Pengamat: Kim Jong Un Memprovokasi Korsel agar Korut Bisa Menarik Perhatian Amerika Serikat

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Archieva Prisyta
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Donald Trump (kanan) bertemu pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un (kiri) pada pertemuan AS-Korea Utara di Singapura, Juni 2018. Pengamat menilai tindakan provokatif Korea Utara belakangan ini bertujuan menarik perhatian Amerika Serikat.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Hubungan Korea Utara (Korut) dengan Korea Selatan (Korsel) semakin memanas dalam beberapa hari terakhir.

Bahkan, Korea Utara terus memprovokasi Korea Selatan dan membuat ketegangan meningkat.

Banyak yang menilai menilai aksi itu bertujuan merebut perhatian pemerintah Amerika Serikat (AS) yang akhir-akhir ini mengalami masalah di dalam negerinya.

Melansir Reuters, Korea Utara meledakkan kantor penghubung bersama di sisi perbatasan pekan lalu, dan menyatakan diakhirinya dialog dengan Korea Selatan dan mengancam aksi militer.

Setelah tiga pertemuan bersejarah dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un gagal menghasilkan kesepakatan denuklirisasi, perhatian Presiden AS Donald Trump beralih ke tempat lain, termasuk epidemi virus corona, protes anti-rasisme dan pemilihan presiden November.

Baca: Bertanggung Jawab Atas Buruknya Hubungan dengan Korea Utara, Menteri Korea Selatan Mundur

Namun, Kim menghadapi konsekuensi nyata dunia atas perundingan yang gagal itu, di mana ekonomi Korea Utara yang terkena sanksi semakin terpukul oleh penguncian perbatasan yang diberlakukan untuk mencegah wabah virus corona.

Kondisi ini berpotensi mengancam basis dukungannya di antara para elit dan militer.

Analis mengatakan salah satu tujuan Kim dalam menyerang sekutu AS, Korea Selatan, adalah untuk mengingatkan Washington tentang masalah yang belum terselesaikan dengan Korea Utara.

"Trump dapat merasakan kebutuhan untuk berbicara dengan Korea Utara untuk mengelola situasi untuk saat ini, dan secara terbuka mengklaim bahwa ia telah menangkal kemungkinan provokasi militer yang mengancam Kim," kata Chang Ho-jin, mantan sekretaris kebijakan luar negeri presiden Korea Selatan. 

"Dengan meningkatkan ketegangan antar-Korea, Korea Utara juga bisa berharap Korea Selatan akan mendorong lebih keras untuk mendapatkan pembebasan sanksi untuk proyek-proyek ekonomi bersama yang sejauh ini sulit dipahami."

Menteri Unifikasi Korea Selatan Kim Yeon Chul menawarkan untuk mengundurkan diri untuk bertanggung jawab atas hubungan yang memburuk dengan Korea Utara pada Rabu (17/6/2020).(arirang.com) (arirang.com)

Sumber diplomatik di Seoul mengatakan para pejabat AS, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri Stephen Biegun yang telah memimpin negosiasi dengan Korea Utara, bersedia melakukan "upaya terakhir" sebelum pemilihan AS.

"Ada kegelisahan di antara mereka bahwa mereka tidak bisa hanya diam saja di paruh pertama tahun ini," kata sumber itu, mencatat Washington akan segera beralih ke mode pemilihan penuh.

Namun, sumber AS yang akrab dengan masalah itu mengatakan kepada Reuters bahwa sementara Washington bersedia untuk berbicara dengan Pyongyang kapan saja, tidak akan ada negosiasi yang mengarah pada terobosan signifikan dalam waktu dekat, terutama jika Korea Utara hanya menawarkan untuk membongkar fasilitas nuklir utamanya Yongbyon.

Sumber itu mengatakan bahwa pelonggaran sanksi kemungkinan tidak akan terjadi, karena Korea Utara tidak mau membahas program nuklirnya.

Dengan demikian, mustahil bagi Amerika Serikat untuk mempertimbangkan pembatalan sanksi.

Baca: Kutuk Kim Yo Jong Sebab Tak Mau Berunding, Korea Selatan Sebut Adik Kim Jong Un Sangat Kasar

Korea Utara Meledakkan Kantor Penghubung Antar-Korea

Korea Utara telah meledakkan kantor penghubung yang didirikan untuk meningkatkan komunikasi dengan Korea Selatan, Selasa (16/6/2020).

Kantor penghubung itu didirikan dalam perselisihan mengenai rencana para pembelot untuk mengirim selebaran propaganda anti-Pyongyang melintasi perbatasan yang dipersenjatai dengan senjata.

Kementerian unifikasi Korea Selatan mengatakan Korut meledakkan sebuah ledakan di kantor penghubung bersama pada pukul 14:49 siang, di kota perbatasan Korea Utara, Kaesong.

Laporan-laporan, dari kantor berita Yonhap, menambahkan bahwa sumber-sumber militer telah mendengar ledakan dan melihat asap naik dari gedung.

Halaman
12


Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Archieva Prisyta
BERITA TERKAIT

Berita Populer