Jumlah ini adalah data data terakhir hingga Jumat (12/6/2020), seperti dipublikasi di Worldometers.
Meski demikian, angka kematian Indonesia termasuk yang tertinggi di Asia Tenggara dan Asia Timur, di luar China.
Hingga Sabtu sore, tercatat ada 2,091 kasus kematian karena virus corona di Indonesia.
Sedangkan, Singapura yang jumlah kasus infeksinya lebih tinggi, mencatatkan 25 kematian.
Sejumlah pihak bahkan menganggap, jumlah kematian sesungguhnya lebih besar dibandingkan angka yang dilaporkan oleh pemerintah.
Baca: Penelitian Terbaru, Mutasi Sebabkan Virus Corona Lebih Mudah Menginfeksi Manusia
Baca: Vaksin Polio Disebut Mampu Berikan Perlindungan Sementara Terhadap Virus Corona, Ini Penjelasannya
Rasio kematian di Indonesia (5,6 persen) di atas rata-rata rasio kematian negara-negara lain di Asia Tenggara di kisaran 2,7 persen.
Epidemiolog pun Juru Bicara Satgas Covid-19 Rumah Sakit UNS Tonang Dwi Ardyanto mengatakan, sebagian besar kasus kematian di Indonesia karena adanya penyakit penyerta atau komorbid pada pasien Covid-19.
Hal ini mengacu pada data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan pada Rabu (3/6).
Dikutip Tribunnewswiki dari Kompas.com, berdasarkan data tersebut, Tonang mnegatakan, angka kematian dengan komorbid (penyakit penyerta) tunggal sebanyak 26,34 persen.
Sedangkan, pasien meninggal dengan komorbid ganda menembus lebih dari 50 persen.
Baca: Inilah Daftar 8 Pasar di Jakarta yang Pedagangnya Positif Terinfeksi Virus Corona
Dia pun juga mengatakan adanya pasien yang meninggal murni karena Covid-19 sebanyak 7,31 persen.
"Disampaikan bahwa angka kematian dengan kelompok tanpa komorbid itu jumlah meninggal proporsinya 7,31 persen. Untuk kelompok dengan komorbid tunggal itu angkanya 26,34 persen. Sementara dengan komorbid ganda, lebih dari satu penyakit itu 50 persenan," ujar Tonang, Jumat (12/6/2020).
Walaup mempunyai kasus kematian tanpa penyakit penyerta, Tonang menyebut, angka itu lebih rendah dibandingkan laporan beberapa negara yang mencapai 20 persen.
Dia menjelaskan, hal itu disebabkan respons berlebihan imun tubuh pasien terhadap virus corona sehingga membahayakan nyawanya.
"Kenapa terjadi, walaupun tidak ada komorbid, tapi kalau respons imunnya itu memang memberikan reaksi yang disebut badai sitokin, maka akhirnya membawa pasien ke dalam kondisi yang tidak dapat ditolong," jelas dia.
Menurut dia, seseorang tanpa komorbid tidak menjamin memiliki imun yang kuat.
Baca: Bill Gates Sering Dituduh Menjadi Sosok di Balik Teori Konspirasi Virus Corona, Berikut Alasannya!
Soal kemungkinan kematian disebabkan oleh telatnya penanganan, Tonang mengatakan, pasien yang ada saat ini cenderung dalam cakupan pasien.
Kendati demikian, dia tak menafikkan fakta tentang rumah sakit yang sangat penuh di awal pandemi dulu.
Tonang menjelaskan, total pasien yang diumumkan pemerintah tersebut tidak semuanya dirawat di rumah sakit.
Terlebih, mayoritas pasien baru saat ini merupakan pasien dengan gejala ringan dan OTG yang tak perlu mendapatkan perawatan rumah sakit.
Tonang pun berharap agar pemerintah terus meningkatkan jumlah tes seperti dalam beberapa hari terakhir ini.
"Ini berarti, kita yakin dengan pemeriksaan PCR yang tinggi maka lama kelamaan persentase yang meninggal itu akan semakin rendah," kata Tonang.
Oleh karena itu, laporan infeksi harian yang cenderung tinggi dalam beberapa waktu terakhir diharapkan mampu menekan rasio kematian Indonesia dan bisa setara dengan negara lainnya di kawasan Asia Tenggara.
Sementara itu, jika melihat data pasien meninggal di covid19.go.id, ada data mengenai kondisi penyerta pasien Covid-19 yang meninggal dunia. Akan tetapi, data yang tersaji hanya data sekitar 3 persen pasien.
Dari data di atas, sekitar 14 persen pasien meninggal dunia memiliki riwayat penyakit penyerta hipertensi, sekitar 11 persen diabetes melitus, dan 7 persen memiliki riwayat penyakit jantung.
Saat dikonfirmasi beberapa waktu lalu, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito membenarkan bahwa data yang ditampilkan pada laman covid19.go.id baru sekian persen.
Ada beberapa alasan mengapa data yang tersaji masih sangat minim.
Pertama, karena fasilitas kesehatan yang merawat pasien belum mengisi data pasien secara lengkap. Kedua, pasien memang tidak memiliki komorbid.
Dilansir Tribunnewswiki dari Worldometers, inilah data kasus Covid-19 dan angka kematian di negara-negara anggota ASEAN pada Sabtu (13/6):
- Singapura: 40.197 kasus, 25 kematian
- Indonesia: 37,420kasus, 2.091 kematian
- Filipina: 25.392 kasus, 1.074 kematian
- Malaysia: 8,445kasus, 120 kematian
- Thailand: 3,134 kasus, 58 kematian
- Kamboja: 126 kasus, 0 kematian
- Vietnam: 333 kasus, 0 kematian
- Myanmar: 261 kasus, 6 kematian
- Brunei: 141 kasus, 0 kematian
- Timor Leste: 24 kasus, 0 kematian.