Darmawan lahir di Metro, Lampung, Indonesia, 28 November 1966.
Rahmad Darmawan memiliki istri bernama Dinda Eti Yuliawati dan kedua pasangan ini dikaruniai dua anak bernama Rivaldi Agung Darmawan dan Aldina Darmawan.
Selain menjadi pelatih sepak bola profesional, Rahmad Darmawan juga memiliki latar belakang pensiunan militer.
Setelah mengabdi sejak 1991 di korps Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Laut, Rahmad Darmawan memutuskan pensiun dari dunia militer pada 2015 lalu dengan pangkat terakhir Mayor (L).
Fakhri Husaini
Pasca pensiun dari lapangan hijau, Fakhri Husaini segera mengambil kursus kepelatihan dan pada tahun 2008, dia sudah sampai pada tahap lisensi A AFC.
Ketika baru saja pensiun, Fakhri Husaini mengurus Diklat Manado dan bertugas sebagai asisten kepelatihan di PKT Bontang hingga 2003.
Pada 2004, Fakhri Husaini pun sempat menjadi asisten Peter White di timnas U-23 dan timnas Indonesia senior.
Fakhri Husaini terjun sebagai pelatih kepala dan memulai debutnya di Tim PON Kaltim yang berlaga di PON XVII pada 2008.
Karena berhasil membawa timnya masuk peringkat tiga, Fakhri Husaini ditarik oleh PKT Bontang untuk menjadi pelatih kepala disana.
Selama lima musim 2013, Fakhri Husaini jalani waktu melatih skuad PKT Bontang.
Fakhri Husaini sempat membawa timnya berada di peringkat 11 dan 13, meski tak memiliki skuad yang bertabur bintang.
Selain itu, ketika PKT Bontang menderita krisis keuangan, Fakhri Husaini tetap berdedikasi dan setia walau dirinya mengalami keterlambatan penerimaan gaji selama berbulan-bulan.
Selepas dari PKT Bontang, Fakhri Husaini dinutuk menjadi pelatih timnas Indonesia U-16. (5)
Dan tahun berikutnya, Fakhri Husaini ditunjuk sebagai pelatih timnas Indonesia U-17.
Hingga 2018, sosok Fakhri Husaini diamanahi untuk melatih timnas Indonesia U-16 dan setara.
Prestasi puncak Fakhri Husaini adalah membawa Indonesia menjuarai Piala AFF U-16 tahun 2018.
Pada 2019, Fakhri Husaini pun ditunjuk untuk melatih timnas Indonesia U-19.
Stefano Cugurra Teco
Baca: Pelatih Timnas Shin Tae-yong Kecewa Sikap PSSI Berubah: Tolong Kerja samanya, Pelatih Bukan Pesulap
Pada Liga 1 2017, Teco datang ke Persija Jakarta untuk menjadi juru taktik mereka. (4)
Kedatangan Stefano Cugurra atau Teco itu membuat skuad Macan Kemayoran lebih stabil.
Teco sukses membuat Persija Jakarta finis di posisi empat besar pada Liga 1 edisi musim 2017.
Kemudian, di Liga 1 2018, meski diliputi beberapa kontrorversi, Teco berhasil membuat Persija Jakarta juara liga.
Selain itu, Teco pun berhasil membawa skuadnya juara turnamen pramusim Piala Presiden 2018
Pada gelaran Liga 1 2019 ini, Teco pergi ke Bali United dan berhasil menjadi juara.
Namanya sempat disebut sebagai calon pelatih Timnas sebelum kedatangan Shin Tae-yong.
Robert Rene Alberts
Setelah pensiun jadi pemain, Robert Alberts mulai bergabung dengan manajer tim Hittarps IK.
Robert Alberts menjabat manajer tim yang pernah ia bela ini dari tahun 1984 hingga 1987.
Setelah lama berkarir di Eropa, Robert Alberts melatih di liga yang ada di Asia.
Singgah ke Malaysia, ia menjadi pelatih Kedah FA dari 1992 hingga 1996.
Ia menukangi Tanjong Pagar FC di Liga Singapura pada 1996-1998.
Kemudian berganti haluan menjadi nahkoda Home united pada musim 1999.
Bersama Home united, Robert Alberts berhasil meraih gelar juara Liga Singapura.
Pada musim 2008/2009, Robert Alberts kembali ke Malaysia membela Sarawak FA.
Robert Alberts juga tercatat pernah menukangi Timnas Malaysia U-19 musim 2007.
Pindah dari Malaysia, kemudian ia berlabuh ke Arema Malang (sekarang Arema FC) pada musim 2009/2010.
Anak asuhnya banyak yang berkembang dan kemudian menjadi skuad Timnas Indonesia.
Beberapa pemain tersebut adalah Ahmad Bustomi, Kurnia Meiga, dan Purwaka Yudhi.
Bersama Robert Alberts, Arema FC berhasil menyabet dua gelar.
Pada musim 2009/2010, Arema FC menjuarai Liga Super Indonesia.
Pada tahun 2010, Arema menjadi runner up Piala Indonesia.
Robert Alberts hijrah ke PSM Makassar di musim 2010/2011.
Bersama PSM Makassar, ia tidak berhasil membawa gelar.
Pada 2011-2015, Robert Alberts kembali menjadi pelatih Sarawak FA.
Ia berhasil mempersembahkan gelar juara Liga Primer Malaysia musim 2013.
Sebelumnya, Sarawak FA juga berhasil menjadi runner up liga yang sama di bawah asuhan coach Robert Alberts.
Tahun 2015, pelatih asal Belanda ini kembali menukangi PSM Makassar.
Bahkan, ia dinobatkan sebagai pelatih terbaik pada turnamen Torabika Soccer Championship 2016.
Kemudian ia mundur secara mengejutkan pada awal musim 2019.
Kini Robert Rene Alberts menukangi Persib Bandung.