Gubernur Sultra Kini Membolehkan 500 TKA Asal Cina Datang ke Konawe setelah Diizinkan Pemerintah

Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Setelah sempat menolak, Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi kini mengizinkan 500 TKA Asal Cina datang ke Konawe untuk membangun smelter.

TRIBUNNEWSWIKI.COM - Gubernur Sulawesi Tenggara Ali Mazi kini mengizinkan kedatangan 500 tenaga kerja asing (TKA) asal Cina ke Konawe, Sulawesi Tenggara.

Ali membolehkan masuknya 500 TKA asal Cina karena pemerintah pusat sudah mengizinkan.

Para TKA asal Cina tersebut akan bekerja membangun smelter di daerahnya.

"Kita pemerintah daerah tidak boleh bertentangan dengan pemerintah pusat," kata Ali saat, Selasa (16/6/2020).

Meski demikian, Ali mewajibkan seluruh TKA tersebut menjalani protokol kesehatan agar mencegah penularan virus corona.

Para TKA itu harus menjalani karantina terlebih dahulu sebelum boleh bekerja.

Lebih lanjut, Ali menilai kedatangan para pekerja asing itu untuk mendukung investasi yang ada Sulawesi Tenggara.

"Sehingga pasca-Covid, kita bisa bangkit," kata Ali.

Setelah diizinkan, 500 TKA asal Cina itu akan datang secara bertahap ke Konawe.

Baca: Positif Corona di Indonesia Makin Bertambah, Luhut Binsar Sebut TKA China Siap ke Tanah Air Juni Ini

Baca: Jika 500 TKA Asal Cina Tak Datang, 3.000 Tenaga Kerja Lokal Terancam Kehilangan Pekerjaan

Ratusan buruh PT Virtue Dragon Nikel Industri demonstrasi mendesak pembayaran pesangon dan menolak tenaga kerja asing di depan kantor perusahan itu (Kompas/Kiki Andi Pati)

Pada tahap pertama, ada 146 tenaga kerja yang didampingi empat tenaga medis. Mereka dijadwalkan tiba pada 23 Juni 2020.

Sebelumnya, Ali dan DPRD Sulawesi Tenggara satu suara menolak kedatangan 500 TKA asal Cina yang akan bekerja di Konawe.

Menurut Ali Mazi, penolakan itu dilakukan karena bertentangan dengan susana kebatinan masyarakat Sultra yang tengah berjuang melawan pandemi Covid-19.

"Setelah saya mengetahui informasi itu, langsung mengundang Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) dan juga DPRD, Danrem, Kapolda, Imigrasi.

Kesimpulannya kita keberatan untuk kebijakan memasukkan kembali 500 TKA asal Cina,” ungkap Ali Mazi pada akhir April 2020.

External Affairs Manager PT VDNI Indrayanto mengatakan para TKA tersebut sedianya akan mengerjakan 33 tungku smelter milik PT OSS.

Pengerjaan tungku smelter tersebut diklaim dapat menyerap ribuan tenaga kerja lokal. Terkait penerimaan ribuan karyawan itu, menurutnya saat ini sudah selesai dilakukan perekrutan.

Baca: 500 TKA Asal Tiongkok Akan Masuk ke Sulawesi Tenggara, Gubernur: Dulu 46 Saja Kita Sudah Babak Belur

"Jika 500 TKA Cina sampai tidak jadi didatangkan, maka sebanyak 3.000 lebih tenaga kerja lokal terancam kehilangan pekerjaannya," kata Indrayanto dalam keterangan tertulisnya, Senin (11/5/2020).

"Bisa ada kemungkinan mereka dirumahkan dahulu tanpa mendapat gaji, atau bahkan bisa PHK. Tentunya hal ini tidak kami harapkan, perusahaan juga berusaha agar hal ini tidak terjadi," katanya.

Lebih lanjut, 500 TKA Cina itu merupakan tenaga teknis yang bekerja secara temporer dan bukan untuk waktu lama.

Jubir Luhut: 500 TKA Cina Dibutuhkan untuk Mempercepat Pembangunan Smelter

Juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jodi Mahardi mengatakan 500 tenaga kerja asing (TKA) asal Cina sangat dibutuhkan di tengah upaya hilirisasi tambang di Indonesia.

Sebab, kata Jubir Luhut itu, 500 TKA Cina yang rencananya datang pada akhir Juni atau awal Juli 2020 itu akan mempercepat pembangunan smelter nikel di Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara.

"Saya akan bicara apa adanya saja. Rencana kehadiran 500 TKA Cina sekitar akhir Juni atau awal Juli adalah untuk mempercepat pembangunan smelter dengan teknologi RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) dari Cina," ujarnya melalui keterangan tertulis, Jakarta, Kamis (28/5/2020).

Menurut jodi, teknologi RKEF akan membuat pembangunan smelter menjadi lebih ekonomis, cepat, dan memiliki standar lingkungan yang baik.

Bahkan kata dia, teknologi itu juga akan menghasilkan produk hilirisasi nikel yang bisa bersaing di pasar internasional.

"Kenapa butuh TKA dimaksud? Karena mereka bagian dari tim konstruksi yang akan mempercepat pembangunan smelter dimaksud," kata dia.

Nantinya kata Jodi, setelah smelter tersebut jadi, TKA itu akan kembali ke Cina.

Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan memberikan keterangan pers di Kantor Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Senin (9/3/2020).(KOMPAS.com/ADE MIRANTI KARUNIA SARI) (Kompas.com)

Ia mengatakan saat smelter beroperasi, mayoritas tenaga kerja dalam negeri akan meneruskan pekerjaan tersebut. Jodi mengungkapkan hal tersebut bukan hal baru.

Di Morowali, Sulawesi Tengah, kata dia, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sudah menerapkan hal serupa.

Ia mengatakan saat ini pabrik IMIS telah beroperasi secara penuh, walaupun masih ada sedikit progres pembangunan fasilitas hilirisasi nikel yang sedang dikembangkan.

Saat ini kata Jodi, jumlah tenaga kerja lokal di IMIP berjumlah 39.500 orang. Sementara jumlah TKA Cina yang bekerja berkisar 5.500 orang.

Jadi kata dia, jumlah TKA Cina masih kisaran 12 persen dari total pekerja.

"Saya yakin jika proses pembangunan smelter yang baru sudah selesai jumlahnya pun akan turun," ujarnya.

Sementara itu di kawasan industri Virtue Dragon di Konawe, Jodi menyebut jumlah TKA Cina yang bekerja ada 706 orang, sedangkan 11.084 orang adalah tenaga kerja Indonesia.

"Jadi kalau nambah 500 TKA (di Konawe) untuk mempercepat progres konstruksi agar cepat beroperasi sehingga tenaga kerja lokal bisa lebih banyak diserap, apakah hal itu suatu yang salah?" kata dia.

Ia berpendapat 500 TKA Cina yang datang nanti dipastikan tidak akan mengambilalih pekerjaan dari tenaga kerja lokal.

Menurutnya, kedatangan 500 TKA Cina justru mempercepat penyerapan tenaga kerja lokal.

Apalagi kata dia, pemerintah sudah menyiapkan para tenaga kerja lokal lewat politeknik yang bekerja sama dengan beberapa universitas misalnya ITB, UI, UGM, dan ITS.

"Kedepan tenaga kerja lokal akan bertambah seiring berjalannya pelatihan keterampilan," kata dia.

(TribunnewsWiki/Tyo/Kompas/Ade Miranti Karunia/Teuku Muhammad Valdy Arief)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jubir Luhut: 500 TKA Cina Dibutuhkan untuk Mempercepat Pembangunan Smelter" dan "Sempat Menolak, Kini Gubernur Sultra Izinkan 500 TKA Cina Bekerja di Konawe"



Penulis: Febri Ady Prasetyo
Editor: Melia Istighfaroh
BERITA TERKAIT

Berita Populer