Melalui menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, pertemuan ini diadakan guna mengurangi tensi militer di wilayah yang jadi rebutan.
Rusia yang dekat dengan kedua negara menginisiasi diri menjadi tuan rumah untuk membahas konflik yang telah menewaskan prajurit dari dua negara tersebut, dikutip dari Reuters.
Pertemuan trilateral ini akan digelar secara virtual di tempat masing-masing.
Rusia berharap India dan China dapat bersepakat memastikan keamanan di perbatasan.
Baca: Pemimpin Oposisi Rahul Gandhi Sebut PM Narendra Modi Telah Serahkan Wilayah India ke China
Otoritas Rusia menyebut India dan China harus menemukan cara yang dapat diterima bersama.
Sebagai informasi, India dan China saling menyalahkan atas bentrokan perbatasan.
Bentrokan ini disebut paling mematikan dalam beberapa dekade.
Keikutsertaan India dalam pertemuan Trilateral ini sempat diragukan sejumlah kalangan, dikutip dari India TV News.
Namun, otoritas Rusia meyakinkan sanggup membantu untuk mengurangi tensi kedua negara tersebut.
Moscow meyakinkan akan berada pada posisi yang netral.
Baca: Konflik India-China: Massa Nasionalis India Marah, Bakar Foto Presiden Xi Jinping
Baca: Bersiap Hadapi China, India Siagakan Sukhoi SU-30MKI hingga Helikopter Apache
Baca: PM Narendra Modi: India Ingin Damai, Tapi Siap Perang Jika China Provokasi
Sebuah sumber dari WION menyebut Rusia siap mendukung India menyelesaikan masalah dengan China.
Rusia terang-terangan akan mendukung India meskipun masih adanya kebuntuan antara Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Murgulov dan Utusan India untuk Rusia, Bala Venkatesh mendiskusikan masalah ini.
Sebelumnya, reaksi atas konflik India-China muncul dari sejumlah pejabat Rusia seperti Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, Duta Besar Rusia untuk India, Nikolay R. Kudashev dan Wakil Kepala Misi Rusia, Roman Babushkin.
Mereka semua berharap adanya de-eskalasi konflik India-China.
Kegiatan diplomatik Rusia atas konflik India-China dimulai pada 17 Juni 2020
Saat itu, pertemuan dilakukan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Igor Morgulov dengan Duta Besar India untuk Rusia, D. Bala Venkatesh Varma.
Pertemuan ini membahas keamanan termasuk perkembangan Garis Kontrol Aktual di perbatasan antara India dan China di Himalaya.
Komunikasi India - Rusia ini terjadi setelah adanya bentrokan antara pasukan India dan China di lembah Galwan.
Pihak Kementerian Luar Negeri Rusia tidak memberikan perincian lebih lanjut mengenai percakapan tersebut.
Namun sebuah sumber diplomatik yang diperoleh The Hindu menyebutkan Moskow memiliki "pertaruhan besar" di tingkat global untuk membuat resolusi atas ketegangan dua tetangganya di Himalaya.
"Hubungan yang baik antara India dan Cina adalah pusat kebangkitan Eurasia dan munculnya tatanan dunia multi-kutub yang didominasi oleh satu kutub," kata sumber tersebut.
Sumber dari seorang diplomat -yang tak disebutkan namanya- ini merujuk pada harapan dibangunnya "sentralitas" Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) yang meliputi India, Pakistan, Rusia, dan Cina serta sebagian besar negara di Asia Tengah.
Gerakan ini dinilai akan menjadi jangkar sistem global pada era "pasca-barat".
Namun, terlepas dari gagasan tersebut, diplomat ini menyebut bahwa Rusia hanya ingin memainkan peran konstruktif di belakang layar.
Rusia percaya India dan China sepenuhnya mampu menyelesaikan urusan mereka.
Baca: Tensi AS dan China Meningkat di Laut China Selatan, TNI Menyiagakan 4 KRI di Natuna untuk Antisipasi
Sebelumnya, Sekretaris Departemen Informasi Rusia, Dmitry Peskov mengatakan laporan perbatasan India-China 'sangat mengkhawatirkan'.
"Tentu saja, kami mengawasi dengan penuh perhatian apa yang terjadi di perbatasan India-China, tetapi kami menganggap bahwa kedua negara mampu mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah (munculnya) situasi seperti itu (terjadi) di masa depan.
"Dan memastikan bahwa (akan) ada stabilitas di wilayah yang aman bagi negara-negara, khususnya China dan India," kata Peskov.
Sebelumnya, India dan China sempat berkomunikasi pada Rabu (17/6) dan sepakat untuk tidak melanjutkan eskalasi lebih jauh lagi.
Sementara pihak militer keduanya juga sempat mengadakan pembicaraan pada Kamis (18/6) untuk meredam ketegangan.
Namun, kedua perwakilan ini masih saling menyalahkan atas bentrokan pada Senin (15/6), yang menjadi bentrokan terparah sejak 1967.